Hernawati Kusumaningrum

Hernawati adalah guru bahasa Inggris SMP Al Hikmah Surabaya. Ibu berputra 4 ini berhobi membaca, menulis, dan berkebun. Suka mengikuti lomba bagi guru. Sekarang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jenang Gulo
Gulali asli. foto diambil dari https://ramesiamesin.com/cara-membuat-gulali-gula-aren/

Jenang Gulo

Jenang gulo kowe ojo lali

Marang aku iki, duh Kang Mas

Jenang gulo adalah glali. Dalam bahasa Indonesia artinya gulali. Permen tradisional yang dibuat dari gula Jawa. Warnanya coklat kehitaman karena memang bahannya asli gula Jawa yang dimasak. Sebenarnya banyak macamnya sih. Ada yang bahannya gula pasir. Kemudian dicampur terigu, diberi pewarna dan ditarik-tarik sampai menyerupai rambut. Namanya gulali rambut nenek. Disebut rambut nenek karena bentuknya kusut dan acak-acakan. (nenek zaman dulu, kelees) Kalau saya jadi nenek rambut saya nggak bakalan acak-acakan, deh. Rapi tertutup jilbab. Saya akan jadi neli (nenek lincah) hahaha…. Ada yang membuatnya pakai mesin. Mesinnya bernama cotton candy machine. Permennya disebut permen kapas (cotton candy). Kita lebih mengenalnya dengan nama arum manis.

Mungkin pembaca tidak banyak yang tahu kalau Jenang Gulo di atas adalah sebuah lagu. Langgam Jawa yang tetiba saja saya begitu menyukainya. Dulu, almarhum Bapak senang memutar langgam Jawa. Semacam lagu-lagu campur sari gitu. Menghabiskan sore di depan teras bertemankan suara Waldjinah, Mus Mulyadi dari sebuah radio tua. Di atas meja telah tersaji beberapa potong ketela pohon dan secangkir kopi. Keduanya masih mengepulkan uap panasnya. Saya ingat mata Bapak tertutup rapat sambil sesekali menggoyangkan kepala dengan lembut.

Ternyata baru sekarang saya bisa merasakan keindahannya. Lagu-lagu tradisional Jawa yang sarat makna. Langgam yang menawarkan eksotisme luar biasa. Ada semacam kedamaian dan kerinduan yang sangat ketika saya mencoba mendengarkannya. Pilihan katanya seperti benar-benar ditata dan mengusung pesan bagi penikmatnya. Lagu Jenang Gulo ini contohnya.

Jenang gulo kowe ojo lali

Marang aku iki, duh Kang Mas

Nalikane nandang susah

sopo sing ngancani

Dek semono aku tetep setyo sarto tetep tresno

Dereng nate gawe gelo lan gawe kuciwa

Ning sak iki bareng mukti

kowe banjur lali, marang aku

Sithik sithik mesti nesu

Terus ngajak padu ....

jo ngono ojo ngono....

Opo kowe pancen ra kelingan

jamane dek mbiyen, to Kang Mas

Kowe janji, bungah susah pada dilakoni

Bagi Anda yang bukan berlatar budaya Jawa, saya coba terjemahkan.

Jenang gulo (gulali : lali, artinya lupa)..

Kamu jangan lupa pada diriku ini

Saat hidup susah

siapa yang menemani?

Dulu aku selalu setia dan cinta

Belum pernah membuat kecewa

Tapi sekarang setelah hidup makmur

kamu jadi lupa padaku

Sedikit sedikit kamu marah,

terus ngajak bertengkar

Jangan begitu.. Jangan begitu..

Apa kamu tidak ingat jaman dahulu, kang Mas

Kamu janji, bahagia dan susah sama-sama kita jalani

Jenang gulo di atas mengingatkan kita agar selalu setia pada pasangan. Usia pernikahan yang lama bukan berarti tanpa masalah. Kebosanan kadang mendera. Kekurangan kadang melemahkan. Kemakmuran kadang menggoda. Ketika sudah menikah bukan berarti tanpa cobaan, bukan? Bisa jadi tambah lebih besar. Bukan rahasia lagi, angka perceraian di kalangan PNS guru begitu tinggi. Bahkan, pada beberapa daerah, guru perempuan menjadi penyumbang terbesar, penggugat cerai.

"Rata-rata pengajuan cerai dilakukan para guru wanita, dengan dalih rumah tangga yang tidak sesuai, masalah ekonomi hingga tidak ada kepuasan. Dari 180 ribu PNS, 120 ribu didominasi PNS guru, total perceraian mencapai 35 kasus," kata Risma, wali kota Surabaya menyikapi tingginya angka perceraian guru di Surabaya. (http://pojokpitu.com, Ahad 25-12-2016). Surabaya bukan satu-satunya. Anda bisa mencari sumber daerah-daerah lain. Paling-paling, angkanya sebelas dua belas.

Saya menulis ini sebagai pengingat bagi saya pribadi agar selalu berada di lintasan yang benar. Setia, sehidup sesurga. Jika kita mengalami konflik dengan pasangan, ingat-ingatlah zaman dulu. Ketika awal-awal pernikahan, semuanya cinta, bukan? Ingatlah Jenang Gulo alias glali…ojo lali. Jangan lupa.

Kecuali Anda dinikahkan paksa dengan Datuk Maringgih. Hehehe…

Sebagai hadiah sudah membaca tulisan ini, saya sertakan video lagu Jenang Gulo yang dilantunkan oleh bu Waldjinah di Tong-Tong Fair, Den Hagg beberapa tahun silam. Selamat siang.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow....bu herna kereeennnn bgt tulisannya Mbrebes mili, teringat alm.bpk Lagu favorit nya versi keroncong

21 Mar
Balas

saya juga ingat almarhum bapak saya waktu nulis ini. semoga beliau dilapangkan kuburnya nggih

21 Mar

Betul Bu dalam pasangan haruslah seiring seperti halnya sepasang rel lintasan kereta api. Ini agar rel dapat berjalan sampai tujuan.

21 Mar
Balas

terima kasih sudah mampir

22 Mar

temanya sederhana tetapi menjadi luar biasa. setuju. terima kasih sudah mengingatkan kami...

22 Mar
Balas

terima kasih banyak Pak, sudah mampir.

22 Mar



search

New Post