heny retna anggraeny

Heny Retna Anggraeny, lahir di Malang, 10 November 1990. Guru MTs Negeri 2 Jember, Menulis adalah Cita-cita yang baru terealisasi dan semoga termasuk generasi...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENDIDIK YANG MENGINSPIRASI, CIPTAKAN GENERASI BERPRESTASI

MENDIDIK YANG MENGINSPIRASI, CIPTAKAN GENERASI BERPRESTASI

MENDIDIK YANG MENGINSPIRASI, CIPTAKAN GENERASI YANG BERPRESTASI

Belakangan ini peran guru dalam proses pembelajaran di era digital semakin bergeser dari awalnya menjadi guru yang pasif hanya mendidik atau mentransfer ilmu menjadi guru yang dituntut aktif mengkolaborasikan teknologi melalui media pembelajaran berbasis digital yang cukup menarik. Guru yang semula hanya menerapkan metode ceramah dan terkesan monoton atau kurang memantik imajinasi atau ide siswa, kini mulai bergeser dengan perannya sebagai transfer of knowledge dan transfer of value. Dalam konteks ini guru melakukan transfer of knowledge saat mengaplokasikan media pembelajaran yang lebih menarik dan atraktif, seperti buku, majalah, kunjungan wisata ke museum atau tempat tertentu yang relevan dengan tema pembelajaran, berselancar dengan internet, dan guru sebagai fasilitator yang mendampingi siswa selama pembelajaran serta mengarahkan ide atau gagasan siswa sesuai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Guru yang menerapkan transfer of value cenderung menumbuhkan sikap dan nilai dengan melibatkan emosi atau aspek psikologis untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan asumsi tersebut, guru adalah tenaga professional yang berperan mendidik, mengajar, dan melatih siswa melalui pengembangan pembelajaran yang lebih inspiratif, menarik, moderat dan dinamis sesuai ketrampilan yang dimiliki siswanya secara alamiah.

Berdasarkan UU SIsdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 Ayat 1 bahwa pendidikan merujuk pada usaha secara sadar dan melalui perencanaan untuk menciptakan suasana belajar yang menuntut siswa aktif mengembangkan potensi diri sesuai karakteristik/ jati dirinya dengan didukung sikap spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan ketrampilan hidup bersosial, berbangsa, dan bernegara. Selama menjalankan tugasnya sebagai guru harus mencurahkan perhatian sesuai karakteristik siswa karena mengajar telah tersusun seimbang antara kegiatan mentransformasikan wawasan, pengalaman, ide, atau gagasan dan juga membentuk perubahan perilaku yang lebih positif.

Guru memiliki peran sentral sebagai pendidik yang telah memiliki ketrampilan mengajar dan berkepribadian kuat, sehingga dapat menjadi teladan. Peran guru seolah diperkuat dengan semboyan dalam bahasa Jawa Ki Hajar Dewantara “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani (di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan)”. Guru tidak hanya menciptakan suasana belajar yang penuh inspirasi sebagai contoh atau teladan bagi para siswa dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga memberikan kesempatan bagi setiap siswa tumbuh sesuai jati diri, bakat-minat, dengan versi terbaik potensi yang mereka miliki berbeda satu sama lain. Jika seorang siswa diberikan celah untuk menemukan bakat-minatnya, mereka akan bertumbuh dengan versi terbaiknya. Hal ini dapat dilakukan saat guru mengajar dengan memperhatikan karakteristik siswa yang heterogen sehingga pengalaman belajar dapat menarik, menyenangkan, menggali imajinasi tersembunyi dan bermakna atau bernilai bagi kehidupannya. Siswa yang merasa senang atau tertarik dalam proses belajar dapat diobservasi melalui “batin/ rasa dalam belajar” karena seorang anak yang tersentuh hatinya, mereka akan merasa tanpa terbebani/tertekan dengan ragam materi, terinspirasi, dan termotivasi sampai pada titik kasmaran dalam pengalaman belajar.

Selain siswa, guru juga memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain, sehingga dapat dikatakan mengajar diibaratkan menjalani peran sebagai actor, kelas sebagai panggung, dan siswa sebagai penontonnya. Hal ini berkaitan dengan akan dibawa ke mana arah kegiatan pembelajaran. Dengan dunia yang kian kompetitif ini, sudah saatnya guru menjadi garda terdepan yang menciptakan perubahan sikap siswa lebih kreatif, inovatif, dan kompetitif, melalui beragam kegiatan salah satunya dengan literasi. Melalui giat berliterasi, guru dapat memberikan contoh yang baik untuk menciptakan siswa yang berprestasi, karena literasi sebagai titik sentral untuk mempelajari beragam ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat seperti saat ini. Seseorang yang memiliki kemampuan literasi cukup matang, maka dia dapat lebih fokus pada pembelajaran daripada mereka yang tidak terampil berliterasi. Kemampuan literasi ini tidak hanya berkaitan dengan membaca tetapi juga menulis. Kualitas pengetahuan seorang siswa dapat dilihat dari proses pembelajaran yang mengedepankan gemar berliterasi untuk mencukup kebutuhan informasi yang lebih modern.

Guru memiliki seni atau cara mengajar yang dapat dipelajari secara alamiah melalui beragam pengalaman yang ditemukan selama pembelajaran, setelah dilakukan refleksi diri bersama siswa atau teman sejawat. Guru juga dapat mengadopsi model atau strategi guru lain yang dinilai memiliki karakteristik pembelajaran yang sama dengan yang sedang dilaluinya. Hampir semua guru menguasai beragam pendekatan, strategi, teknik atau model pembelajaran yang semakin berkembang seiring waktu. Namun, hanya beberapa guru yang dapat menginspirasi atau bahkan mengubah perilaku siswa menjadi lebih baik versi dirinya dan meraih prestasi yang gemilang, karena para guru tersebut mendidik dengan sepenuh hati dan cinta. Dengan kata lain, guru yang mendidik penuh inspiratif telah mengkaitkan emosi hati dan cinta, untuk diselipkan dalam proses pembelajaran. Alhasil, siswa menjadi lebih siap baik jasmani maupun rohaninya untuk menghadapi beragam permasalahan, hingga mereka dapat meraih prestasi. Mendidik dapat dikaitkan dengan upaya guru membina pribadi, sikap, mental dan akhlak siswa menjadi lebih mandiri, berpikiran moderat, toleran, dan berbudi pekerti luhur. Lalu, Bagaimana cara menjadi guru yang dapat menginspirasi? Yaitu dengan mengikuti beragam kegiatan yang positif terkait cara mengajar inspiratif dengan sesama komunitas guru, memiliki integritas tinggi terhadap profesinya, tidak membedakan karakteristik siswa yang heterogeny, terampil dan sabar untuk mencari strategi mengajar yang menarik atau sesuai karakteristik siswa, menjalin silaturahmi dengan siswa atau orang tua, ikhlas membimbing atau mendampingi setiap permasalahan siswa, lebih peka terhadap emosi sekecil apapun yang dapat mengubah perilaku siswa selama pembelajaran, dan menciptakan budaya mengajar baru yang telah disepakati bersama siswa. Oleh karena itu, mendidik yang penuh insipirasi dapat dimulai dari niat dan usaha menciptakan pembelajaran yang menarik, penuh cinta kasih, dan dapat diaplikasikan dalam keseharian siswa, dan seringkali mengantarkan siswa menjadi siswa berprestasi.

BIODATA PENULIS

Heny Retna Anggraeny, lahir di Malang, 10 November 1990 yang menggelutli profesi sebagai guru di MTsN 2 Jember. Menulis adalah cita-cita yang akan terealisasi dan sedang ikhtiar menjadi generasi milenial melek literasi. CP: 081334540308. Email: [email protected].

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post