Zakat Jiwa dan Zakat Jasad

By. Hermiza Akmal

MAN 3 Kota Padang Panjang

Zakat berasal dari bahasa arab, berakar dari zakka-yuzakki-zakaatan, artinya bersih atau tumbuh. Sesuai dengan judul, “Zakat Jiwa dan Zakat jasad,” maksudnya membersihkan dan menumbuhkan jiwa serta membersihkan dan menumbuhkan jasad.

Jiwa yang bersih adalah jiwa yang tumbuh dan berkembang dengan baik, senantiasa disadari bahwa unsur utama dalam jiwa itu adalah kejujuran. Rasulullah Saw adalah orang yang paling bersih jiwanya. Jiwa Rasulullah atau rohaninya sangat tenang, yang dalam istilah Al-Quran disebut dengan muthmainnatul qulub (hati yang tenang).

Jiwa yang tenang senantiasa dekat dengan Allah, dia selalu bernaung di bawah ridha Allah dan Allah juga ridha kepada-Nya. Dalam surat Al-Fajr / 89 ayat 27-30, artinya, “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku.”

Sedangkan asas utama untuk mendapatkan ketenangan jiwa adalah kejujuran karena kejujuranlah yang bisa membuat jiwa tidak ada beban, maka sifat utama Rasulullah Saw adalah shiddiq artinya jujur. Dalam sifat shiddiq sudah terkandung sifat-sifat mulia yang lain, seperti sabar, berani, qana’ah, tawakal, dan lain sebagainya.

Lalu bagaimana caranya mendidik jiwa atau membersihkan jiwa agar terbiasa bersifat jujur (shiddiq), cara yang paling ampuh itu adalah dengan menunaikan ibadah puasa. Sekian banyak ibadah di dalam Islam, maka ibadah puasalah yang berkaitan langsung dengan pendidikan kejujuran, karena ibadah puasa sangat sulit ditulari oleh penyakit riya.

Seorang yang berkumur-kumur di siang bulan ramadhan, tidak seorangpun yang bisa tahu bahwa dia menelan sebagian air yang ada di dalam mulutnya, tetapi dia tidak mau melakukan hal itu karena dia sadar sedang berpuasa. Maka berpuasa memang benar-benar mendidik kejujuran.

Maka zakat jiwa atau membersihkan jiwa adalah dengan menunaikan ibadah puasa, para ulama mengatakan bahwa untuk segala sesuatu itu ada alat pembersih, maka alat untuk pembersih jiwa adalah puasa.

Sementara jasad adalah tubuh manusia, mulai dari kepala sampai ujung kaki, terdiri dari daging dan tulang dan padanya lengkap dengan anggota tubuh. Di kepala, ada mata untuk melihat, ada hidung untuk mencium, ada mulut untuk makan dan bicara. Sementara pada badan, ada tangan untuk bekerja dan ada kaki untuk berjalan.

Agar masing-masing anggota tubuh itu dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka masing-masingnya perlu dibersihkan. Anggota tubuh yang bersih, niscaya akan melahirkan tindakan-tindakan yang bersih pula. Halaman akan bisa disapu dengan bersih, apabila sapu yang dipakainya adalah bersih.

Lalu bagaimana caranya untuk membersihkan jasad beserta seluruh anggota yang ada padanya, maka untuk membersihkannya, dimulai dari membersihkan unsur-unsurnya. Sementara unsur-unsur dari jasad itu adalah tulang dan daging. Lalu bagaimana cara membersihkan tulang dan daging agar menjadi bersih atau fitrah ? Maka untuk membersihkan jasad adalah dengan membersihkan asal tumbuhnya jasad itu, yaitu seluruh makanan yang kita masukkan ke dalam jasad.

Lalu bagaimana caranya membersihkan makanan yang kita masukkan ke dalam jasad ? Maka untuk membersihkannya dengan membersihkan harta. Maka zakat fitrah adalah alat pembersih jasad, sehingga seiringlah tujuan puasa dan zakat fitrah. Puasa membersihkan jiwa, sedangkan zakat fitrah membersihkan jasad. Ulama mengatakan bahwa untuk segala sesuatu ada alat pembersih, maka untuk membersihkan jasad adalah zakat fitrah.

Padang Panjang, Sabtu, 09 Mei 2020 Tantangan Gurusiana (hari ke-40)