Hernawati Kusumaningrum

Hernawati adalah guru bahasa Inggris SMP Al Hikmah Surabaya. Ibu berputra 4 ini berhobi membaca, menulis, dan berkebun. Suka mengikuti lomba bagi guru. Sekarang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sejumput Do’a

Sejumput Do’a

Saya mencari-cari sebuah amplop kecil. Di dalamnya berisi kertas mungil bertuliskan 3 nama siswa dan nama saya di sampingnya. Ketiga siswa tersebut menjadi amanah saya untuk mendoakan mereka. Setiap guru di sekolah ini mendapat amanah serupa. Mendoakan 3 sampai 4 anak agar diberi kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan pendidikan di jenjang SMP ini.

Do’a menjadi bagian penting bagi kehidupan seorang muslim. Dengan berdo’a berarti kita mengakui kelemahan kita sebagai seorang hamba. Kekurangan, kekerdilan kita di hadapan Sang Pencipta. Kita sandarkan segala urusan kepada Sang pemberi urusan. Tentu saja setelah kita melakukan ikhtiar. Selain itu, dengan berdo’a kita tanamkan optimisme. Sebuah harapan . Do’a memberi kita kekuatan.

Dalam sebuah kelas, tentu akan kita temukan anak-anak dengan kemampuan prima, tengah-tengah, dan bawah. Sebagai guru, kita harus memastikan layanan kita terhadap mereka tidak berbeda. Meskipun bentuk pelayanan terhadap anak-anak berkompetensi tinggi tentu saja berbeda dengan mereka yang berada di level bawah. Pun anak-anak di level rata-rata. Jangan karena perhatian kita curahkan pada anak-anak bawah sehingga kita lupakan mereka yang di atas. Atau sebaliknya, karena mengejar prestasi maka yang digarap hanya yang di atas rata-rata. Bisa jadi karena perhatian lebih pada kelas atas dan bawah maka melupakan mereka yang berkemampuan rata-rata.

Sebagai wali kelas, kita harus mengawal dan memastikan tumbuh kembang mereka optimal. Secara akademik maupun non-akademik. Fisik, psikis, maupun moral. Pekerjaan yang tidak gampang. Kalau kita melakukannya karena ibadah akan bernilai pahala. Bukankah innamal a’malu bin niyyat, amalan itu tergantung niatnya?

Dulu, ketika Ujian Nasional (UN) masih menjadi penentu kelulusan ada beberapa anak yang sangat mengkhawatirkan. Bagaimana tidak? Anak-anak ini tidak pernah lulus di setiap try out yang diselenggarakan. Baik itu try out internal maupun eksternal. Berbagai perlakuan sudah diberikan sebagai kewajiban kepada stake holder. Memberikan layanan yang paripurna. Semua upaya itu di atas kertas tidak menunjukkan peningkatan. Anak-anak itu sudah belajar tetapi hasilnya ya begitu- begitu saja. Lalu, apalagi yang bisa kita lakukan selain mendo’akan mereka. Masalah hasil biar Allah saja yang memutuskan. Alhamdulillah, ketika hasil UN diumumkan anak-anak yang mengkhawatirkan tadi bisa lulus dengan baik. Sujud syukur segera memenuhi ruangan masjid.

Di kesempatan lain ada juga ketika semua usaha dikerahkan, sekuat apapun doa dilantunkan tetapi Allah menghadiahi takdir lain. Allah menginginkan hambanya menangis di atas sajadah lebih lama. Beberapa anak dinyatakan tidak lulus. Betapa hancur hati ini. Berderailah air mata kami. Tumpah di antara pelukan para guru. Membasahi kerudung kami. Membasahi hari-hari setelahnya hingga akhirnya memaksa kami berdamai dengan takdir. Do’a lain segera dipanjatkan.

Dalam kamus Arab-Indonesia yang disusun oleh Ahmad Warson Munawwir disebutkan arti doa adalah permohonan, permintaan. Berdo’a artinya memohon kepada Allah SWT agar selalu diberikan karunianya dan dijauhkan dari segala macam keburukan. Sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW bahwa do’a adalah inti ibadah. Artinya, doa menduduki posisi yang sangat penting bagi kehidupan seorang muslim.

Ingatlah ketika Nabi Ibrahim akan dilempar ke dalam api yang menyala-nyala. Jibril mendatanginya dan menawarkan bantuan tetapi ditolak oleh Nabi Ibrahim. Ia hanya membutuhkan pertolongan Allah. Hasbunallah wa ni’mal wakil. Cukuplah Allah sebagai penolongku dan Dia sebaik-baik pelindung. Do’a tersebut menyiratkan ketauhidan, kepasrahan. Dengan izin Allah api itu menjadi dingin dan tidak membakar Nabi Ibrahim. Do’a tersebut juga diucapkan oleh Rasullulah SAW saat perang Badar. Sebuah bentuk kepasrahan atas ketentuan Allah SWT. Itu hanya salah satu contoh dari sekian banyak kekuatan doa dalam kisah nabi-nabi.

Kepasrahan itu yang menginisiasi kertas kecil berisi nama anak yang harus didoakan oleh para guru tadi. Menyebutnya dalam sujud-sujud panjang di sepertiga malam. Menyelip di antara doa bagi orang tua kita, keluarga, dan kaum muslimin pada umumnya. Menyisip di antara do’a mohon kesehatan, rizki yang halalan toyyibah, kesuksesan, dan sebagainya. Hanya sejumput di setiap akhir sholat. Barangkali dari do’a yang cuma sejumput tadi anak-anak memperoleh kemudahan. Ya, sejumput doa dengan selaksa cinta.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post