BUDAYA GEMAR MEMBACA, CIPTAKAN GENERASI HEBAT ALA MADRASAH “ADIWIYATA”

Oleh Heny Retna Anggraeny

Perpustakaan di era Revolusi Industri 5.0 seperti saat ini bagi kalangan generasi milenial yang sudah kecanduan gadget adalah tempat penyimpanan buku yang kurang menarik dan cenderung membosankan. Generasi milenial lebih menyukai tempat yang menyenangkan dengan fasilitas free WIFI seperti kafe atau warung daripada mengunjungi perpustakaan. Setiap generasi milenial memiliki kesempatan unutk meraih kesuksesan dengan beragam alternatif, salah satunya membaca buku di perpustakaan, karena ilmu sebagai modal utama kesuksesan.

Perpustakaan sebagai tempat penyimpanan beragam buku, jurnal, majalah, koran, manuskrip sejarah yang dapat diakses semua orang tanpa terkecuali, sehingga dapat tumbuh dan mengembangkan potensi diri masing-masing. Saat ini setiap orang harus mampu membaca dan beradaptasi dengan beragam kemajuan IPTEK dan mampu memanfaatkan sesuai kebutuhan masing-masing.

Pada dasarnya, kegiatan membaca adalah kegiatan yang menyenangkan karena tidak hanya buku pengetahuan saja yang dibaca, tetapi juga buku bermuatan hiburan seperti komik, cerpen, novel, majalah, atau beberapa berita dengan konten ringan. Perpustakaan bagi saya sebagai salah satu guru dengan sekolah pinggiran yang memiliki fasilitas terbatas, keberadaannya sangat dibutuhkan. Hal ini disebabkan lokasi sekolah yang jauh dari kota dan sulit dijangkau, sehingga keberadaannya dapat membuka wawasan siswa agar dapat berpikir kritis, adaptif, kreatif, dan inovatif. Perpustakaan dengan luas 7 m x 9 m ini terletak di sisi sebelah pojok barat madrasah yang mengusung konsep perpustakaan outdor. Pihak madrasah menggunakan salah satu spot baca di pojok barat, agar semua warga madrasah mudah mengakses dan merasa nyaman melakukan kegiatan belajar mengajar. Harapan pihak madrasah adalah stakeholder madrasah dapat menumbuhkan minat baca, menggali berbagai informasi dari koleksi buku yang tersedia, memotivasi siswa berpikir kritis, dan menumbuhkan gemar membaca untuk menciptakan generasi hebat.

Kepala Madrasah yang sangat mencintai lingkungan berusaha menyulap sudut ruangan untuk dijadikan ruang perpustakaan terbuka atau menyatu dengan alam seolah menjadi ciri khas perpustakaan kami. Hampir setiap hari, kepala madrasah dan beberapa guru yang giat berliterasi mengajak semua siswa untuk membaca dengan durasi 5-10 menit sebelum memulai pelajaran. Walaupun madrasah kami adalah madrasah satu atap dengan jumlah siswa dan ruang kelas terbatas dan letaknya tepat berada di tengah sawah, tetapi tidak menurunkan semangat kami untuk giat berliterasi. Selain itu, setiap sudut ruang kelas sengaja dibuat pojok baca dengan beberapa buku referensi untuk menumbuhkan semangat membaca siswa dengnan latar belakang sosial menengah ke bawah.

Sekolah kami memang memiliki fasilitas terbatas karena dana yang ada juga terbatas. Namun, semangat semua warga MTsN 4 Bondowoso tidak padam untuk giat berliterasi. Beberapa waktu lalu, bu kepala madrasah (bu Erna Pramantika) mengajak pengurus perpustakaan termasuk saya, untuk mengikuti lomba perpustakaan. Kami yakin dapat bersaing dengan sekolah lain karena budaya membaca telah diterapkan di sekolah yang mendapat gelar “Adiwiyata” ini. Perpustakaan di madrasah kami secara perlahan mulai dipercantik melalui pojok baca dengan suasana asri, ditambah dengan panggung literasi, seolah tidak mengurangi perannya sebagai sumber ilmu.

Awalnya, saya merasa ragu mengikuti lomba ini, karena kami tidak memiliki ruang perpustakaan seperti halnya sekolah lain. Namun, keraguan itu berhasil diluluhkan dengan semangat bu kepala madrasah dan guru, untuk mendukung lomba tersebut. Kami mempersiapkan semua administrasi dan sarana prasarana sebagai prasyarat lomba dari panitia perpustakaan tingkat Kabupaten Bondowoso. Setiap sarana berusaha dilengkapi seperti mengklasifikasi buku referensi, buku tandon, buku pelajaran, buku fiksi, menyediakan kursi dan meja baca di depan teras kelas untuk memudahkan siswa membaca saat jam istirahat, melengkapi perpustakaan dengan fasilitas TV sebagai penunjang pembelajaran, dan akses jalan bagi orang berkebutuhan khusus. Mungkin bagi sebagian sekolah bonafit di kota, semua fasilitas itu sudah tersedia, tetapi kami tidak menyerah. Kami optimis dapat mengembangkan visi perpustakaan MTsN 4 yang disebut “Belantara Ilmu” yaitu “Membudayakan Literasi melalui Gemar Membaca”.

Penataan perpustakaan dilakukan secara bertahap untuk menyesuaikan sarana prasarana yang dibutuhkan. Berbagai upaya dilakukan untuk memperbaiki sarana dan prasarana pendukung termasuk meningkakan koleksi buku dan pelayanan kepada warga sekolah. Alhamdulillah, semua kerja keras kami mengikuti semua instrumen perpustakaan membawa madrasah menjadi Juara Harapan Tiga Lomba Perpustakaan Tingkat Kabupaten Bondowoso. Saya dan semua warga madrasah merasa bangga karena dapat bersaing dengan sekolah bonafit lain yang jelas memiliki fasilitas ruangan memadai dan dapat menampung banyak pengunjung. Kebiasaan membaca siswa di madrasah dengan durasi selama 5-10 menit, fasilitas pembelajaran yang memadai, dan beberapa kemudahan akses pelayanan, serta kerjasama tim juga menjadi faktor penentu keberhasilan ini. Saat ini jumlah siswa yang mulai gemar membaca buku mulai bertambah di madrasah kami, karena kemudahan layanan dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Seringkali saya melihat mereka memanfaatkan waktu di sela istirahat untuk membaca atau memanfaatkan panggung literasi untuk mendemonstrasikan puisi. Saya berharap dengan kebiasaan membaca bagi siswa ini dapat mengantarkan generasi muda di lingkungan pedesaan ini menjadi orang hebat meski dengan keterbatasan ekonomi.

Biografi Penulis

Heny Retna Anggraeny, lahir di Malang, 10 November 1990. Guru MTs Negeri 2 Jember, Menulis adalah Cita-cita yang baru terealisasi dan semoga termasuk generasi milenial melek literasi.

CP: 081334540308

Email : [email protected]