Kesempurnaan Manusia dan Ibadah Puasa
Kesempurnaan Manusia dan Ibadah Puasa
By. Hermiza Akmal
MAN 3 Kota Padang Panjang
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah Swt yang paling sempurna, baik secara jasmani maupun rohani, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Isra’ / 17 ayat 70, artinya “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak keturunan Adam.”
Manusia sempurna secara jasmani artinya manusia memiliki susunan biologis tubuhnya yang sangat indah. Berjalan dengan kaki dua, letak kaki dan posisi tangan sangat seimbang. Kepala adalah bagian yang terpenting karena di sana terdapat mata, mulut, telinga, dan yang tak kalah pentingnya adalah otak untuk berfikir, maka letak kepala posisinya paling atas.
Sementara kesempurnaan manusia secara rohani, Allah melengkapi rohani manusia itu dengan akal dan nafsu. Perpaduan antara akal dan nafsu itu, membuat manusia menjadi penguasa dan pengatur segala makhluk yang ada.
Walaupun pada awalnya manusia itu adalah makhluk lemah, tidak bisa terbang di udara dan tidak bisa berenang di lautan, namun dengan adanya perpadauan akal dan nafsu, manusia bisa terbang bahkan mengalahkan burung, dan bisa berenang di lautan, mengalahkan ikan. Sama halnya dengan mengangkat beban berat dengan kekuatan yang bisa mengalahkan gajah sekalipun.
Namun demikian, kekuatan lebih yang dimiliki manusia itu, tidak bisa tercipta dengan begitu saja tanpa ada upaya dan usaha dalam kehidupan manusia. Upaya dan usaha yang kita maksudkan adalah meningkatkan kemampuan akal dengan menuntut ilmu dan mengendalikan nafsu.
Menuntut ilmu dan mengendalikan nafsu harus berjalan seiring. Fakta di lapangan menunjukkan betapa banyak orang yang berpendidikan tinggi dengan kemampuan ilmu yang mumpuni, memiliki prediket S1, S2, bahkan S3. Namun di sisi lain, yang bersangkutan makin menjadi jahat dan menjadi buas.
Umpamanya para koruptor, bandar narkoba, trafficking (perdagangan manusia), mereka adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi. Kelihatannya makin tinggi pendidikannya, makin besar pula bobot kejahatan yang dilakukannya. Pertanyaannya adalah, kenapa demikian ?
Jawabannya adalah karena ketidakseimbangan antara ilmu yang dimiliki dengan tingkat pengendalian nafsu. Sementara alat untuk pengendalian nafsu hanyalah agama. Artinya, makin tinggi ilmu seseorang, lalu dia makin jauh dari agama, maka tingkat kejahatannya makin tinggi pula. Dalam hal ini, kesempurnaan manusia hanya bisa terpelihara di atas pengendalian nafsu yang maksimal.
Upaya yang dapat dilakukan untuk pengendalian nafsu adalah dengan melihat watak dan karakteristik dari nafsu itu sendiri. Sigmund Freud menyebutkan bahwa ada dua bentuk nafsu utama manusia dan hal ini juga dimiliki oleh semua makhluk. Apabila nafsu utama ini dapat tersalur secara benar, insya Allah kesempurnaan manusia akan bisa dipertahankan.
Dua jenis nafsu utama itu adalah makan dan seks. Keduanya sangat diperlukan untuk kelangsungan kehidupan. Untuk yang dua ini, manusia tidak perlu belajar, dia sudah muncul secara otomatis bila waktunya sudah tiba secara insting kemanusiaan.
Imam Al-Ghazali menyebutkan, apabila keduanya ini dapat tersalur secara benar, manusia akan bertahan pada prediket kemanusiaan, umpamanya makan, manusia punya aturan tertentu, apa yang akan dimakan dan kapan harus makan, begitu juga dengan penyaluran seksual dalam melanjutkan keturunan, ada batas-batas yang harus diikuti, dalam Islam disebut dengan pernikahan.
Islam sebagai suatu agama yang suci, memiliki sistim ajaran yang sangat indah untuk menjaga keistimewaan manusia itu, yaitu dengan adanya ibadah puasa.
Puasa adalah suatu bentuk ibadah terhadap pengendalian nafsu yang tertuju kepada makan dan seks sebagaimana definisi puasa, yaitu menahan dari makan dan berhubungan seksual mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari.
Imam Al-Ghazali menambahkan, apabila dua nafsu utama ini bisa dikendalikan, maka nafsu dan keinginan yang lain, lebih gampang untuk dikendalikan.
Padang Panjang, Rabu, 06 Mei 2020 Tantangan Gurusiana (hari ke-37)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
MasyaAllah benar sekali bu.. Manusia tanpa iman bagai kuda liar yang tak terkendali... Keren tausiyahnya .. ustadzah.
Alhamdulillah, terima kasih supportnya Pak Ari
Alhamdulillah, artikel yg mantap dengan mengedepankan kita agar menjadi insan yg berakal, jangan dibuai nafsu duniawi..trimakasih tausiyahnya bu..salam hormat
Alhamdulillah, betul Pak, sama-sama, terima kasih kembali Pak. Salam hormat Pak.
Sekarang keimanan sudah banyak yang luntur buk..akhlak.merosot. Banyak yg mengalalkan sagala cara demi kepuasan duniawi
Iya Buk Era. Semoga kita dijauhkan dari memperturutkan nafsu jelek. Terima kasih Buk Era.
Alhamdulillahi Robbil'Alamin. Barokallahu Fik Ibuk, Tulisan ibuk menambah wawasan kt.
Alhamdulillah, terima kasih do'a dan supportnya Buk Susi
Sungguh luar biasa buk..!
Alhamdulillah, terima kasih supportnya Buk Us
Bagusnya tulisan Ibu. Menambah pengetahuan.
Alhamdulillah, terima kasih supportnya Buk Susi
Yaa...kt hrs mengendalikankan napsu.Yg mampu mengendalikannya adalh agama dan niat.Tksh bunda...tulisan yg bgs.
Ya Bu. Alhamdulillah, terima kasih apresiasinya Bu
Ya Bu Helda, kita saling menguatkan dengan saling mengingatkan. Terima kasih apresiasinya Buk Helda
Pengendalian diri... Motivasi diri semua tulisan ibuk...
Iya semoga kita bisa mengendalikan dua nafsu utama di atas sesuai tuntunan agama. Terima kasih Buk Helda
Iya semoga kita bisa mengendalikan dua nafsu utama di atas sesuai tuntunan agama. Terima kasih Buk Helda