Nama beliau adalah Sumaiyah yang sekaligus mengingatkan saya pada perempuan pertama yg mempertahankan keimanan hingga akhir hayat. Perempuan hebat.

Ibukupun perempuan hebat yang menjadi inspirasiku. Beliau seorang perempuan yang tidak lulus sekolah dasar. Sejak kecil hidup jauh dari orang tuanya dan pulang untuk di nikahkan dengan tetangga depan rumah yang tidak di kenal. Tapi tak ada protes, karena baginya taat pada ortu adalah ibadah dan kewajiban.

Meskipun rmh mertua dan rumah ortunya sangat dekat, beliau tak pernah pulang tanpa izin suami apapun yang terjadi. Karena baginya ketaatan pada suami adalah mutlak selama tidak melanggar agama.

Memiliki 5 putri dan satu putra membuatnya harus banying tulang membantu suami demi menyekolahkan kami putra putrinya. Karena mereka berjanji bahea putra putrinya harus mondok minimal 6 tahun dan lulus S1. Untuk itu, setiap pagi beliau harus bangun sebelum subuh agar nantinya putra putrinya bisa sarapan pagi dan siap ke sekolah. Selepas sholat subuh beliau berangkat ke pasar dan sampai disebelum jam 7 pagi.

Hari-harinya di habiskan buat berjualan sayurdan snack buat anak-anak sekolah atau di sebut juga meracang. Tidak waktu untuk memikirkan dirinya sendiri apalagi sekedar jalan-jalan ke tempat wisata. Karena memang omsetnya tidak seberapa, hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Hidupnya hanya dapur, pasar dan tempat jualan. Jadi hingga saat ini, saat putra putrinya sudah pada menikah, beliau tidak akan keluar rumah tanpa putra atau putrinya karena memang tidak berani.

Hidupnya hanya untuk putra putrinya dan mengajar ngaji saat malam hari. Tak ada keinginan apapun kecuali untuk seluruh keluarganya. Saat memasakpun, selalu di sesuaikan dengan keinginan kami hingga kami yidak tahu apa makanan kesukaannya, warna favoritnya atau mimpi indahnya. Hingga saat kami tumbuh dewasa dan ingin membelikan makanan kesukaannya atau baju dengan warna favoritnya kami kebingungan.

Selain itu beliau adalah peremouan yang luar biasa sabar. Selain ketaatnya pada suami tanpa pernah kami dengar bantahan tentang apapun yanh di sampaikan Aba. Ibunjuga tidak pernah sekalipun membentak kami putra putrinya apalagi sampai memukul. Saat kami salah beliau selalu mengingatkan dengan dekapan dan perkataan yang lah lembut meaki kami kadang kelewat nakal. Termasuk ketika kami mendapat hukuman dari Aba karena kesalahan yang kami buat, beliau selalu datang dengan pelukan dan kata-kata lembutnya.

Termasuk ketika kami semua sudah pada menikah, beliau selalu 'datang' saat kami membutuhkan pelukannya. Teringat saat saya benar-benar putus asah karena keguguran anak pertama. Seperti tidak ada harapan, marah ada siapapun. Dengan tenang beliau datang ke kamar, menemani saya tidur dan membisikkan bahwa beliau akan selalu ada buat saya. Kalimat itu membuat saya bangkit dan berusaha berjalan kembali.

Meskipun saat ini putra putrinya tinggal jauh akan tetapi saat kami ada kesulitan beliau selalu datang. Seakan beliau lupa bahwa kami bukan lagi tanggung jawabnya lagi dan usia beliau semakin senja dan kesehatanya sudah mulai menurun.

Begitu besar cinta yang yang beliau berikan. Semoga beliau selalu bahagia, sehat dan berumur panjang dalam ridho dan lindunganNya. Hingga kami akan selalu melihat senyumnya yang bagaikan embun pagi yang terus di nanti. Aamiin

#mybelovedmom

#cintayangtiadadua