Hernawati Kusumaningrum

Hernawati adalah guru bahasa Inggris SMP Al Hikmah Surabaya. Ibu berputra 4 ini berhobi membaca, menulis, dan berkebun. Suka mengikuti lomba bagi guru. Sekarang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menapak Jejak Guru Pejuang

Menapak Jejak Guru Pejuang

Judul buku : Terima Kasih Guru

Penulis : A Budiarini, dkk

Penerbit : Pustaka Media Guru

Terbit : November 2016

Tebal : 212 halaman

Buku ini merupakan kumpulan kisah para guru tentang guru mereka. Warna warni catatan masa lalu yang mengantar para guru penulis pada kesuksesan saat ini. Barangkali kisah-kisah yang diangkat terkesan sederhana namun menyimpan inspirasi. Inspirasi inilah yang mahal harganya. Tidak bisa ditebus dengan rupiah.

Seperti yang dikisahkan dalam Pak Tamam, guru yang memanusiakan siswa (hal. 45-48). Pak Tamam adalah guru bahasa Inggris yang profesional. Ia selalu siap ketika mengajar, punya beragam cara agar siswa fokus pada pembelajaran. Tegas berwibawa. Tidak membuat siswanya ketakutan karena memang tidak galak. Karena guru inilah, maka seorang gadis yang mulanya pemalu mampu tampil di depan khalayak ramai dalam sebuah drama yang menuai standing avation. Akhirnya, gadis ini memilih profesi sebagai guru bahasa Inggris karena melihat pribadi dan performance sang guru. Kisah sejenis bisa dibaca dalam Kepada ibu Yuli dan ibu Herlina (hal. 53-56). Ibu Yuli, guru bahasa Inggris itu mampu menginspirasi siswanya memilih profesi yang sama. Siswa tersebut terkesan dengan metode pembelajaran guru yang tidak monoton. Selalu ada yang baru. Selain itu, ibu Yuli selalu tersenyum. Ada lagi kisah tentang seorang guru Matematika yang menginspirasi siswanya memilih jurusan Statistika. (hal. 69-72)

Mbah Marno (hal. 63-68) adalah kisah tentang profesionalnya seorang guru SPG. Dipanggil “mbah” karena memang usianya lanjut, 60 tahun. Meski demikian, Mbah Marno selalu tampil rapi dan datang awal waktu. Ia mengajar dengan keras tetapi tetap menyenangkan. Ia menanamkan bahwa perilaku murid tergantung perilaku gurunya. Guru sebagai contoh teladan. Salah satu pilar pendidikan Ki Hajar Dewantara, Ing Ngarso Sung Tulodho, di depan memberi contoh.

Memang buku ini tidak melulu tentang guru yang selalu tersenyum. Dalam Tongkat Pemukul Limited Edition Milik Guruku (hal. 73-76) sang penulis menceritakan bagaimana sang guru dari masa lalu menginspirasinya menjadi guru. Guru killer itu selalu membawa rotan bekas pegangan kemuceng sebagai senjata pamungkas bagi anak-anak yang tidak hafal perkalian. Suatu hari, tongkat tersebut disembunyikan salah satu siswanya. Namun, keesokan harinya ia mengajar dengan membawa tongkat yang baru. Menurut penulis, keberadaan tongkat di zaman sekarang sudah tidak dibutuhkan lagi. Bisa-bisa dimejahijaukan.

Tentang guru galak sempat diabadikan dalam Terima Kasih Guru Galak (hal. 5-8). Namanya Pak Toyip, guru olah raga. Meski judulnya Guru Galak, di akhir cerita disebutkan penulis merasa bangga karena Pak Toyip memberikan kesempatan berharga padanya untuk tumbuh dan berkembang. Selain itu, Guruku Jahat (hal. 165-168) bercerita tentang guru bahasa Inggris yang sempat membuat penulisnya ingin pub dan pipis setiap pembelajarannya. Ternyata di balik itu, nilai bahasa Inggris sang penulis tidak pernah lepas dari angka 100. Kisah serupa bisa dinikmati di halaman 175 sampai 178 tentang Pukulan Pak Guru Membangkitkan Semangat.

Masih banyak lagi kisah-kisah yang cukup mengejutkan dalam buku setebal 200-an ini. Tidak saja bercerita tentang guru mata pelajaran tertentu karena ada penulis yang mengabadikan pertemuannya dengan guru BK yang mengubah jalan hidupnya kelak. Baca Mrs Pity (hal. 1-4), Guru BK Penuntun Masa Depanku (hal. 49-52). Guru-guru yang akhirnya menjadi keluarga baginya. Mereka telah menjadi motivator bagi jiwa-jiwa murni kanak-kanak akan sebuah impian. Pun bagi jiwa remaja yang penuh petualangan.

Membaca buku ini seolah-olah pembaca disadarkan pada beragam karakter guru. Ada yang selalu hadir dengan senyum manisnya. Sebaliknya, ada yang tidak bisa meninggalkan ketegasannya (baca: killer). Namun, semuanya bermuara pada satu tujuan. Kesuksesan siswa. Itu bisa baru dirasakan ketika telah menjadi orang. Buku ini setidaknya memberi wadah bagi pembaca untuk menapak jejak para guru pejuang.

Pantaslah jika guru disebut pejuang. Meski tanpa memanggul senjata. Peran mereka sangat sentral. Sebagaimana yang dikatakan Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemdikbud, Sumarna Surapranata dalam Kata Pengantar di buku ini. Peran guru memang strategis dalam melahirkan generasi emas dan sumber daya manusia yang berkualitas serta bermoral (hal. v). Guru yang baik akan membentuk siswa yang baik. Siswa yang baik ini menjadikan masyarakat baik. Selanjutnya, masyarakat yang baik tentu akan membentuk bangsa yang baik. Buku ini sangat layak dibaca oleh siswa, guru, orang tua, dan semua pihak yang mempunyai kepedulian tinggi terhadap pendidikan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post