Heriyanto Nurcahyo

Heriyanto Nurcahyo Guru SMA Negeri 1 Glenmore. Menyukai tulis menulis sejak mahasiswa, pernah belajar di berbagai universitas diantaranya Unibraw,&n...

Selengkapnya
Navigasi Web

AKU BISA

(Kisah ABK menjadi Atlit Sepatu Roda) Sukses Adalah Hak Saya!! Berceritalah seorang ibu padaku tentang kehebatan putrinya. Kebetulan sang ibu menjadi peserta BIMTEK Pemenuhan Guru Pendamping Khusus (GPK) yang diadakan oleh DIksus Kemdikbud pada bulan Oktober tahun 2020. Sang ibu sangat bersemangat dan riang selama mengikuti bimbingan tersebut. Tidak jarang dia bertanya dan berbagi banyak hal tentang tantangan ybanyak hal ang dia hadapi dalam mengejahwantahkan pendidikan inklusi di sekolahnya. Beberapa kali kami saling berkirim pesan. Dalam salah satu pesannya dia menegaskan kembali niatnya untuk menjadi bagian penting dari pendidikan inklusi. "Dulu saya sempat daftar PLB, naun sayang tidak lolos", selorohnya dalam pesan singkat tersebut. "Inilah kesempatan emas bagi saya untuk mewujudkan cita menjadi Guru Pendamping Khusus (GPK). Niat baik dan kesungguhan selalu menemukan ruang untuk menyatu dalam tindakan. Keinginan sang ibu untuk menjadi GPK akan segera mewujud menjadi kebanggaan dalam melaksanakan layanan pendidikan bagi PDBK (Peserta Didik Berkebutuhan Khusus) di sekolah dan lingkungannya. Sang ibu, sebut saja namanya Bu Guru LIs, ternyata memiliki anak berkebutuhan khusus. Dalam pesan WA yang sangat panjang itu dia bertutur tentang perjalanannya membesarkan anak berkebutujan khusus tersebut hingga berhasil. "Pak, putri kami itu berbeda dari teman sebayanya, Katanya membuka percakapan di WA, "Kenapa bu? Tanyaku dengan rasa ingin tahu. "Putri kami tersebut memiliki energy yg lebih dan sesekali selalu melihat hal yg diluar batas normal", katanya lagi. Saya kemudian bertanya lebih lanjut tentang apa yang disebutnya sebagai "diluar batas normal tersebut. Dia kemudian menjawab bahwa sang putri pada saat usianya baru 8 bulan sudah bisa berjalan. Kemampuan sang putri berjalan memang jarang terjadi dan sedikit melewati fase perkembangan. Konon, sang putri dalam waktu yg cukup singkat (i minggu) sudah merangkak dan minggu selanjutnya sudah belajar berdiri. Saya belum pernah melihat dan melihat kejadian luar biasa semacam ini sebelumnya. Sang putri yang memiliki energi berlebih tersebut seringkali menjadi bahan perbincangan dan tak jarang berubah menjadi cemo'oh dan cibiran. Stigmasisasi sebagai anak nakal, bandel, dan seabrek label lainnya menjadi semacam beban berat yang disematkan pada sang putri. Tidak satupun teman sebaya yang mau berinteraksi dan bermain dengan sang putri. Kondisi ini dipicu oleh salah satunya belum munculnya kesadaran inklusif pada masyarakat kita. Pun juga adanya keterbatasan pemahaman dan informasi terkait karakteristik anak berkebutuhan khusus. Alih alih menciptakan lingkungan yang inklusif dan non diskriminatif, sikap dan pemahaman sebagaimana tersebut justru menciptakan aliniasi terhadap perkembangan psikologis, sosial dan fisik anak berkebutuhan khusus. Ini adalah salah satu pekerjaan rumah yang besar bagi penggerak dan pelaku pendidikan inklusi di tanah air. Bu Lis menambahkan informasi bahwa perangai putrinya tersebut tidak jarang membuatnya mengelus dada. Namun kekecewaannya musnah seketika saat dia menyadari bahwa hadiah Allah yang diberikan melalui karakteristik unik sang putri adalah anugerah yang harusdisyukuri bukan disesali. Bu Lis sudah sering bergontai ganti pengasuh. Sebagai seorang pendidik tentu saja dia tidak bisa mebersamai putrinya setiap waktu. Sempat juga terbersit pikiran jika perangai putrinya yang luar biasa tersebut disebabkan oleh pola asuh yang salah dari para pengasuhnya. "Saya fikir mungkin dr pola asuh juga krn sdh beberapa orang yg mengasuhnya karena saya mengajar", katanya penuh tanda tanya. Ketika sang putri berumur 4 (empat) tahun, bu Lismemasukkannya ke PAUD. Alih alih mendapati sang putri sebagai anak yang manis di sekolah, kenyataan justru sebaliknya. Sang putri sering bikin "onar" di sekolah. Siapa saja yang bermain dengan sang putri, pastilah akan menangis dan berteriak histeris. Prilakunya yang hiperaktif seringkali menjadikan teman sekolahnya menderita. Hingga akhirnya banyak protes dari orang tua wali siswa yang tidak menginginkan sang putri berada di sekolah lagi. Tentu saja kondisi ini menjadikan hati bu Lisbagai di sambar petir siang hari. Rasa kecewa, menyesal bahkan apatis terhadap kondisi anaknya sering bergelayut dalam pikirannya. Suatu hari, sekolah mengundang psikolog untuk berbagi banyak hal tentang perkembangan siswa. Dalam kesempatan tersebut, bu Lis, berkonsultasi dan berkeluh kesah dengan psikolog tersebut. Dari konsultasi tersebutlah dia tahu bahwa anaknya mengalami gangguan hiperaktif (ADHD). Seraya tidak percaya, dia berusaha menerima kenyataan itu dengan lapang dada. What's Next! itulah yang sangat penting dalam menyikapi kenyataan atasputrinya tersebut. Dari hasil test IQ, sang putri menunjukkan bahwa intelegensinya diatas rata rata (125). Sang putri lebih cenderung ke otak kanannya yang dominan. Gaya belajar kinestetik serta audio visual. Informasi tersebut sangat penting bagi bu Lis. Dengan informasi yang akurat tersebut, Bu Lis sudah memiliki plan A , Plan B dan sebagainya dalam menumbuhkembangkan putrinya sessuai potensi dan keunikan yang dimiliki. Bu Lis sering berkonsultasi dan mendatangi psikolog untuk mencari tahu bagaimana melayani sang putri tersebut. Hiperaktif stadium 2!, kata sang psikolog padanya kala itu.Dia mulai mengenali dengan baik karakteristik putrinya diantaranya adalah tidak fokus, kemampuan sosial yang buruk, namun memiliki kemampuan belajar yang sangat cepat. Semakin hari, semakin banyak potensi yang bisa dikenali dan dikembangkan. Psikolog langganannya menyarakankan sang putri untuk melakukan terapi denga lari atau berenang. Anjuran sang psikologpun dilaksanakan. Secara rutin berlari dan berenang dilakukan bersama dengan sang putri. Suatu hari, sang suami bercerita jika salah satu koleganya memiliki putra yang giat dalam kegiatan bersepatu roda. Maka ditawarkanlah kegiatan tersebut pada sang putri. Sang putripun menyambut tawaran tersebut dengan sangat riang. Mulailah sang putri menekuni olahraga sepatu roda. Semakin hari kemandiriannya tumbuh dengan baik. Ketekunan dan kesungguhannya berlatih sepatu roda akhirnya membuahkan hasil. Sang putri menjadi atlet profesional di usia 12 tahun. Sekarang sang putri sudah dipinang oleh salah satu kabupaten dan menjadi atlet Porda sepatu roda. Kini, bu Lis bisa tersenyum lebar, Pertarungannya melawan rasa bersalah dan menyesal atas kekhususan yang putrinya miliki berubah menjadi kemenangan. Ketulusan, keikhlasan dan usaha memberi kepengasuhan yang terbaik berdasar keunikan yang dimiliki sang putri mengubah beban menjadi kegembiraan. Kini, sang putri tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, prestatif. Begitu banyak anak berkebutuhan khusus di luar sana yang membutuhkan sentuhan hati sebagaimana bu Lis lakukan. Pendidikan inklusi menjadi harapan besar bagaimana ABK mendapat haknya untuk mendapat layanan pendidikan dan pengembangan diri yang layak bagi masa depannya. Inclusion is a rigt, not a previledge for select vew. #Education For All Paikolog menyuruh terapi,klo tidak lari renang... kebetulan suami saya punya teman anaknya di sepatu roda dan anak saya cukup tertarik... Proses yg cukup panjang bisa sampai ke titik ini..saya dan suami berusaha sabar dan tawakal dengan prosesnya... Sampai di usia 9 tahun saya melihat kemandiriannya,keberanian nya dan semua kelebihan nya terlihat... Makanya sampai sekarang klo ada lomba ke luar kota selalu sendiri Mohon doanya juga alhamdulillah sekarang dia juga sudah diambil kabupaten lain untuk dijadikan atlit dlaam membela daerah diajang Porda... Usianya sekarang sudah 12 tahun..dan ADHd itu sudah tak ada sepertinya, Aamiin..mugi"Riwayat
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post