Hermin Agustini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Membuka Gerbang Sekolah Baru

Membuka Gerbang Sekolah Baru

Oleh: Hermin Agustini

Hari serah terima jabatan kepala sekolah pun tiba, yaitu pada hari Senin, 21 Februari 2022. Sesuai janji saya untuk hadir di tempat tugas yang baru, maka segera setelah pelantikan, dengan membawa SK sebagai kepala sekolah saya meminta ijin kepada ketua MKKS untuk berangkat ke tempat saya ditugaskan. Selain itu saya juga meminta ijin kepada sekretaris MKKS kabupaten yang menjabat sebagai PLT kepala sekolah di mana saya di tempatkan. “Iya, Bu silahkan ke sana, tapi saya tidak bisa membersamai karena masih ada acara di sini. Tapi akan saya sampaikan ke guru-guru di sana, kalau ibu mau ke sana harai ini,” kata Pak Rohim ketika mengijinkan saya.

Siang itu sangat cerah, matahari sangat terik. Langit biru mengiringi perjalanan yang membutuhkan waktu kurang lebih empat puluh lima menit dari kota. Tidak memerlukan google map menuju tempat itu karena sebelumnya saya pernah ke sana. Setelah melewati lapangan, mobil saya mulai melaju sangat pelan menelusur beberapa rumah dan persawahan.

Ada dua pintu gerbang di sekolah itu. Saya agak bingung harus masuk dari gerbang yang mana karena keduanya tertutup rapat. Dengan perasaan agak ragu saya memutuskan untuk masuk melalui gerbang dengan gapura dan gardu Pos jaga yang kosong. Tak ada satpam atau siapapun di depan sekolah. Saya melihat ke sekeliling, dan membaca papan nama sekolah sudah benar memang disitulah tempat tugas baru saya.

Perlahan saya turun dari mobil mencari barangkali ada tombol bel yang bisa saya tekan karena suasan terlalu senyap bila di sebut sekolah. Maklumlah, kegiatan siswa masih secara daring setalah pandemic. Beberapa saat saya berdiri mengamati sekeliling tapi tetap tak ada siapapun hanya beberapa motor terparkir yang sedikit menguatkan keyakin bahwa saya masih bisa bertemu orang.

Kemudian saya memutuskan untuk membuka pintu gerbang agak berat mendorongnya karena mulai berkarat. Dua tahun pandemic benar-benar melumpuhkan kegiatan sekolah, batin saya sambil terus mendorong gerbang yang berderak. Saya bahagia dengan suara itu, berharap ada orag yang akan menghampiri saya. Namun sampai gerbang berhasil saya buka lebar, taka da seorangpun yang keluar.

Mushollah di halaman depan tampak berdebu, dedaunan rontok mulai berserakan diterpa angin siang itu. Pohon-pohon tinggi membut suasana sangat teduh. Namun terlalu seyap untuk tempat yang di sebut sekolah.

“Ah, pasti acara sambutannya ada di dalam ruangan sehingga para guru focus di sana,” gumam saya menenangkan diri. Saya pun menuju ruang tamu yang juga sepi. Langkah saya teruskan sampai pada sebuah lapangan upacara dengan rumput yang meninggi. Saya menoleh ke kanan dan ke kiri mencari tulisan ruang guru yang membuat saya bergegas menuju ke sana namun sama saja. Kosong! Saya yang penakut mulai merinding dengan senyap siang itu.

Saya putuskan menuju ruang guru, “Asslamu’alaikum,” ucap saya berusaha memecah keheningan dan saya bersyukur ternyata ada yang menjawab salam saya,”walaikum salam,” dengan senyum yang ramah tapi masih tetap aneh karena sosok itu berjalan mirip robot. Hati saya mulai ciut, jangan-jangan saya salah alamat menuju tempat yang sangat asing. Jangan-jangan…?

Bersambung

28 Januari 2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post