Hernawati Kusumaningrum

Hernawati adalah guru bahasa Inggris SMP Al Hikmah Surabaya Ibu berputra 4 ini berhobi membaca menulis dan berkebun Suka mengikuti lomba bagi guru Sekarang

Selengkapnya
Navigasi Web
My Teacher My Hero Antar Achmad Syairozi Masuk TV

My Teacher My Hero Antar Achmad Syairozi Masuk TV

Kali pertama mengajar di SMP Al Hikmah, dia kurang bisa mengoperasikan komputer. Bahkan untuk mengetik di MS-Word saja, dia masih grotal gratul alias kurang lancar. Namun itu tidak menyurutkan kecintaannya kepada dunia teknologi dan informasi. Dia terus belajar dan beIajar hingga akhirnya memetik buah perjuangannya berupa Juara 1 lomba Indonesia Digital Learning.

Nama lengkapnya Achmad Syairozi. Dia seorang guru Matematika SMP Al Hikmah Surabaya. Perawakannya tinggi. Kulitnya kuning langsat. Kecintaannya kepada dunia bermula ketika ia satu tim dengan guru-guru jago komputer. Ia mengasah kemampuannya dalam menggunakan MS-Excel, sebuah aplikasi pengolah data. Dia juga mengasah kemampuan digital imaging lewat program kondang Adobe Photoshop. Tentu masih banyak aplikasi atau program lain komputer yang terus dipelajarinya.

Cerdiknya, dia tidak sakadar menguasai aplikasi-aplikasi tadi. Syairozi juga mengujicobakan dan menerapakan penguasaan aplikasi-aplikasi komputer tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Namun, dia merasa kemampuan komputer masih belum cukup. Masih ada yang kurang. Masih ada satu kemampuan yang wajid dipelajari dan dikuasinya: bahasa Inggris. Maka, di sela-sela kegiatan mengajar, Syairozi rajin mengikuti pembelajaran bahasa Inggris untuk menajamkan kemampuan berbahasa Inggris.

Sekarang amunisi Syairozi sudah klop. Guru matematika. Pinter komputer. Jago cas cis cus Bahasa Inggris.

Rezeki sebenarnya bukan sebuah kebetulan. Rezeki hanyalah milik orang-orang yang menyiapkan diri untuk menyosong rezeki. Rezeki mendatangi orang-orang yang membanting tulang disertai doa kepada Tuhannya. Cara menjemput rezeki itu bermacam-macam. Langkah-langkah yang ditempuh Syairozi adalah contohnya. Ia mencintai matematika, belajar komputer dan menerapkan lalu menggenapinya dengan kemampuan berbahasa Inggris.

Tanpa pernah dia duga, Telkom menggelar kompetisi Indonesia Digital Learning (IDL) pada 2016. IDL adalah program CSR Telkom Indonesia sebagai bentuk kepedulian bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. Khususnya dalam penerapan teknologi dalam pembelajaran. Tujuannya, meningkatkan kompetensi guru di bidang ICT melalui penggunaan sistem informasi, komunikasi, dan ICT. Uniknya, peserta lomba tidak harus guru TIK/guru komputer.

Tanpa membuang waktu, Syairozi langsung mendaftarkan diri di indonesiadigitallearning.com. Selanjutnya, panitia menyeleksi dan memverifikasi pendaftar untuk mengikuti pelatihan atau training di delapan kota besar yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, Jogjakarta, Balikpapan, Jayapura, Makassar, dan Bandung. Pelatihan ini gratis. Peserta tidak mengeluarkan biaya sedikitpun. Walaupun gratis, bukan berarti ini pelatihan ecek-ecek. Para pembicara dan tutor adalah orang-orang ahli bidangnya. Ada Prof. Richardus Eko Indrajit, Dr. Rangga Firdaus, Budi Setiawan, dan sebagainya.

Guru yang rajin menulis seputar matematika di http://mathsyairozi.blogspot.co.id ini harap-harap cemas. Ia berharap masuk peserta dan dapat mengikut pelatihan. Cemas manakala dia gagal di tahap ini. Kegusaran dan penantiannya berlangsung hingga dua bulan. Akhirnya, panitia pun mengumumkan nama-nama peserta, waktu, dan tempat pelatihan. Syairozi senang dan bangga namanya tercantum dalam daftar peserta yang berhak mengikuti pelatihan. Kesempatan emas tak akan aku sia-siakan, batinnya.

Dasar belum rezeki. Syairozi tidak mengikuti pelatihan. Pada hari yang sama ia harus menyiapkan gladi bersih Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Dia tidak dapat meninggalkan tugas ini. Duh. Lagi-lagi nasib belum berjodoh kepadanya. Untung dia bukan tipe lelaki yang mudah patah arang. Ketidakhadirannya tidak menyurutkan semangatnya.

Di sela-sela tugasnya sebagai teknisi ruang UNBK, Syairozi berkomitmen untuk mendapatkan materi training melalui teman-temannya yang mengikuti training baik di Surabaya atau Yogyakarta. Toh, sekarang zaman Internet. Ketidakhadiran secara fisik bukan sebuah penghalang dan bukan sebuah alasan. Dia ingin membuktikan ilmu dapat dicari di manapun, kapanpun, dan dari siapapun.

My Teacher My Hero 2016

Setelah pelatihan di 8 kota besar selesai, IDL melanjutkannya dengan program My Teacher My Hero (MTMH) competition. Untuk mengikuti MTMH 2016, peserta wajib mengirim naskah Karya Tulis Ilmiah (KTI) dan video pembelajaran. Deadline-nya hanya berselang beberapa hari dari pelatihan di Surabaya. Mungkin terkesan mendadak meskipun sebenarnya tidak demikian. Jauh-jauh hari sebelum pelatihan, panitia memberi gambaran mengenai MTMH di web indonesiadigitallearning.com. Peserta MTMH 2016 harus punya karya berupa KTI dan video pembelajaran sebelum mengikuti pelatihan itu sendiri. Bahkan, ketika mendaftar pelatihan di web indonesiadigitallearning.com peserta disarankan untuk mengunggah karya terlebih dahulu.

Bagi guru kelas 9 seperti Syairozi tidak mungkin membuat naskah apalagi video pembelajaran karena kelas 9 tidak ada lagi pembelajaran. Kembali Syairozi dihadapkan kendala. Tapi otaknya tetap berputar. Dia membongkar file-file lama. Dia menemukan ide dari pembelajaran yang dulu sempat tersendat di semester gasal. Dia memperbaiki tulisan dan video tersebut. Di hari terakhir deadline, ia mengirim karyanya!

Kali ini, nasib mulai berpihak kepada ayah dua putra ini. Namanya berada di antara empat puluh lima nama peserta yang berhasil disaring IDL. Syairozi senang. Syairozi bangga meski belum sepenuhnya. Pasalnya, keempat puluh lima pemenang menghadapi bootcamp lima hari di hotel Grand Sahid Jakarta. Bootcamp adalah momen sangat menentukan. Panitia ‘memeras’ empat puluh lima peserta menjadi tujuh belas besar yang berhak mendapat hadiah laptop. Dari 17 besar tersebut disaring lagi menjadi delapan terbaik dan mendapat hadiah Edu Study ke Australia. Woww…

Singkat cerita, Syairozi masuk ke dalam tujuh belas besar. Ketujuhbelas peserta ini harus mempresentasikan karya mereka di depan juri dan peserta secara terbuka. Dia sempat khawatir karena kurang percaya diri jika harus berbicara di depan umum. Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali hanya pasrah dan berdoa. Sialnya lagi, karena namanya berawalan huruf A (Ahmad Syairozi) maka dia harus presentasi lebih awal. Tanpa slide, tanpa tahu pertanyaan apa yang akan diajukan oleh juri.

Tim juri sendiri terdiri dari perwakilan PGRI, Telkom, dan Kemdikbud. Berbeda dengan orang yang sesudahnya. Ujian terbuka memudahkan mereka karena mengetahui pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Mereka bisa memikirkan jawaban apa yang akan dikeluarkan. Syairozi terus berdoa dan berusaha agar tetap rileks. Akhirnya selesai sudah saat presentasi. Dia pun dinyatakan sebagai delapan besar peserta yang mendapat kesempatan emas ke Australia.

Syairozi tidak ingin ilmu yang sudah didapatnya di bootcamp sia-sia sehingga ia mendesiminasikan karyanya di depan semua guru di lingkungan Al Hikmah. Yayasan memberikan forum khusus padanya untuk melatih para guru di bidang IT. Ternyata tidak ada yang sulit jika kita mau berusaha belajar, begitu pesannya.

Karena keistimewaan tersebut, guru yang selalu mengembangkan diri ini diundang Net TV untuk memberi inspirasi kepada para guru Indonesia. Tonton videonya ya.

gambar screenshot dari **(censored)**

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




New Post