Hingga saat ini, peran guru belum bisa tergantikan oleh apapun dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru memiliki peran sentral dalam keberlangsungan pendidikan. Jika pendidikan diibaratkan sebagai urat nadi maka guru adalah denyutnya.

E. Mulyasa (2007:5) menyatakan bahwa guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama. Figur guru akan senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas.

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dewasa ini menuntut guru untuk terus belajar agar mampu beradaptasi dengan situasi kekinian. Oleh karenanya, guru harus memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. Pengembangan keprofesian guru menjadi hak sekaligus tanggung jawab setiap guru untuk meng-upgrade dirinya.

Pemerintah sesungguhnya terus berupaya meningkatkan profesionalisme guru melalui Pendidikan dan Pelatihan Guru (PLPG) dengan durasi waktu 2 minggu. Program PLPG ini telah berakhir bulan Desember 2017. Saat ini program PLPG diubah menjadi Pendidikan Profesi Guru (PPG) dengan durasi waktu 3 bulan. Walaupun dari sisi waktu bertambah, namun kegiatan yang tidak dilakukan secara kontinu tidak akan menghasilkan perbaikan kualitas yang berkesinambungan. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah strategis yang harus dilakukan oleh guru sendiri untuk mengembangkan keprofesionalannya secara berkelanjutan.

Proses pengembangan profesi guru dapat dilakukan melalui kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Mengapa MGMP?

Pertama, sebagai organisasi yang mewadahi guru mata pelajaran yang sama, MGMP menuntun anggotanya lebih fokus untuk meningkatkan kualitas guru sesuai bidang tugasnya. Melalui MGMP, guru dapat mencari solusi bersama untuk memajukan pendidikan. Di sana akan ada diskusi dan sharing, saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya.

Kedua, MGMP merupakan kegiatan yang lebih efektif dilihat dari sisi waktu. Untuk menghimpun guru-guru mata pelajaran yang sama dari jenjang sekolah yang sama tidak membutuhkan waktu yang lama. Dengan demikian akan lebih banyak waktu yang digunakan untuk saling berbagi daripada waktu yang terbuang dalam perjalanan.

Ketiga, MGMP merupakan kegiatan dengan biaya murah. Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan satu kegiatan tergolong sangat kecil jika dibandingkan dengan sebuah pelatihan yang membutuhkan biaya besar.

Demikianlah 3 alasan yang mendasar yang dapat saya paparkan di sini sebagai pertimbangan mengapa MGMP menjadi solusi untuk mengembangkan keprofesionalan guru secara berkelanjutan.

Marilah merubah wajah pendidikan di sekolah dimulai dari kita-oleh kita-untuk kita melalui wadah-wadah kecil seperti MGMP. Semoga!