Hernawati Kusumaningrum

Hernawati adalah guru bahasa Inggris SMP Al Hikmah Surabaya. Ibu berputra 4 ini berhobi membaca, menulis, dan berkebun. Suka mengikuti lomba bagi guru. Sekarang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Swarga Nunut Neraka Katut?
Menuntut ilmu bersama ustdzah Dra. Hj. Siti Dalilah Candrawati, M.Ag. (tengah berjilbab merah)

Swarga Nunut Neraka Katut?

Alhamdulillah, Tsumma Alhamdulillah. Hanya itu yang bisa kami ucapkan ketika menyaksikan betapa banyak peserta pengajian yang hadir pagi ini. Ahad ini menjadi penanda bagi kami, para ummahat di perumahan ini agar selalu yakin akan kuasa Allah. Bi idznillah.

Jaya Maspion Permata, nama perumahan kami. Tidak terlalu besar. Terdiri dari dua cluster. Alexandrite dan Berryl. Terletak di desa Bangah, Gedangan-Sidoarjo. Hanya beberapa kilometer dari bandara Juanda. Saya pribadi merasa nyaman tinggal di sini. Suasananya tenang. Jauh dari keramaian. Tempat yang benar-benar nyaman untuk beristirahat setelah seharian bekerja.

Bersama beberapa teman yang bervisi sama, saya mengelola pengajian ibu-ibu. Namanya juga berdakwah, tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Setiap bulan kami mengundang mereka untuk menghadiri kajian. Kalau jumlah yang datang di atas sepuluh aja, itu sudah bagus. Berbagai upaya kami lakukan untuk mendongkrak jumlah kehadiran peserta. Sayangnya, jumlah tidak bergesar di angka belasan. Seorang ustad mengingatkan kami bahwa berapa pun jumlah pesertanya, kita harus ikhlas. Sangat tidak mudah.

Setiap Jum’at bakda Maghrib , kami membuka TPQ ibu-ibu. Alhamdulilah, antusiasme cukup tinggi. Mulai dari mahmud—mama muda sampai nenek-nenek menjadi peserta. Kadang kami malu. Para peserta sudah datang, sementara para ustadzahnya masih belum ada. Ya, karena mayoritas kami bekerja dan pulang sebelum Maghrib.

Setiap Sabtu sore, kami belajar membaca Al Qur’an bersama Wafa. Kami ingin memperbaiki bacaan Al Qur’an. Para peserta di kursus ini akan menjadi sukarelawan pengajar Al Qur’an bagi warga perumahan. Suka duka kami rasakan. Ternyata tidak mudah belajar ketika sudah berumur. Butuh perjuangan ekstra.

Nah, Ramadhan tahun ini kami ingin memperluas sayap dakwah. Kami ingin menggandeng warga,khususnya muslimah, di cluster sebelah. Kajian keputrian adalah langkah awal yang kami lakukan. Kami mengundang Hj. Siti Dalila Candrawati, spesialisasi Fiqih Keislaman. Muslimah yang masih cantik di usia separoh bayanya ini sangat antusias membagi ilmunya.

Beliau menyitir QS. Al Baqarah:183 tentang diwajibkannya puasa bagi orang-orang yang beriman. Target puasa adalah menjadi orang yang bertaqwa. Dalam QS Ali Imron: 133-135 disebutkan agar kita bersegera kepada ampunan Allah, kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Surga itu hanya untuk orang-orang yang bertaqwa. Kriteria orang-orang yang bertaqwa sebagai berikut.

1. Orang yang menafkahkan hartanya di saat lapang dan sempit. Artinya, jangan menunggu kaya untuk bersedekah. Apa yang kita punya bisa jadi pembuka jalan menuju surgaNya. Biasanya, para ibu ini suka mengoleksi pakaian. Sekarang saat yang tepat untuk mengosongkan lemari. Membagi baju-baju yang layak pakai kepada orang yang kurang beruntung. Beliau mengingatkan agar ketika memberi baju dilengkapi dengan jilbab agar yang menerima tidak bingung memadu padankan.

2. Orang yang menahan amarah. Puasa sendiri berasal dari kata imsa’ yang artinya menahan. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa. Ketika terjadi sesuatu yang akan memicu pertengkaran misalnya, segera ucapkan: inni shoimun, saya berpuasa. Ini bisa menjadi senjata pamungkas untuk menahan amarah.

3. Orang yang pemaaf. Tidak gampang menjadi pemaaf. Memberi maaf jauh lebih sulit dari meminta maaf. Karena itulah, orang bertaqwa mempunyai ciri pemaaf.

4. Orang-orang yang ketika berbuat jahat/aniaya, segera mengingat Allah dan beristighfar. Orang yang bertaqwa bukan orang yang tidak mempunyai dosa. Ketaqwaan sebagaimana keimanan juga mengalami pasang surut. Ada kalanya kita berada di puncak keimanan. Di lain hari, bisa jadi sebaliknya. Nah, ketika sadar telah berbuat dosa maka orang yang bertaqwa bersegera memohon ampun kepada Allah.

5. Orang-orang yang tidak mengulangi perbuatan dzalim meski ada kesempatan.

Ustadzah Candra mengingatkan bahwa tidak ada perbedaan apakah laki-laki atau perempuan dalam pengertian orang bertaqwa di atas. Setiap muslim, setiap mukmin mendapat kesempatan yang sama untuk menuju ketaqwaan. Jadi, kalau falsafah Jawa dulu mengatakan bahwa menjadi perempuan itu swarga nunut neraka katut tidak dibenarkan dalam Islam.

Perempuan, muslimah harus mandiri dalam beramal solih. Harus memperjuangkan dirinya untuk menjadi golongan orang-orang yang bertaqwa. Mengikuti taklim-taklim seperti ini akan membuka wawasan, mengembangkan diri, dan mempererat ukhuwah. Jangan pernah berhenti belajar, duhai muslimah. Semoga bermanfaat.

Sidoarjo, 29 Mei 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan yang luar biasa bu...

30 May
Balas

Ok tipsnya bu Hernawati

29 May
Balas



search

New Post