Fenomena Pengemis yang Menipu

By. Hermiza Akmal

MAN 3 Kota Padang Panjang

Suatu hari ibu dari Azizah memanggilnya ke kamar karena ada seorang tamu laki-laki yang ada keperluan dengannya, Azizah langsung menemui tamunya, laki-laki itu menyampaikan bahwa dia adalah teman suami Azizah, kebetulan suami Azizah sedang menunaikan ibadah haji.

Laki-laki itu menyampaikan bahwa anaknya sedang dirawat di rumah sakit yang sudah selesai operasi amandelnya, besok sudah diperbolehkan dokter untuk pulang, namun ketika menghubungi bagian administrasi, saya kekurangan dana Rp.300.000. Jadi maaf mau meminjam uang ibu.

Azizah tanpa pikir panjang, menjawab tunggu sebentar ya pak dan langsung masuk kamar untuk mengambil uang, kemudian menyerahkan uang itu kepadanya. Laki-laki itu berkata, insya Allah saya bayar uang ibu bulan depan dan mohon pamit. Namun sudah kembali pula suami Azizah dari menunaikan ibadah haji, laki-laki itu tidak pernah lagi menampakkan batang hidungnya.

Azizah menceritakan kejadian itu kepada suaminya, suaminya menjawab bahwa banyak trik orang sekarang untuk meminjam, hati-hati nanti dalam menghadapi orang-orang yang datang untuk meminjam.

Di lain waktu, yaitu di bulan ramadhan, Azizah kedatangan tamu 2 orang perempuan separuh baya, keduanya menyampaikan bahwa suami Azizah menyuruh mendatangi Azizah untuk diberikan sedekah ala kadarnya. Azizah tanpa pikir panjang memberikan sedekah agak lebih banyak dari biasa berhubung ‘idul fitri akan datang.

Lebih kurang lima belas menit kemudian, suami Azizah pulang. Azizah langsung bertanya kepada suaminya “Benarkah menyuruh 2 orang perempuan ke rumah untuk diberikan sedekah ?” Suami Azizah menjawab “Sudah kena tipu, tidak ada menyuruh siapa-siapa menemui Azizah.” Azizah hanya mengucapkan subhaanallaah, biarlah mudah-mudahan menjadi amalan yang sholeh sedekah yang diberikan tadi sekalipun ditipu oleh orang.

Sejak kejadian-kejadian itu, Azizah ekstra hati-hati jika ada orang yang membuat berbagai macam alasan untuk memanfaatkannya. Fenomena pengemis yang menipu itu akhir-akhir ini memang marak. Padahal mereka yang memiliki sikap mental dan perilaku demikian, hukumnya adalah haram.

Di antara dalil yang mengharamkan mengemis atau meminta-minta untuk kepentingan pribadi dan keluarga. Nabi Saw bersabda artinya “Barangsiapa meminta-minta kepada orang lain tanpa adanya kebutuhan, maka seolah-olah ia memakan bara api.” (HR. Ahmad dari Hubsyi bin Junaadah ra).

Namun seseorang diperbolehkan meminta-minta atau mengemis apabila berada dalam 3 kondisi berdasarkan hadis Nabi Saw, dari sahabat Qabishah Bin Mukhariq Al-Hilali ra ia berkata, Rasulullah Saw bersabda “Wahai Qabishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, kecuali bagi salah satu dari tiga orang, seseorang yang menanggung beban (hutang orang lain), ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya, kemudian berhenti (tidak meminta-minta lagi). Dan seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup. Dan seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya mengatakan, ‘Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain untuk ketiga hal itu wahai Qabishah! Adalah haram, dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram.” (HR. Muslim dari Qabishah Bin Mukhariq Al-Hilali ra).

Berdasarkan hadis di atas seseorang diperbolehkan meminta-minta bukan untuk kepentingan pribadinya tetapi untuk kepentingan kaum muslimin, misalnya meminta-minta sumbangan untuk pembangunan masjid, madrasah, menyantuni fakir miskin, memberi perbukaan bagi orang yang puasa, kegiatan dakwah, sunnatan massal, dan lain sebagainya.

Padang Panjang, Ahad, 26 April 2020 Tantangan Gurusiana (hari ke-27)