Heriyanto Nurcahyo

Heriyanto Nurcahyo Guru SMA Negeri 1 Glenmore. Menyukai tulis menulis sejak mahasiswa, pernah belajar di berbagai universitas diantaranya Unibraw,&n...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tantangan Menulis 90 Hari (28)
Cinta

Tantangan Menulis 90 Hari (28)

365 Hari Mencari Cinta di SMA

Panggil aku “iful” saja. Meski nama Panjangku Muhammad Syaiful Al Bahari. Aku lebih suka di panggil iful. Singkat, namun aku ingin berkesan di benak kalian. Kalian pasti bertanya-tanya asal muasal nama belakangku “Bahari”. Pasti kalian menyangka aku dilahirkan diatas perahu seorang pelaut yang berangkat petang pulang pagi. Atau mungkin kalian menyangka aku terlahir dari perut ikan Hiu tempat dulu nabi Yunus berdoa untuk umatnya.

Meski aku suka sup sirip ikan hiu namun sejujurnya kukatakan bahwa aku bukan anak genetic species mamalia itu. Sungguh, aku juga manusia seperti kalian yang suka makan cilok dibungkus plastic dan menggigit bagian pojoknya. Akupun seperti kebanyakan kalian yang mengutuk leletnya internet tapi pinginnya dapat wifi gratisan.

” Bahari” dipilih oleh kedua orang tuaku untuk menggambarkan betapa luasnya hatiku laksana Samudra Hindia. Hati yang luas adalah harta tak ternilai di jaman pamer status ini. Ayah dan ibuku ingin aku tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan. Ayah dan Ibuku ingin Luasnya hatiku mampu menampung semua keluh kesah dari penduduk bumi. Aku juga diharapkan bisa menampung semua curcol kalian yang LDR. Menampung semua linangan air mata kalian, yang terjatuh karena janji palsu pasanganmu. Meski kalian termasuk “Balungan kere”, namun aku tercipta menjadi sandaran bagi kalian semua tanpa pandang bulu.

“Bahari”…bukankah sebuah nama akhir yang sangat indah dan romatis?. Seindah dan romantis orang yang menyandang nama tersebut, bukan?.

Aku tidaklah terlalu tampan meski tidak jelek. Jangan bandingkan aku dengan Aliando, Iqbal atau Hyun Bin apalagi Lee Min Ho. Sungguh aku tak setampan mereka. Apalagi kulitku tak seputih dan se glowing seperti wajah mereka. Namun, aku memiliki sesuatu yang banyak dari kalian tak memilikinya : kesetiaan. Kesetiaan bagiku adalah bukan karena kita sempurna, tapi setia karena kita saling menjaga. Menjaga atas apa yang telah kita ucapkan

Oh ya, Tahukah kalian bahwa kesetianku sudah terbukti loh?. Terbukti oleh tidak berubahnya kesetiaan pada diriku. Hingga saat ini kesetianku masih kokoh dan tegar meski banjir bandang menerjang Jakarta, dan virus corono mematikan kota Wuhan China. Kalian mau tahu buktinya. Ini saya kasih satu saja ya? Aku takut kalian semakin baper jika kutunjukkan semua bukti akan kesetianku.

Aku tetap setia menjomblo karena tak satupun teman kalian menaruh hati padaku. Ya, aku setia menjombo hingga hari ini, meski rasa di dalam dada kadang tak mampu aku redam. Aku rela Ambruk cagak ku nuruti angen-angenmu demi sebuah kesetiaan.

Masihkah kalian meragukan kesetianku? Akupun tak pernah mengalami Ghosting karena pasangan yang mendua hatinya atau main hati. Bagaimana aku merasa kehilangan disaat sayang-sayangnya kalau pacar saja aku belum punya.

Namun entah mengapa akhir-akhir ini hari-hariku berubah. Berubah bukan karena tugas proyek Bahasa Inggris belum kelar, pun juga bukan karena tagihan buku yang masih belum terbayar.

Kepalaku sering pusing meski tensi darahku normal. Aku sering mual meski tidak memiliki riwayat penyakit maag. Mataku pun sering kabur meski aku tidak mengalami gangguan penglihatan. Penglihatanku sangat normal, kalaupun aku memakai kacamata, itu adalah kacamata anti radiasi dari serangan cewek pemberi harapan palsu semacam Amanda kelas XII IPS 2 itu.

Badanku sering terasa panas dingin meski cuaca sangat normal. Aku merasa ada yang salah pada diriku. Hatiku sering degan-degan seperti gendering mau perang. Akupun tidak pernah menyerang es teh untuk mendinginkan dadaku. Akupun tak mampu menjawab apa sesungguhnya masalah yang kuhadapi. Aku pernah berkonsultasi pada guru BK ku, namun mereka justru bertanya apa aku sudah login SNMPTN undangan. Bukan bertanya siapa yang telah merobek hatiku,

Kuberanikan diri mengunjungi seorang perawat di dekat rumahku untuk memastikan penyakit yang kuderita saat ini. Namun, diagnosisnya tidak menemukan apapun dalam tubuhku. Aku bingung dengan perubahan tubuhku yang aneh ini. Tidak ada obat apapun yang diberikan perawat padaku meski symptom itu selalu muncul. Akhirnya aku pulang dari ruang praktiknya dengan penuh kekecewaan.

Aku kecewa karena tak satupun mampu menjelaskan kondisi tubuhku. Aku kecewa mengapa rasa ini ada saat aku bangun tidur hingga beranjak tidur lagi. Aku ingin segera pulang ke rumah. Berkeluh kesah tentangku dengan ibuku. Pasti dia tahu jawaban atas teka-teki ini. “Ibu, sudah beberapa hari ini tubuhku tidak nyaman, aku sudah pergi ke perawat dan dia mengatakan aku baik-baik saja” kataku pada ibu. Ibu lalu memelukku dengan rasa sayang dan kemudian membisikkan sesuatu di telingaku.”Kamu jatuh cinta nak! Katanya singkat. Aku terhenyak dan membalasnya, “benarkah bu? Kataku serius. Ibuku hanya mengangguk pelan.

Siapa gerangan yang telah merasuki pikiran dan perasaanku hingga ritme tubuhku ambyar ke sana kemari. Siapakah yang telah mencuri separuh hatiku hingga aku tak mampu merasa dinginnya hari dan panasnya mentari, siapa-siapa. Aku ingin tahu jawabannya.

Credit gambar: google

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post