Heru Widhi Handayani

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pembantaian yang Dinanti

Pembantaian yang Dinanti

Dua malam, tepatnya pada 22 sampai 24 April 2017, saya belajar menulis bersama 150 guru hebat se-Indonesia di Pusdiklat Pegawai Kemdikbud, Depok, Jawa Barat. Kegiatan ini membekaskan dua kosakata: mutilasi dan pembantaian. Dua-duanya bermakna sadis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mutilasi berarti tindakan atau proses memotong-motong (biasanya) tubuh manusia atau hewan. Kata pembantaian berarti pembunuhan secara kejam dengan korban lebih dari satu orang.

Jangan membayangkan adegan berdarah-darah dengan aneka jenis senjata tajam. Ini sekadar istilah yang dipopulerkan Eko Prasetyo dan Istiqomah Almaqy saat mereka berhadapan dengan naskah para guru. Dua editor Media Guru ini memang terkenal sangar bin kejam.

Soal tingkatan kesadisan, Budhe—panggilan akrab Istiqomah—juaranya. Ia menyuruh tidak hanya satu melainkan beberapa calon korbannya untuk menunggu proses eksekusi. Mereka menyaksikan secara detail satu per satu bagian tulisan korban dibabat. Lalu mereka diminta mengomentarinya.

“Apa pentingnya pengalaman Ibu ditulis?” tanyanya kepada korban pembantaian yang hendak menulis memoar perjalanannya sebagai guru.

“Pengalaman saya...mungkin penting....”

“Kok mungkin, Ibu saja merasa tidak yakin tulisan Ibu menarik atau tidak....”

Semakin si korban menyangkal semakin Budhe bersemangat membabat. Demi melihat semua adegan sadis itu ada korban berikutnya yang tercekat. Kata-katanya bergetar manakala diminta menjelaskan outline tulisan.

Kegarangannya bisa berubah seratus delapan puluh derajat. Ia menjadi sosok perempuan yang lembut. Si korban dituntun untuk mengungkapkan latar belakang tulisan. Terjadilah adegan yang penuh kasih seperti seorang ibu yang sedang mendengarkan curhatan anak gadisnya yang tengah patah hati.

Tatapan mata teduh. Genggaman tangan hangat. Juga kata-kata pemompa daya juang untuk menjadi penulis yang tidak mudah menyerah.

Itulah yang membuat sesi pembantaian dinanti-nanti. Ada dua sisi keibuan sedang diperlihatkan. Marah ketika tahu anaknya salah. Penyayang ketika anaknya butuh dukungan. Korban pun dengan senang hati menunggu pembantaian hingga malam.

Saking malamnya, Pak Satpam sampai meminta kami mengosongkan ruangan. Bukan Budhe namanya kalau acara berhenti begitu saja. Depan aula Gedung Pancasila menjadi saksi malam terakhir itu ditutup dengan deklarasi puisi.

Program Gerakan Menulis bagi Guru dalam Rangka Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang diadakan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa bekerja sama dengan Media Guru berhasil menumbuhkan satu semangat. Jiwa korsa menguat di antara sesama peserta dengan para editor. Tidak salah bila Mohammad Ihsan, penggagas Media Guru, menyatakan inilah kawah candradimuka bagi guru penulis. Ayo, semangat kawan guru! Pantang pulang sebelum menghasilkan tulisan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

bu Widhi, tulisan ini luar biasa. Sampai mbrebes mili dan nangis rasanya. Betapa menjadi guru penulis itu bukan lagi sekadar impian. Semangaaaat

24 Apr
Balas

Semangattttttt bersama kita bisaaa✊✊

24 Apr

Muantap!

24 Apr
Balas

Yesss kamsia

24 Apr

Dahsyat luar biasa

24 Apr
Balas

Sippp...ayo kamuuu bisa

24 Apr

Dahsyat luar biasa

24 Apr
Balas

Judulnya provokatif, tapi kualitasnya luar biasa dahsyatnya ....

24 Apr
Balas

Maturnuwun, Pak Kasmadi

24 Apr

Kok saya jadi pengen nangis baca ini. Jadi kangen bu isti...hika

24 Apr
Balas

Mari nangis Bu, pagi ini sesi nangis bombayyy

24 Apr



search

New Post