Herlina Indrawaty

Herlina Indrawaty,S.Pd.M.Pd. adalah guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Tanjung Morawa, Deli Serdang Sumatera Utara. Lahir dan besar di Medan. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ilalang Menghalangi Pandangan

Ilalang Menghalangi Pandangan

28. Pulang ke Rumah

Pagi ini, semburat mentari perlahan menyusuri kaki langit. Hadirnya pagi membawa rona bahagia di keluarga kecil kami. Selepas salat subuh, Mas Rasya sudah menyiapkan sepatu dan pakaian kerja. Aku tahu, kerinduannya akan bekerja kembali begitu menggelorakan. Hal ini, sedikit meringankan beban di dada.

Saat memasak sarapan di dapur, kudengar bel berbunyi. Merasa tanggung, kuminta Ima membukakannya. Mas Rasya, masih di kamar berpakaian.

“Bu, ada kiriman makanan dari Ibu Kartika,” ujar Ima dengan meletakkan beberapa kotak makanan. Aku tertegun sejenak, menatap kotak makanan di depanku. Hem, semua ini karena pertemuan siang kemarin. Kuhela napas, lalu meminta Ima menyalin ke piring dan menghidangkan di meja.

Segera aku ke kamar, kudapati Mas Rasya baru selesai berpakaian. Kupasangkan dasi berwarna maron, melengkapi setelannya. Mas Rasya tersenyum, lalu mencium pipiku.

“Mas, semangat ya. Ini hari pertama bekerja kembali. Oh ya, ayo kita sarapan. Mbak Tika mengirim makanan,” ujarku. Kulihat suamiku sedikit terkejut, tapi aku menarik tangannya dengan lembut. Kayla sudah duduk di kursinya ketika kami sampai. Mas Rasya, langsung mengangkat dan menciumi pipinya. Aku menahan dada yang terasa perih.

Setelah Mas Rasya berangkat kerja, aku meminta Ima menyiapkan semua pakaian dan mainan Kayla. Ima menatap tidak mengerti, tapi aku sudah berlalu ke kamar bersama Kayla. Pagi ini, kupuaskan bersamanya. Entah dia mengerti atau tidak, aku banyak memberi nasihat padanya. Kayla kulihat hanya tertawa dan menciumku.

Tepat pukul 10.00, Kayla dijemput supir kantor. Ima bersamanya. Kayla menarik lenganku agar ikut, tapi kukatakan akan menyusul. Kayla menangis, tapi cepat kututup pintu. Setelah itu, aku merosot jatuh ke lantai. Bening di bola mata yang tertahan, kini tumpah sesukanya. Melepaskan sebak di dada.

Aku tidak melakukan apa-apa dari pagi hingga siang. Hanya tidur-tiduran di sofa. Pikiranku sedang tidak baik. Gawai yang terletak di atas meja bergetar. Saat kulirik, di layar ada wajah suamiku. Segera aku menekan kontaknya.

“Assalamualaikum Di, ada kabar baik. Mbak Tika meminta kita pulang ke rumah. Kamu bersiap-siap ya. Nanti beberapa pegawai kantor yang akan membawa barang-barang kita.” Setelah menjawab dan menutup gawai, aku terdiam.. Semuanya begitu cepat.

Sore ini, aku sudah ada di kamarku lagi. Kamar dimana aku datang pertama kali sebagai istri Mas Rasya. Tidak ada yang berubah di kamar ini. Hanya, hatiku kini serasa dingin. Apa yang akan kukatakan pada Mas Rasya, kalau tahu apa yang sudah kulakukan? Entahlah, biarlah ini semua mengalir. Apa pun itu, Kayla masih di rumah ini.

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ceritanya, sukses selalu bu Herlina Indrawaty

11 Mar
Balas

Ternyata harus pulang juga..

12 Mar
Balas

Baguslah tetap serumah sama Kayla walau sudah diadopsi Budenya... next

11 Mar
Balas

Keren...Bunda lanjut ..

11 Mar
Balas

Waduh...pengorbanan seorang wanita unt kelg. Lanjuut bunda

11 Mar
Balas

Keren ceritanya diajengku...Ditunggu lanjutannya njih...Salam literasi.

11 Mar
Balas

Cerpennya selalu keren...salam literasi

11 Mar
Balas



search

New Post