Hernawati Kusumaningrum

Hernawati adalah guru bahasa Inggris SMP Al Hikmah Surabaya. Ibu berputra 4 ini berhobi membaca, menulis, dan berkebun. Suka mengikuti lomba bagi guru. Sekarang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menjadi Guru Peneliti
dok.pribadi

Menjadi Guru Peneliti

Satu hal yang seharusnya dekat dengan guru adalah penelitian. Mengapa demikian? Karena penelitian akan menggairahkan hidup guru. Jika kebetulan mendapat amanah anak-anak yang belum optimal dalam pembelajaran, tentu kita akan berpikir keras bagaimana mengantar mereka pada kesuksesan. Kita coba cara A, ternyata belum berhasil. Coba lagi cara B, belum juga tuntas. Kita diskusikan dengan teman sejawat, eh ada titik terang. Teman kita menganjurkan membaca literatur terkait. Ternyata masalah kita pernah dibahas dalam buku-buku pengajaran. Artinya, bukan kita saja yang mengalami. Ada guru-guru lain dari tempat yang berbeda, bisa jadi dari rentang waktu yang berbeda mengalami hal sama.

Lain lagi ceritanya jika kita mendapatkan anak-anak cerdas istimewa. Karena sudah berpotensi bagus maka kita biarkan mereka berkembang sendiri. Jangan. Kita harus berpikir bagaimana caranya melejitkan potensinya. Sebagai guru, kita mempunyai kewajiban moral ke sana. Membaca literatur, berkolaborasi dengan teman sejawat akan sangat membantu mencari jalan untuk anak-anak cemerlang ini. Apalagi di era teknologi informasi saat ini. Mencari informasi adalah hal yang sangat gampang. Tinggal klik.

Apakah bapak/ibu guru pernah melakukan hal di atas? Saya yakin jawabannya pernah. Sesungguhnya, langkah-langkah di atas merupakan embrio penelitian. Jangan sensi dulu ketika membaca kata “penelitian”. Ini penting karena banyak yang alergi dengan kata tersebut. Banyak yang mengasosiasikan “penelitian” dengan “sulit”, “capek”, “mahal”, “palsu”, dan seabreg padanan negatif lainnya. Jarang yang mengasosiasikan dengan “senang”, “gampang”, apalagi “harus” bagi seorang guru. Jika demikian, barangkali mindset kita yang harus diubah.

Penelitian menjadi hal yang sangat penting bagi guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Bukan semata-mata untuk kenaikan pangkat. Barangkali semangat itu yang perlu ditanamkan agar muncul budaya meneliti di kalangan guru. Dengan meneliti, guru bisa memperbaiki praktek-praktek pembelajaran yang dilakukannya. Siswa pun terbantu. Guru menjadi semakin profesional karena hidupnya lebih dinamis. Tidak berhenti pada mengajar, memberi soal, dan menyelesaikan administrasi lainnya. Bukankah pikiran itu akan berkembang jika terus digunakan?

Kunci Penelitian

Sebenarnya penelitian itu mudah. Ya, kalau kita tahu kuncinya. Apa sih kuncinya? Pertama, rasa ingin tahu, curiosity. Rasa inilah yang membimbing seseorang untuk meneliti. Tidak perlu jauh-jauh. Lihat di dalam kelas kita saja. Ketika kita dihadapkan pada tidak optimalnya pembelajaran, terus kita diam saja. Seolah-olah everything is okey. Ya, nggak bakalan pernah meneliti! Apalagi kita berkomentar: ya emang sudah dari sononya anak-anak begitu, mau diapain juga nggak bisa! Maka, bye-bye penelitian.

Akan jadi berbeda jika kita ingin tahu penyebab ketidakoptimalan kelas tersebut. Bisa jadi karena sikap belajar mereka, motivasi rendah, kondisi kelas yang tidak kondusif, terlalu banyak PR, kondisi keluarga yang buruk, dan sebagainya. Atau, jangan-jangan penyebabnya justru kita, para guru ini. Kurang optimal dalam mengajar. Kurang motivasi. Kurang greget. Tidak bersemangat. Teknik pengajaran yang kita gunakan gitu-gitu saja. Masih banyak lagi, ya? hehehe

Setelah dapat penyebabnya maka harus kita cari solusinya. Nah, proses mencari inilah yang menggairahkan bagi guru peneliti. Guru bisa bertukar pikiran dengan teman sejawat. Pilih teman yang mampu mengimbangi semangat ini. Jangan pilih yang sebaliknya, nggembosi. Akan menjadi kontra produktif. Buang-buang waktu saja.

Di samping itu, guru harus rajin membaca. Mencari literatur yang mendukung apa yang akan ditelitinya. Tidak hanya buku-buku pengajaran tetapi harus ditingkatkan lagi dosisnya. Membaca jurnal penelitian. Jurnal-jurnal penelitian sebelumnya bisa menjadi acuan bagi langkah yang akan diambil berikutnya. Seorang teman guru yang baru pulang dari lawatan di luar negeri menceritakan betapa membaca jurnal menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan guru. Guru ini menginap di rumah seorang guru di sana. Dia mendapati di ruang tamu dan ruang kerja bertumpukan buku-buku dan jurnal-jurnal penelitian. Guru itu melahap semuanya. Membaca jurnal menjadi kewajiban, katanya. Maka tidak salah jika rakus membaca ini menjadi kunci kedua bagi guru peneliti.

Ketiga, kemauan. Percuma saja punya curiosity yang tinggi tapi nggak mau bergerak meneliti. Rasa ingin tahu itu akhirnya menguap, hilang. Atau lenyap seketika karena tertimbun tugas-tugas kita sebagai guru. Menurut saya, bobot kemauan itu lebih berat dari kemampuan. Kalau masalah kemampuan masih bisa di-upgrade. Sedangkan kemauan, itu inner motivation. Motivasi dari dalam yang hanya orang itu sendiri yang tahu.

Rasa ingin tahu yang tinggi, rajin membaca, dan kemauan keras nampaknya menjadi kombinasi yang sempurna bagi guru peneliti. Cobalah untuk mencintai penelitian, kawan. Sekali lagi bukan karena kenaikan pangkat tetapi lebih karena panggilan nurani. Kita persembahkan kado terindah bagi bangsa. Mari kita ciptakan budaya baru wahai para guru. Budaya meneliti.

Sidoarjo, 14 April 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post