Hermin Agustini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pulang Kampung Halaman

Pulang Kampung Halaman

Oleh: Hermin Agustini

Pagi meriap bersama binar mentari yang terasa amat cepat menuju siang ketika notivikasi panggilan ponselku berbunyi. “Ah, nomor tak dikenal,” batinku ketika melirik ke layar ponsel sementara aku tetap berusaha focus menyetir mobil melaju dengan kecepatan normal menuju kampung halaman. Namun nada dering dari nomor yang sama terus berdering. Dengan hati-hati aku menghentikan kendaraan di pinggir jalan untuk menerima panggilan itu meski waktu berbisik, “aku tak mau menunggumu.”

Ah, biarlah waktu terus berlalu. Aku harus mengangkat telephon dulu sepertinya sangat penting.

“Assalamu’alaikum,” terdengar suara lembut seorang Bapak-Bapak. Aku sebut Bapak untuk menyesuaikan dengan usiaku yang tentu jarang bahkan hampir tak pernah lagi menerima telpon dari anak muda kecuali sanak saudara ataupun siswa yang kebanyakan suaranya sudah aku hafal.

“Walaikum salam, iya ini siapa?” jawabaku dengan nada flat tunjukkan keraguuan.

“Ma’af, apa benar ini Bu Agustin?” suara lembut itu bertanya.

“Lah, ini siapa?” aku balik bertanya tanpa menjawab identitas, karena aku khawatir penipuan.

“Ma’af Bu, saya Pak Heru dari SMPN 3 BAngsalsari. Saya diminta kepala sekolah untuk mengubungi ibu apa besok pagi bisa hadir di sekolah?” Kalimatnya santun tertata sesuai dengan lembut suaranya pasti orangnya ramah.

“Oh, njih Pak, tapi mohon ma’af untuk besok pagi saya belum bisa hadir di sekolah Bapak sebab masih ada acara pernikahan keponakan di kampung,” jawabku dengan suara yang ikut lembut, sehingga orang yang mendengar suaraku akan berpikir bahwa aku orang Jawa kelahiran Solo, saking lembutnya. Hehehe.

“Mohon ma’af njih Pak, InshaAllah Senin setelah penerimaan SK saya akan langsung meluncur ke Sekolah njenengan,” aku menjawab dengan nada suara yang aku pertahankan tetap lembut.

“Oh, Injih Bu, saya sampaikan ke kepala sekolah. Ngapunten mengganggu wakktunya,” kata Pak Heru juga dengan frekwensi suara yang sama. Membuat aku gelisah dan makin gelisah karena waktu semakin memburu.

Njih, Pak ndak apa-apa, saya yang minta ma’af belum bisa memenuhi undangan,” jawabku mengakhiri percakapan telpon dengan salam kemudian melanjutkan perjalanan menuju rumah kakak yang sedang mempersiapkan perhelatan pernikhan untuk putra ragilnyanya, si Irsyad.

Aku kembali melajukan mobil dengan kecepatan lebih cepat menurut ukuranku yang waktu itu tergolong masih belum begitu terampil mengemudi. Untungnya jalanan menuju kampong halamanku adalah jalanan sepi meski ada beberapa kelokan tajam dengan kiri kanan persawahan yang asri dan sejuk sejauh mata memandang di kaki gunung raung.

“Ayah, Ibu, aku pulang,” batinku bersama buliran bening yang mulai menggenang dan segera aku seka agar tak buram pandangan ke depan. Terbayang raut wajah gembira meski keriput penanda usia senja melengkapi wibawa dan kasih sayang.

“Ma’af aku pulang sendiri, sebab menantumu sedang menunggui cucu semata wayangmu bersekolah, “ gumamaku sepanjang perjalanan seolah berbincang dengan dua orang yang amat aku rindukan yang selalu dengan setia penuh kasih sayang menungguku datang.

Laju mobilpun mulai berlahan berhenti di ujung jalan masuk sebuah rumah puing penuh ilalang. Pintu pagarnya terkunci meski pagar temboknya telah banyak bongkar lapuk dimakan usia tanpa perawatan. Sejenak aku tercenung melihat pemandangan halaman ilalang. Lalu berlahan turun dengan membawa bunga mawar. Bukan sekuntum, karena untuk aku tebarkan di atas pusara kedua orang tuaku

Perlahan aku turun dengan menguatkan hati dan badan agar tak oleng oleh kerinduan. Biasanya suami dan anakku yang menggandeng tangan menguatkan karena aku memang selalu berurai air mata bila mendatangi pusara ayah ibu yang berada di halaman belakang rumah kenangan yang kini tinggal puing. Rumah besar kami tak berpenghuni sejak ibu meninggal dan semua putra putrinya tak ada yang bisa tinggal dikarenakan tugas dan keluarga barunya menuntut semuanya berjauhan.

Bersambung

27 Januari 2023

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kog jadi Baper ya Bunda.

27 Jan
Balas

Jadi ikut menitikan air mata

27 Jan
Balas

Jadi ikut menitikan air mata

27 Jan
Balas



search

New Post