Hernawati Kusumaningrum

Hernawati adalah guru bahasa Inggris SMP Al Hikmah Surabaya. Ibu berputra 4 ini berhobi membaca, menulis, dan berkebun. Suka mengikuti lomba bagi guru. Sekarang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Selantang Bilal bin Rabah
Ilustrasi wajah Bilal bin Rabah. – captured from “Ahadun Ahad: The Story of Bilal ibn Rabah”

Selantang Bilal bin Rabah

Menulis ini saya ingat kejadian setahun yang lalu. Suatu hari putri sulung saya yang masih kelas 9 SMP itu mengatakan pada saya dalam perjalanan pulang sekolah.

“Mik, Umik tahu nggak siapa yang iqomah tadi?” tanyanya

“Hmmm, ….,” saya mencoba berpikir mengapa anak ini menguji saya. Sewaktu shalat Ashar, jamaah perempuan ada di lantai dua sementara jama’ah putra ada di lantai satu. Tapi kalau saya ingat-ingat…

“Mik, kelamaan Mik mikirnya, “ candanya.

“Memang kenapa?” tanya saya.

“Yang iqomah tadi, Safir, Mik, “ katanya. Safir adalah putra ke dua saya.

“Ooo, pantesan Umik kok kayak kenal suaranya. Anaknya Umik, to, “ sahutku tidak bisa menyembunyikan secuil bangga. Bolehlah, secuil saja.

Safir duduk di bangku kelas 7. Kakaknya di kelas 9. Rupanya hari ini Safir kebagian tugas mengumandangkan iqomah. Teman satu kelasnya mengumandangkan adzan. Jadi, setiap hari ada dua anak yang bertugas mengumandangkan adzan dan iqomah. Saya pikir itu regulasi yang bagus. Melibatkan setiap anak agar mereka mempunyai pengalaman. Suatu saat kelak mereka akan menjadi pemimpin. Wajar jika kita menyiapkan mereka sedari dini. Ustad yang bertugas membimbing mereka sebelum mereka terjun di lapangan. Menyiapkan bacaannya dan psikologinya.

Jangan dipikir mengumandangkan adzan dan iqomah itu mudah. Apalagi bagi remaja tanggung seperti anak-anak SMP ini. Kadang muncul rasa kurang percaya dirinya. Suara fals, takut tidak hafal, banyak mata memandang adalah beberapa alasan mereka yang pernah saya temui. Bahkan ada anak yang sudah hafal urutan adzan tetapi karena nervous maka berantakan juga. Anak saya masuk golongan ini. Dia merasa tidak percaya diri sehingga ketika ditanya hanya jawaban kurang tegas yang keluar dari lisannya. Itulah mengapa dukungan orang dewasa sangat diperlukan.

Selain itu, anak-anak perlu disadarkan pentingnya adzan sebagai pemanggil datangnya waktu shalat. Seruan adzan sebagai pembeda kaum muslim dengan Yahudi dan Nasrani. Terompet digunakan Yahudi untuk memanggil kaum mereka beribadah. Lonceng dimanfaatkan kaum Nasrani. Mereka juga perlu diingatkan kembali bagaimana Bilal yang hitam legam itu mengabdikan dirinya sebagai muadzin di zaman Rasulullah Muhammad SAW.

Bilal bin Rabah adalah budak dari Ummayyah bin Khalaf, tokoh Quraisy. Suatu hari Bilal mengikuti seruan Rasulullah memeluk Islam. Kontan, marahlah sang majikan. Dia menyiksa Bilal dengan sehebat-hebatnya. Bilal dicambuk hingga tubuhnya yang hitam tersebut melepuh Meskipun disiksa sedemikian hebat, tidak menyurutkan Bilal dalam ber-Islam. Setiap kali dia dicambuk, yang keluar dari lisannya hanya satu, “ Ahad, ahad (Tuhan yang satu).” Bahkan menurut riwayat, Bilal pernah dijemur di tengah terik matahari tanpa pakaian. Di dadanya diletakkan batu yang besar. Sekali lagi, Bilal hanya bisa berkata, “ Ahad, Ahad.”

Singkat cerita Abu Bakar As Shiddiq membeli Bilal dengan nilai yang sangat tinggi. Bilal menjadi manusia merdeka dan semakin taat mengikuti ajaran Islam. Dia mengabdikan diri sepanjang hidupnya kepada Rasul yang sangat dicintainya. Karena suaranya lantang, Bilal pun ditetapkan sebagai muadzin tetap pada masa Rasulullah Saw. Selain lantang, suaranya yang begitu merdu sangat menggetarkan hati siapapun yang mendengarnya. Rasulullah sangat menyukai suara Bilal.

Karena cintanya yang sangat pada Rasulullah, ketika Rasulullah wafat Bilal tak kuasa mengumandangkan adzan. Apalagi saat memasuki “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaah” (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, ia langsung menangis tersedu-sedu. Orang-orang yang mendengarnya pada masa itu merasa sangat pilu. Bilal yang terompahnya terdengar di surga itu telah mencetak sejarah menjadi muadzin tetap di masa Rasulullah Muhammad.

Barangkali kita bisa menguatkan semangat remaja muslim dalam mensyiarkan Islam dengan belajar menjadi muadzin yang bagus. Orang tua dan guru sama-sama bertanggung jawab dalam hal ini. Melahirkan Bilal-Bilal generasi Z. Bersuara merdu dan lantang. Selantang Bilal bil Rabah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

terbayang saat Bilal menangis ketika sampai di kalimat "Asyhadu anna Muhammadarrosuululloooh' ....

11 Mar
Balas

ya. pertama kali saya baca di komik sejarah Rasulullah lha kok tiba2 air mataku mengalir deras

11 Mar

Kata Raka, anak saya, "Bilal Bin Rabah rambutnya keriting, seperti saya". Dari kisah beliau membuat Raka berani iqomah di masjid komplek rumah, Umik.

12 Mar
Balas

subhanallah...semoga mas Raka jadi anak yang solih ya bunda. btw, debay kapan lahiran?

12 Mar



search

New Post