Heri Yudianto, S.T

Heri Yudianto. Biasa dipanggil Mas Yudi. Lahir di Pasuruan, 8 September 1980. Penikmat kopi Aceh, wedang ronde, tahu campur dan rawon "setan" ini merampungkan p...

Selengkapnya
Navigasi Web
BELAJAR DARI UCAPAN DAN MEDSOS

BELAJAR DARI UCAPAN DAN MEDSOS

Mas Ikhsan, CEO Media Guru pernah berkata, kira-kira bunyinya demikian, “Medsos itu kejam, anda bisa mengeditnya, namun kesalahan yang anda lakukan akan terbayang-bayang selamanya.” Artinya medsos itu kejam, sekali anda membuat postingan, maka akan langsung tersebar. Sekalipun kita sadar salah dan langsung menghapusnya tetap saja tersebar (WA Mas Ikhsan, CEO Media Guru).

Saya terperanjat hari ini saat membaca postingan facebook dari Prof. Fahmi Amhar (17/2/2017). Seorang profesor BAKOSURTANAL yang aktif mengaji dan berdakwah ini membuat postingan yang sangat menohok.

Dalam postingannya yang diberi judul “Pemimpin Firaunian,” ia menyindir gaya kepemimpinan salah seorang tokoh politik. Menariknya ia menyamakan gaya kepemimpinan tokoh tersebut dengan Firaun, raja mesir kuno. Tentunya hal ini didasarkan banyak hal. Salah satunya, Firaun cenderung suka menantang. Firaun menganggap seluruh dunia ini berada dalam genggamannya, sehingga mudah dikendalikan.

Lho apa kaitannya dengan kalimat pembuka saya di atas? Ada dunk. Saya mencatat dari tulisan Mas Fahmi Amhar setidaknya ada dosa-dosa medsos dari seorang pemimpin yaitu mudah mengumbar janji dan cenderung menantang Tuhan. Sebagai catatan, mengutip dari postingan facebook Mas Fahmi Amhar, ada peristiwa penting. Apa itu? Tanggal 16 Februari 2017 kemarin, SMA Negeri 8 Jakarta direndam banjir, sampai-sampai siswanya diliburkan.

(http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/02/16/sungai-ciliwung-meluap-sman-8-jakarta-kebanjiran, dipostkan tanggal Kamis, 16/2/2017)

Padahal 3 bulan sebelumnya, Fahmi Amhar mencatat ada pemimpin yang menantang, seolah-olah di bawah kepemimpinannya enggak ada ceritanya SMA Negeri 8 banjir.

(http://megapolitan.kompas.com/read/2016/11/26/14413161/ahok.sekarang.enggak.ada.cerita.sma.8.banjir, dipostkan Sabtu, 26/11/2016)

Melihat fakta-fakta di atas seharusnya seorang pemimpin tidak berlaku demikian. Seorang pemimpin harus berhati-hati dalam berucap. Sekali seorang pemimpin membuat pernyataan, dan kemudian salah, maka akan terus menerus ditayangkan di media. Tentu saja susah sekali menghapus rekam jejaknya apalagi jika sudah telanjur disebarkan di medsos. Sungguh disayangkan! Saya sampai mengelus dada berulang kali, semoga Allah mendatangkan pemimpin yang terbaik di kota Jakarta. Mengapa demikian? Karena Jakarta adalah barometer bagi kota-kota lainnya. Semoga ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua, terutama para pemimpin di negeri ini.

Sidoarjo, 17 Februari 2017,

Salam kasih

Gambar diunduh dari http://www.cnnindonesia.com/nasional/20170216104926-20-193903/sman-8-jakarta-kebanjiran-siswa-diliburkan/

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post