Herdi Ardiansyah

Bekerja tanpa berdosa...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bandes dan Superman

Bandes dan Superman

Januari 2011 berita gembira sekaligus sedih itu datang. Gembira karena satu langkah menuju perubahan telah didapat, di sisi lain sedih datang karena harus meninggalkan keluarga yang selama ini ku dapat manja. Pegawai Negeri Sipil, ya amanat itu kinik ku sandang. Aku diterima disatu sekolah yang rupanya bertempat sangat jauh, tepatnya di Pulau Gersik - Belitong. Jauh dari keramaian, hingar bingar serta gemerlap lampu kota. Tanpa fasilitas listrik, jaringan telekomunikasi, warung kopi, bahkan tanpa toilet berbayar sekalipun.

Cerita bermula pada awal keberangkatan pertama kali menuju Pulau tersebut. Bandes, ya perahu itu bernama Bandes. Satu-satunya perahu yang aktif lalu lalang melayani tranportasi laut, penghubung antara perkotaan dengan pulau Gersik. Pagi itu berlomba dengan sang fajar aku pergi ke pelabuhan. Sesampainya di pelabuhan ku lihat Bandes seperti menderita seakan ingin menangis kemudian meronta. Bagaimana tidak, tumpukan batu besar, besi-besi penyangga beton, puluhan karung semen, ratusan karung pasir tersusun sangat tidak rapih di atasnya. Perahu benar-benar sarat dengan barang. Menjelang dzuhur kami berangkat, sangat molor dari waktu yang dijanjikan, karena sebelumnya menunggu puluhan drum minyak, enam jam aku menunggu.

Inilah kali pertama kunaiki perahu. Laut sangat tidak bersahabat saat itu. Enam jam perjalanan tibalah pada tempat yang dituju. Di tepi pantai terlihat kerumunan orang, rupanya sambutan seperti ini sudah menjadi tradisi. Kejutan bagiku, tidak ada dermaga, aku hanya bisa duduk sambil memeluk erat kedua lutut. Tetiba anak buah kapal berbisik “Pak jangan duduk terus di situ, cepatlah turun! Buka dulu celananya!”, hanya satu itu pilihannya, tidak ada yang lebih menarik. Sudi tidak sudi ku buka celana, loncat dari perahu bak Superman hendak terbang ke angkasa, hanya celana dalam yang menempel di badan, disaksikan puluhan warga aku berjalan dengan menenteng tas koper 60kg. Aku disambut bak pahlawan di bibir pantai, sesekali kulihat mata genit ibu-ibu menikmati indahnya bokong ini. Terima kasih Bandes. Akulah Superman itu.

Penulis adalah peserta kelas SAGUSABU Kab. Belitung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sedih aku macenye,tapi bokong sape uang dilihat tu kang

10 Dec
Balas

Usa bagik sedih bang, hehe... Itu "bokong" orang tampan yg berjalan bang, haha

10 Dec

semangat terus pak...luar biasa tulisannya....

10 Dec
Balas

Iy pak mkse. Tulisannya iseng2 aj pak,

10 Dec



search

New Post