Hesti Dwi Agusdiyanti

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. "(Al-hadits) Guru adalah profesi untuk menjadi manusia bermanfaat. Terus berbenah untu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Belajar Hikmah dari KupuKupu dan Kecoa
Metamorfosis kupu kupu

Belajar Hikmah dari KupuKupu dan Kecoa

#TantanganGurusiana

#UlanglagitantanganHarike-1

#MenabungTulisanDulu

#Harustetapsemangat

Tulisan ini terinspirasi dari tugas yang diberikan oleh guru putri sulung saya pekan lalu, ibu Darma Wati, S.Pd yaitu tentang metamorfosis. Terima kasih ibu Dema. Tugas dari ibu ini menjadi bahan tulisan saya.

Suatu siang, saat saya sedang menunaikan kewajiban sebagai guru datanglah putri sulung saya menemui saya di ruang kelas untuk meminjam laptop yang sedang saya gunakan.

"Assalamualaikum umi, bolehkah kakak minta tolong?", tanyanya waktu itu.

"Waalaikumussalam wr wb, iya nak, minta tolong apa?", jawab saya.

"Kakak ada tugas IPA mi, mencari tentang kupu-kupu dan kecoa, kakak pinjam laptop umi ya", katanya lagi.

"Boleh, tapi umi masih pakai nak, nanti selesai umi mengajar kita cari sama-sama ya kak", ujar saya lagi. Anak saya pun menyetujuinya dan menunggu saya sambil duduk-duduk di perpustakaan sekolah tempat saya mengajar.

Ya, kebetulan tempat tinggal saya dengan sekolah tempat saya mengajar sangat dekat, sehingga terkadang putri saya sering menemui saya sepulang sekolah, baru setelah itu ia pulang ke rumah.

Tibalah jam istirahat kedua, saya pun lalu menemui putri saya dan kita berdua mencari tugas dengan bantuan "Google Search". Tugas yang kami cari adalah tentang metamorfosis sempurna dan metamorfosis tidak sempurna. Metamorfosis sempurna diwakili oleh daur hidup seekor kupu-kupu dan metamorfosis tidak sempurna diwakili oleh daur hidup kecoa.

Beberapa rangkuman tentang tugas yang telah diselesaikan oleh putri saya tersebut adalah sebagai berikut :

Hampir semua jenis serangga mengalami metamorfosis, termasuk kupu-kupu dan kecoa. Metamorfosis adalah suatu proses pertumbuhan yang melibatkan perubahan struktur fisik. Dikatakan metamorfosis sempurna jika pertumbuhan dari telur hingga menjadi dewasa benar benar terjadi perubahan fisik dalam setiap tahapnya. Kupu-kupu adalah contohnya. Telur kupu-kupu menempel pada daun, kemudian telur pun menetas menjadi larva (ulat), ulat tersebut memakan daun yang menjadi habitatnya sehingga terkadang kita kesal melihat begitu banyak ulat di tanaman yang sedang kita pelihara karena ulat-ulat tersebut membuat daun tanaman kita berlubang (menjadi kurang indah dipandang). Setelah lebih kurang 15 hari barulah ulat tersebut bermeditasi (berpuasa) dan mengubah fisiknya menjadi pupa (kepompong). Dan perubahan terakhir kepompong tersebut bermetamorfosis menjadi seekor kupu-kupu. (Imago)

Selain itu ada juga hewan yang perkembangan daur hidupnya dengan metamorfosis tidak sempurna.

Dikatakan tidak sempurna karena ada salah satu tahapannya dari nimfa menjadi imago tidak terjadi perbedaan bentuk fisik yang signifikan. Kecoa adalah contohnya. Setelah telur menetas, maka telur berubah bentuk menjadi kecoa kecil (nimfa) dan setelah itu bermetamorfosis menjadi kecoa dewasa (imago). Perubahan fisik dari nimfa menjadi imago tidaklah jauh berbeda. Hal inilah yang membuat kecoa mengalami metamorfosis tidak sempurna.

Kalau kita mengibaratkan dengan kegiatan mendidik, maka seluruh siswa yang menempa proses pendidikan di sekolah tempat kita mengajar pada awalnya adalah telur telur serangga tersebut. Beberapa tahun proses tersebut ditempuhnya, tentunya terjadi perubahan perilaku pada siswa tersebut. Namun tidak semua siswa yang kita didik dapat bermetamorfosis secara sempurna. Ada siswa yang benar benar membanggakan kita sebagai guru dari sisi kognitif, psikomotorik maupun afektif, sehingga kita merasa jumawa karena berhasil mendidik mereka. Akan tetapi ada juga siswa yang hanya baik dari sisi kognitif dan psikomotorik saja namun sisi afektif masih banyak yang harus kita perbaiki. Bahkan yang terkadang membuat kita menjadi guru pasrah karena sebagian siswa tak bermetamorfosis dalam proses yang mereka ikuti. Yang pada akhirnya siswa tersebut kita rekomendasikan untuk tidak lagi bergabung dalam proses yang sedang kita bina. Sungguh, ini adalah PR terberat kita yang bergelar insan cendikia.

Dalam proses mendidik, sebagai guru setidaknya ada beberapa peran yang harus kita mainkan sehingga proses yang kita lakukan kepada siswa bisa paripurna. Diantara peran peran itu adalah sebagai berikut:

Peran pertama kita adalah guru merupakan seorang pengajar. Tentunya di dalam mengajarkan ilmu kepada siswa terutama bidang pelajaran yang kita ajar, maka syarat utamanya kita harus mumpuni atau menguasai apa yang akan kita ajarkan. Pernah ada seorang sahabat yang mengatakan, "kalaulah kita tidak menguasai ilmu yang akan kita ajarkan kepada siswa paling tidak kita harus lebih pintar semalam dari siswa kita." Ya, inilah syarat minimal guru sebagai seorang pengajar, sehingga di kelas kita bisa mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa siswi kita dengan baik dan penuh hikmah.

Peran kedua kita adalah guru merupakan orang tua siswa di sekolah. Berperan menjadi orang tua membutuhkan ketrampilan khusus. Apatah lagi jika kita belum seutuhnya menjadi orang tua di kehidupan nyata. Tapi paling tidak salah satu peran guru yang mesti kita lakukan adalah membuat siswa menjadi anak yang baik secara sikap dan tingkah laku. Guru tak boleh apatis melihat siswanya melakukan hal-hal yang melanggar norma. Perasaan ingin melindungi anak agar "tidak terjerumus" haruslah mendarah daging dalam diri seorang guru. Sehingga prinsip yang terkadang sering tergambarkan dari kita yang lelah mendidik mereka yang sulit dibina ("biarlah, toh mereka bukan anak kita") semestinya tidak kita lakukan.

Peran ketiga kita adalah guru merupakan teman bagi siswa. Agar kita bisa mendidik siswa sesuai dengan zamannya maka kita harus berupaya untuk menyelami dunia mereka. Hal ini dilakukan supaya kita mengerti metode mengajar yang seperti apa yang membuat siswa kita mampu menyerap ilmu yang kita ajarkan. Kita juga berupaya mengenal sisi lain kehidupan mereka agar tidak ada jarak dengan mereka. Sehingga sebelum menjejali mereka dengan segudang materi yang harus kita sampaikan maka kita harus mendapat tempat khusus terlebih dulu di hati siswa. Tempat yang membuat mereka senang dengan kehadiran kita. Bahkan keberadaan kita menjadi sesuatu yang istimewa dalam hidup mereka. Peran kita sebagai teman bagi siswa kita adalah agar kita mengerti dengan dunia mereka, sehingga proses pendidikan yang kita lakukan bukan sesuai kemauan kita tapi sesuai kebutuhan siswa kita. Inilah yang mungkin harus kita upayakan mulai hari ini.

Peran keempat kita adalah guru merupakan guru spritual bagi siswanya. Selain kita mengajar ilmu yang menjadi kewajiban kita maka peran kita berikutnya adalah mengingatkan norma norma agama yang harus mereka jalankan. Mengajarkan adab di dalam berbuat. Bahkan mengingatkan keberadaan Allah yang maha kuasa di dalam diri siswa. Hal ini kita lakukan agar siswa mengerti kewajibannya beragama dan apa yang sedang diikutinya hari ini adalah dalam rangka menjalankan kewajiban itu. Guru juga harus sering mendoakan kebaikan untuk siswanya. Sehingga siswa yang sulit untuk menangkap ilmu pelajaran diberikan kemudahan.

Peran terakhir adalah guru merupakan hakim yang adil bagi siswa. Guru harus memutuskan perkara yang sedang terjadi diantara siswa siswanya. Di saat siswa melanggar kesepakatan yang sudah dibuat bersama atau melakukan kesalahan yang tak diinginkan maka sebagai hakim, guru harus bisa memberi hukuman kepada siswa yang sifatnya mendidik. Yang membuat siswa bisa menyadari akan kesalahan yang diperbuatnya. Jangan sampai guru salah memberikan hukuman yang justru membuat siswa semakin mendendam kepada kita dan berakibat memusuhi kita. Padahal kita sedang mendidiknya.

Itulah diantara peran yang bisa dilakukan seorang guru yang bisa saya rangkum dari pengalaman pengalaman saya dan beberapa guru di dalam mendidik. Semoga bermanfaat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Satu hal dulu yg ingin saya sampaikan, yakni ttg penulisan judul. Jika Ibu belum paham kaidahnya, lebih baik judul Ibu tulis menggunakan huruf kapital semua. Asal penulisan katakatanya benar, penulisan judulnya pun akan benar. Pada judul di atas seharusnya ditulis Belajar Hikmah dari KupuKupu dan Kecoa.

21 Jan
Balas

Terima kasih pak Edi atas sarannya, siap di edit lagi

21 Jan
Balas

Paparan luar biasa. Sukses selalu dan barakallahu fiik

21 Jan
Balas

Terima kasih bunda Doktor..Aamiin yra..Bimbing kami juga ya dalam tulis menulis. Terinspirasi dengan tulisan tulisan bunda

21 Jan

Sependapat dengan tulisan ibu... Untuk mencapai ketuntatasan paripurna dari peserta didik kitaMaka kitalah role model pertama yang menerapkan dalam kegiatan pembelajaran.

22 Jan
Balas



search

New Post