Hermiza Akmal, S.Ag

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Stop itu Membanggakan Batinku

Stop itu Membanggakan Batinku

Stop itu Membanggakan Batinku

By. Hermiza Akmal

MAN 3 Kota Padang Panjang

 

Profesi apapun yang digeluti oleh setiap orang, pasti mengalami suka dan duka. Ketika suka menghampiri seseorang, selayaknya tentu pujian dan syukur diperuntukkan kepada Zat Yang Maha Terpuji dan Maha Sempurna, yaitu Allah Swt Sang Pencipta kita, karena kita manusia tidak akan mampu menghasilkan sesuatu yang baik, jika tidak ada peran Allah di dalamnya, tentunya dalam rangka membentuk jiwa tawadhuk (rendah hati) dan tidak sombong.

Sebaliknya ketika duka menghampiri seseorang, seyogyanya selaku insan beriman, siap mengembalikan segala sesuatu yang tidak disukai kepada Zat Yang Maha Sabar, yaitu Allah. Hakikat segala sesuatu yang tidak disukai, ditimpakan kepada seseorang, Allah menginginkan sesuatu yang terbaik bagi seseorang di masa mendatang. Aku yang senang dengan profesiku sebagai tenaga pendidik dan pengajar, juga mengalami suka dan duka itu.

Suatu hari, Aku menerangkan materi pelajaran hadits di lokal XI jurusan Ilmu Agama Islam (IAI), di akhir kegiatan belajar mengajar, kebiasaanku adalah  memberikan kesempatan kepada peserta didikku untuk bertanya tentang materi yang belum mereka pahami. Akhirnya seorang peserta didikku bertanya dengan nada yang tinggi, Aku tersinggung sebagai pendidik karena belum pernah bertemu dengan peserta didik yang menurutku kurang ajar.

Sekitar dua menit menjelang habis jam mata pelajaran (mapel) hadits, Aku bertanya kepada para peserta didikku dengan siapa belajar setelah ini, spontan mereka menjawab bahwa mereka belajar mapel prakarya, pertanyaanku bertujuan untuk menyelesaikan perilaku  peserta didikku yang nadanya tinggi ketika bertanya tadi dan minta izin kepada guru prakarya untuk memberi izinnya tidak belajar prakarya selama lebih kurang tujuh menit.

Akhirnya peserta didikku yang bermasalah tadi, Aku ajak ke pendopo madrasah dan mulailah Aku membuka pembicaraan “Biasakah ananda kalau ngomong dengan orangtua di rumah dengan nada tinggi ?” Peserta didikku diam (tidak berani menjawab). Melihat gelagatnya demikian, Aku langsung memainkan peranku sebagai pendidik dan penata sikap mental dan perilaku peserta didikku yang belum sesuai dengan harapanku.

Aku sampaikan “Sebagai penuntut ilmu, pelajar yang baik itu adalah kalau ngomong, nada suara sekedar bisa didengar oleh lawan bicara dan coba biasakan hal ini. Tata krama kita ngomong yang baik itu, menunjukkan pribadi kita sebagai orang yang pernah diberi ajaran dan didikan oleh orangtua, guru, dan tokoh masyarakat kita sekaligus bentuk penghormatan dan penghargaan kita terhadap pendidik kita yang akan mengantarkan keberkahan ilmu yang diberikan kepada kita.”

Peserta didikku menyimak dengan baik. Di ujung pembicaraan Aku tutup dengan penyampaian “Tolong dirobah perilaku ananda kepada yang baik untuk ke depannya.” Peserta didikku menjawab “ya buk”. Akhirnya Aku persilakan peserta didikku masuk lokal untuk melanjutkan belajar prakaryanya.

Esok harinya, ketika jam istirahat, Aku mendapat cerita dari teman seprofesiku bahwa ayah peserta didikku itu datang ke madrasah menemui anaknya, entah membicarakan tentang apa, yang jelas peserta didikku ini sampai mengeluarkan kata-kata tidak baik kepada ayahnya.

Aku berkesimpulan bahwa hubungan dan komunikasi antara orangtua dengan anak kurang harmonis. Dalam kondisi seperti ini, peran guru sebagai peletak nilai-nilai akhlak yang terpuji (akhlaqul karimah) harus memainkan perannya secara maksimal. Hasil itu, biasanya tidak mengkhianati proses.

Setelah peserta didikku itu tamat dari madrasah, dia bekerja di salah satu Bank yang ada di kota tempat tinggalku, hampir setiap Aku berurusan dengan ATM di Bank tempat dia bekerja, dia selalu menghampiriku dan mengucapkan salam, bahkan ketika Aku akan menyeberangkan kendaraanku, dia menyetop dulu kendaraan-kendaraan yang akan menghalangi perjalananku. Aku lambaikan tangan sambil mengucapkan terima kasih kepadanya. Batinku bangga dan senang melihat perobahan seseorang yang pernah menjadi peserta didikku itu.

     Akhirnya Aku berkesimpulan bahwa ajaran dan didikan terbaik itu ada dalam agama kita yang sempurna, tinggal kita aplikasikan dalam tindakan nyata, termasuk pendekatan persuasif dalam menghadapi peserta didik yang memang beragam karakternya, semoga melahirkan generasi yang diharapkan agama, keluarga, nusa, dan bangsa. Aamiin ya Rabbal ‘Aalamiin...

Padang Panjang, 06 April 2020                                             

#Tantangan Gurusiana (hari ke-7)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Akhlak itu lebih utama ya Bu.

06 Apr
Balas

Ya Bu...Terima kasih Bu...

06 Apr

Mantul bu.

06 Apr
Balas

Alhamdulillah...Terima kasih supportnya Bu...

06 Apr

Mantap buk..begitulah bahagianya jadi seorang guru ya buk..kebahagiaan itu sering kita temui setelah kadang kita.lupa dengan anak didik kita..sukses selalu buk

06 Apr
Balas

Alhamdulillah...Ketika prilaku peserta didik yang menyenangkan, kita bersyukur, sebaliknya jika tidak menyenangkan, kita sabar. Bagi Insan beriman kedua-duanya baik, karena ada pahalanya di sisi Allah. Aamiin...Terima Kasih doa & supportnya Bu Era.

06 Apr

Ya Buk...Terima kasih supportnya Buk Helda...

06 Apr
Balas

Pembelajaran dari seorang guru kpd peserta didik dgn hati... Mmng lama teringat oleh anak buk... Sukses buk

06 Apr
Balas

Ya Buk...Terima kasih supportnya Buk Helda...

06 Apr



search

New Post