Heru Widhi Handayani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Awas, Ada Danur!

Awas, Ada Danur!

Tadi saya jumpa seorang ibu muda melarang anaknya yang masih balita lari-larian. Katanya, "Awas, ada Danur lho!"

Danur? Oh, mungkin itu semacam makhluk jadi-jadian dalam bahasa ibunya. Macam buto ijo atau apalah. Saya sedikit risau, gampang sekali ya si ibu itu mematikan kreativitas anaknya. Soal Danur, saya sudah lupa.

Nah, kali kedua di lain tempat tiga orang ibu sedang menikmati es krim coklat-vanila. Kalau saja bawa kamera jarak jauh sudah saya foto mereka. Lalu di bawah foto saya beri judul: es krim bikin gemuk. Hahahaha...pasalnya mereka bertiga memang berbadan besar dengan gumpalan lemak di sana-sini.

Akan tetapi, bukan itu soalnya. Di tengah asyiknya mereka menikmati es krim, salah satu dari mereka berteriak ke arah dua kanak-kanak yang sedang berlari sambil bercanda tawa. "Hei, jangan jauh-jauh. Nanti ada Danur lho!" Si anak-anak langsung mendekat.

Danur, lagi. Apa pula itu? Selintas aku teringat postingan salah satu murid tentang sebuah film horor yang tayang di bioskop berjudul Danur. Ah, ya ketahuan jarang nonton kan saya? Tidak tahu seperti apa ceritanya. Yang jelas ketika ibu-ibu itu menakut-nakuti anak mereka dengan objek yang sama si anak itu pun langsung patuh, cenderung takut. Artinya mereka juga tahu apa itu Danur bahkan ikut menonton film itu.

Menonton film horor? Anak kecil? Di bioskop? Apa iya? Bukankah ada batasan umur dalam setiap tayangan film di bioskop? Mengapa kanak-kanak itu diperbolehkan ikut serta? Ataukah orang tua sedemikian tidak tahunya tentang ilmu perkembangan anak sehingga dengan cueknya bawa anak ikut serta.

Saya dulu pernah saking penasaran dengan Ada Apa dengan Cinta II menonton bersama kawan-kawan di bioskop. Bioskop penuh. Bukan hanya oleh penonton seumuran saya tetapi juga kanak-kanak. Mereka juga diajak serta menonton tayangan yang tidak layak untuk seumuran kanak-kanak.

Bioskop agak gaduh karena mereka tentu saja tidak bisa diam. Tetapi bukan itu yang saya risaukan. Saya lebih miris melihat kanak-kanak itu akan dewasa sebelum waktunya.

Tontonan ibarat makanan untuk otak. Kanak-kanak itu dipaksa menelan tontonan yang tidak seharusnya merek lihat. Apalagi, kalau yang ditonton film horor. Bukankah dalam benak ya akan tercipta suasana horor yang sama?

Lalu dengan ringan, si ibu cukup melarang perilaku yang tidak diinginkan dari anak-anak mereka. Anak-anak langsung diam menurut. Cukup ampuh larangan itu: awas, ada Danur!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

membiasakan anak dgn cerita yang menakutkan akhirnya menjadikan anak2 benar2 takut. btw, tulisannya cetar membahana

09 Apr
Balas

Ya, betul Pak Leck. Pembiasaan hidup yang baik sejak dini.

24 Apr



search

New Post