Heny Sugiharti

Guru, Pemilik dan Pekerja Seni di Khamiiliacraft Samarinda. Kota asal Cilacap JawaTengah (ora ngapak ora kepenak). Aktifitas pengrajin dan pekerja seni di KHAM...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bus Tua (bagian kedua : Teman Tapi Mesra)

Bus Tua (bagian kedua : Teman Tapi Mesra)

Aku mengenalnya saat penerimaan mahasiswa baru di salah satu universitas negeri di kota kecil nan sejuk ini. Saat itu kami sama-sama diterima melalui jalur khusus. Dari situlah awal pertemanan kami.

Dia sosok laki-laki yang cerdas, kutu buku, pendiam, senang menyendiri juga agak tertutup. Sebenarnya sifatnya itu bertolak belakang dengan pribadiku yang ceria, banyak teman dan senang bergaul dengan siapapun. Tapi entah kenapa seperti ada chemistry diantara kami sehingga akhirnya kami bisa menjadi teman dengan karakter yang berbeda.

Kami mengambil program pendidikan biologi. Karena sudah cocok, kami selalu menjadi partner dalam kerja kelompok. Dan hal itu sangat menguntungkan buatku karena tanpa harus ikut bekerja semua tugas kelompok pasti diselesaikan dengan baik olehnya. Mungkin itu salah satu keuntungan berteman dengannya.

Disisi lain aku juga sangat terganggu dengan candaan-candaan usil teman-temanku bahwa kami adalah pasangan kekasih yang serasi. Jujur saja dia bukanlah tipe laki-laki yang bisa membuatku jatuh cinta padanya. Dia hanyalah seorang teman yang baik, penuh perhatian dan bisa diandalkan. Biarkanlah teman-teman beranggapan bahwa ada hubungan khusus diantara kami, karena memang selama ini dimana ada aku disitu ada dia. Toh semua itu tak berpengaruh apapun pada hubunganku dengannya. Aku hanya menganggapnya sebagai teman dan sahabat.

***

Tahun pertama berlalu... candaan-candaan usil teman-temanku akhirnya tak lagi terdengar seiring hubunganku dengan Davi, kakak tingkat di fakultas ekonomi universitas yang sama.

Sejak saat itu aku lebih banyak menghabiskan waktuku dengan kekasihku, hanya jika ada tugas aku baru mencarinya untuk membantuku menyelesaikan tugasku. Dan seperti biasa, dia pun tak pernah keberatan dengan semua itu. Waktuku bersamanya pun menjadi lebih jarang dan berkurang.

***

"Sasti... apa kau sudah dengar kabar..?" tanya Diana teman satu kost ku. "Kabar apa Di..?" tanyaku. "Sasti maaf... aku dengar kabar dari saudara sepupuku bahwa ternyata Davi sudah bertunangan dengan teman sepupuku itu. Rencananya bulan depan mereka akan menikah".

Bagai disambar petir aku mendengar kabar dari Diana. Aku tak tahu lagi harus berkata apa manakala semua cerita yang disampaikan Diana ternyata benar adanya. Saat itu pertama kali aku merasakan betapa sakitnya putus cinta.

***

Prasetiyo laki-laki polos dan lugu yang selama ini menjadi teman dalam keseharianku, teman yang dengan ikhlas bersahabat denganku, membantuku dalam kondisi apapun meski selama ini aku telah berbuat jahat padanya karena sering memanfaatkan kepintarannya itu untuk menyelesaikan tugasku, datang kembali dalam keseharianku.

Saat sakit karena putus cinta seperti ini ternyata Prasetiyo lah yang mampu membuatku untuk melupakan rasa sakit itu.

Hari-hari berlalu, aku dan dia, Prasasti dan Prasetiyo kembali menghabiskan waktu bersama menjalani rutinitas sebagai mahasiswa dan anak kost. Menjalani kisah persahabatan, menjadi teman tapi mesra.

(*bersambung...).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post