Herlina Indrawaty

Herlina Indrawaty,S.Pd.M.Pd. adalah guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Tanjung Morawa, Deli Serdang Sumatera Utara. Lahir dan besar di Medan. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ilalang Menghalangi Pandangan

Ilalang Menghalangi Pandangan

34. Memutarbalikkan Fakta

Dalam perjalanan menuju rumah sakit, kukuatkan hati untuk menerima kenyataan bahwa kakak iparku ternyata egois dan angkuh. Masih saja mempertahankan rasa terluka pada adiknya. Tidak punya keinginan mengalah sedikit pun. Tidak terasa, mobil sudah memasuki area parkiran, segera mobil kuparkirkan dan berjalan menuju rumah sakit.

Pikiranku saat ini hanya satu, berharap Mas Rasya sudah mendingan sakitnya. Di depan kamar Mas Rasya dirawat, kulihat Pak Maman supir Mbak Tika , duduk di kursi ters dengan tas pakaian Mas Rasya. Aku terkejut, apa-apaan ini, seenaknya saja beresin baju suamiku tanpa pamit padaku.

“Pak Maman, ada apa nih?” tanyaku heran menunjuk tas pakaian suamiku. Pak Maman menatapku, lalu menjelaskan alasannya. Emosiku tiba-tiba naik.

“Tidak usah, di sini saja! Kami masih sanggup bayar rumah sakit kok,” jawabku kesal. Segera aku masuk ke ruangan suamiku, terlihat sudah bangun. Dia menatapku dengan tanya. Aku mengucap syukur ketika melihatnya sudah bangun. Kucium keningnya, lalu duduk di sampingnya.

“Dari mana Di, kenapa Mbak Tika ngirim Pak Maman untuk memindahkanku ke rumah sakit kantor?” tanyanya dengan raut wajah yang tidak mengerti. Aku menghembuskan napas perlahan. Menurunkan amarah dengan berdehem.

“Aku tidak tahu Mas, kalau keberatan kita di sini saja,” jawabku memegang tangannya. Berharap suamiku tidak salah paham. Mas Rasya menatapku tajam, aku menunduk menyadari kesalahanku.

“Kamu tadi ke kantor Mbak Tika, terus merengek padanya agar aku dipindahkan ke rumah sakit yang mewah?” Mataku seketika membelalak, bisa-bisanya Mbak Tika memutarbalikkan fakta. Tapi, kesadaran kembali memenuhi kepalaku. Suamiku sedang sakit, aku tidak ingin membangkitkan emosinya.

“Maaf Mas, kalau aku salah. Yang kuminta kehadirannya dan Kayla, bukan pindah rumah sakit.” Suamiku diam, tidak memberi komentar lagi. Aku keluar menemui Pak Maman dan memintanya pulang. Tas pakaian suamiku langsung kuambil dan kembali masuk. Dokter muncul memeriksa suamiku. Dia tersenyum melihat Mas Rasya sudah bangun. Tapi dokter masih menahan untuk beberapa hari ke depan.

“Kenapa Dok?” tanyaku mengikutinya keluar.

“Kita masih menunggu hasil labnya, kalau bagus bisa pulang,” jelasnya padaku. Aku terdiam, seserius itukah sakitnya?” Wajahku kembali muram.

“Hueek…Hueek.” Aku terkejut. Segera aku berlari, Mas Rasya muntah di lantai. Hanya berupa cairan, karena dia belum makan dari kemarin. Segera kubersihkan wajahnya dengan handuk yang sudah kubasahi. Mas Rasya kusodorkan juga air hangat, dan langsung diminumnya.

Setelah agak enakan, Mas Rasya tertidur. Aku mendengar suara detak sepatu yang beraturan di luar kamar. Aku seperti mengenal iramanya. Rasa tidak percaya, tapi hatiku seketika berdebar. Membayangkan suasana di kamar ini akan dipenuhi kegaduhan.

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lanjut bunda, keren ceritanya

20 Mar
Balas

Mbak Tika datang?...Next

20 Mar
Balas

mbak Tika pandainya memutar balik fakta ya

21 Mar
Balas

Semoga aja Tika gak marah pada iparnya ..keren...lanjut Bunda

20 Mar
Balas

Waduhh ..mb Tika kah yg dtg? Lanjuut bsk ya bunda? Oma tggu ya crt kerennya

20 Mar
Balas

selalu menyimak... ceritanya, next

23 Mar
Balas



search

New Post