Hestina Barung Tabilangi

Pejuang pendidikan yang luar biasa...

Selengkapnya
Navigasi Web

MENINGKATKAN KETRAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MEMBENTUK ANGKA MENGGUNAKAN P

Abstrak

Peran guru dalam mendukung perkembangan motorik halus pada anak usia pra sekolah sangat penting. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan motoric halus pada anak dengan membentuk angka menggunakan plastisin. Penelitian Tindakan Kelas digunakan dalam penelitian dengan menerapkan dua siklus; adapun subyek dari penelitian ini adalah 15-orang anak yang terdiri dari 10 perempuan dan 5 laki-laki TK A di Sekolah Miracle School Timika-Papua. Hasil analisis data dari siklus pertama ditemukan bahwa dari 5 angka yang dibentuk menggunakan plastisin 27% anak dapat membentuk angka dengan sempurna; sementara pada siklus kedua hasil analisis data 33% siswa dapat membentuk angka menggunakan plastisin, dan pada siklus yang ketiga terjadi peningkatan dimana sebanyak 47% anak dapat membentuk angka 1-5 dengan sempurna menggunakan plastisin. Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa untuk membentuk angka menggunakan plastisin mengalami peningkatan; dengan demikian, motorik halus pada anak usia sekolah Di TK A Miracle School Timika berkembang secara optimal Guru dapat menggunakan plastisin untuk membentuk motoric halus pada anak dengan belajar sambil bermain..

Kata kunci:angka, plastisin, TK A, motorik halus

I. Latar Belakang.

Usia dimana seorang anak memasuki usia pra sekolah sering di kenal dengan istilah golden period. Pada masa ini anak usia pra sekolah mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang pesat, baik perkembangan intelektual, moral, emosi, bahasa, dan sosial. Pada masa ini juga anak motoric kasar dan halus pada anak berkembang secara pesat. Kemampuan anak melakuakan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot besar, seperti duduk, berdiri, berjalan dan sebagainnya disebut motorik kasar. Sedangkan motorik halus berkaitan dengan aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, seperti menjimpit, menulis, meremas dan sebagainnya (Prasetyanti, n.d.-a).

Usia pra sekolah adalah usia dimana seorang anak belum memasuki jenjang pendidikan dasar (Sekolah Dasar) sebagai lembaga pendidikan formal. Oleh karena itu di usia pra sekolah ini anak-anak biasanya diarahkan untuk menimba pengalaman belajar di lembaga-lembaga pendidikan seperti PAUD, TK, kelompok bermain, dan taman penitipan anak. Dijenjang pendidikan pra sekolah (TK) anak diberi kesempatan untuk mengembangkan kepribadiannya. Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini khusunya di TK perlu menyediakan berbagain kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan antara lain, kognitif, emosi, bahasa, emosi, fisik, dan motorik.

Nurmalitasari et al. (2015) mengatakan bahwa anak usia dini yaitu anak dengan usia 4-6 tahun dimana anak sudah memasuki jenjang prasekolah. Usia anak pra sekolah adalah 0-6 tahun. Pada masa ini anak usia pra sekolah mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang pesat, baik perkembangan intelektual, moral, emosi, bahasa, dan social. Masa anak usia dini sering disebut dengan “golden age” atau masa emas. Pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara tepat dan hebat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa periode emas ini menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan seorang anak di masa depan nanti. Ada beberapa aspek perkembangan yang dialami oleh anak usia dini antara lain nilai agama, moral, sosial, emosional, seni, bahasa, dan perkembangan kognitif (Prasetyanti, n.d.-b). Selain aspek-apsek yang disebutkan diatas, anak usia dini juga mengalami perkembangan fisik-motorik yang pesat di usia pertumbuhannya. Motorik halus adalah salah satu aspek yang berkembang pesat pada saat seorang anak akan memasuki usia pra sekolah. Motorik halus dapat diartikan sebagai pengorganisasian gerak berdasarkan organ-organ tubuh seperti tangan mata, syaraf, yang melibatkan kelompok otot dan syaraf kecil lainnya (Rohanah & Watini, 2022)

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.137 Ps. Tahun 2014 tentang Anak Usia Dini mengatakan bahwa keterampilan motorik halus terdiri dari keluwesan dan kemampuan anak mengeksplorasi diri dengan bentuk ekspresi menggunakan jari dan alat (Permendikbud, 2014). Motorik halus berkaitan dengan aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, seperti menjimpit, menulis, meremas dan sebagainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus adalah kemampuan untuk melakukan gerakan kompleks dan halus, yang hanya melibatkan gerakan jari tangan dan kaki (Pangestika & Setiyorini, 2015).

Untuk mendukung kemandirian anak usia pra sekolah, guru harus memberikan permainan yang edukatif untuk menstimulasi perkembangan motorik halus pada anak usia dini. diperlukan latihan dan pendampingan yang cukup dari orang-orang terdekat, baik orang tua dirumah maupun guru di sekolah. Selaras dengan ini, Pratiwi (2017) mengatakan bahwa keterampilan motorik halus adalah gerakan yang dipengaruhi oleh pembelajaran dan latihan, dengan atau tanpa penggunaan otot polos di seluruh tubuh. Guru selaku pendamping anak usia sekolah di jenjang pra sekolah, perlu memberikan perhatian yang khusus guna mendukung tumbuh kembang motorik halus pada anak secara maksimal. Salah satunya dengan menciptakan proses belajar yang menyenangkan. Karena anak usia sekolah adalah anak dalam masa pertumbuhan maka dapat dikatakan anak usia dini adalah kelompok belajar kinestetik. Untuk mendukung motorik halus pada mereka, belajar sambil bermain merupakan pilihan bijak pagi guru yang membimbing anak usia dini. Kondisi fisik yang sehat, dibarengi bakat dan kemampuan yang cukup, anak usia pra sekolah dapat di stimulasi perkembangan motorik halusnya secara maksimal dengan menerapkan bermacam-macam permainan, dengan demikian anak diberi ruang untuk mengekspresikan diri secara bebas dengan memanfaatkan sarana dan pra sarana yang mendukung pertumbuhan motorik halus pada anak.

Bermain dapat menjadi sarana untuk menyalurkan energi potensial yang dimiliki oleh anak usia dini. Lewat permainan anak mengenal lingkungan sekitarnya, dan juga merangsang anak untuk melakukan aktivitas seiring perkembangan fisiknya (Hayati dan Khamim, 2017). Ada berbagai jenis permainan yang dapat dipilih dan diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas, salah satunya adalah bermain plastisin. Peningkatan motorik halus pada anak usia prasekolah dapat dilakukan melalui permainan lilin plastisin. Senada dengan ini, Oktaviani et al., (2021) mengatakan salah satu alat permainan edukatif yang dapat mengembangkan motorik halus anak yaitu dengan menggunakan media plastisin. Definisi plastisin menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia) KBBI adalah bahan dari lilin yang bertekstur lunak dan berwarna warni, dapat dibentuk menggunakan tangan dan cetakan. Senada dengan ini, Rohmah & Gading (2021) mengatakan plastisin adalah benda lunak atau adonan beraneka ragam yang dapat dibentuk menjadi berbagai jenis model dengan cara di tekan, dipilin, diremas-remas, dan dicetak sesuai imajinasi anak, dengan demikian sambil belajar membentuk plastisin menjadi berbagai bentuk, anak juga memperoleh kesempatan mengembangkan motorik halus secara maksimal. Dengan bermain plastisin, anak dilatih mengkoordinasikan otot-otot halus pada jari-jari dan pergelangan tangan agar lentur, sehingga anak bisa memegang pensil, gunting, crayon, dan lain-lain yang barangkali diperlukan dalam aktivitas pembelajaran mereka di kelas (Dewi et al., 2022)

Salah satu aspek pengetahuan yang harus diperkenalkan kepada anak usia dini adalah Matematika. Anak usia dini saat memasuki jenjang pra sekolah adalah pengenalan angka. Angka atau bilangan adalah lambang atau simbol yang merupakan suatu objek yang terdiri dari angka yaitu angka 1-10. Angka yang dikenal pertama kali dikenal oleh seseorang sebelum mengenal angka yang lain adalah angka 1-10. Usia pra sekolah adalah masa yang strategis untuk mengenalkan angka atau bilangan pada anak, karena di masa ini anak masih mengalami “the golden age” masa dimana otak anak berkembang secara optimal sehingga anak dengan mudah memahami apa yang dialami di masa itu. Pengenalan angka pada anak usia pra sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain bernyanyi, menghitung namanya, mencocokan gambar, membuat gambar, dan juga membentuk angka menggunakan plastisin

Penggunaan plastisin dalam pembelajaran dikelas sangat penting dilakukan, guna mendukung perkembangan motorik halus pada anak secara maksimal. Oleh karena itu peneliti tertarik utuk meneliti topik ini “Meningkatkan Ketrampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Membentuk Angka Menggunakan Plastisin Dikelompok A Tk Miracle School. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan plastisin untuk meningkatkan motoric halus pada anak dengan membentuk angka bagi anak dikelompok TK A Miracle School.

II. RANCANGAN PENELITIAN

Prosedur Penelitian

Desain Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif digunakan dalam penelitian ini. Dalam proses pengambilan data peneliti membutuhkan partner untuk melakukan observasi selama proses pembelajaran berlangsung. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah kegiatan penelitian dalam konteks kelas yang dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran guru dan meningkatkan kualitas dan hasil belajar. Penelitian ini menggunakan model rancangan Penelitian Tindakan Kelas yang dikemukakan Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah pokok yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting).

Subyek dalam penelitian ini adalah anak usia pra sekolah, kelompok A Taman Kanak-Kanak Miracle School Mimika, Propinsi Papua, tahun pelajaran 2022/2023 dengan siswa berjumlah 15 orang (5 laki-laki dan 10 perempuan).

Teknik Analisa Data

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini teknik deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengetahui perbedaan kemampuan anak sebelum dan sesudah dilakukan tindakan penelitian. Prosedur analisis data dalam penelitian ini adalah :

1. Menghitung distribusi frekuensi perolehan nilai dari 20-100 dengan mengunakan rumus sebagai berikut : P = ʄ x 100% N

2. Membandingkan ketuntasan belajar anak mulai dari pra tindakan, siklus 1 sampai siklus 3

Jika terjadi kemampuan anak membentuk huruf menggunakan plastisin berhasil dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan perkembangan motorik halus pada anak TK B Miracle School Timika.

Tabel Hasil Penilaian Anak mulai dari Pra Tindakan sampai dengan Siklus III

No

Hasil Penilaian/ Siswa

Pra Tindakan

Tindakan Siklus I

Tindakan Siklus II

Tindakan Siklus III

1

100

3 orang (20%)

4 (27%)

5 (33%)

7 (47%)

2

80

1 orang (7%)

3 (20%)

4 (27%)

6 (40%)

3

60

2 orang (13%)

3 (20%)

4 (27%)

2 (13%)

4

40

2 orang (13%)

3 (20%)

2 (13%)

0 (0%)

5

20

7 orang (47%)

2 (13%)

0 (0%)

0 (0%)

Tabel diatas menunjukan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar pada anak pra sekolah TK A Miracle School Timika. Pada tahapan Pra Tindakan ditemukan 7 siswa (47%) dari total 15 siswa tidak dapat membentuk angka 1-5 menggunakan plastisin. 3 siswa (20%) berhasil membentuk angka 5; 1 siswa berhasil membentuk angka 4 menggunakan plastisin. Sementara itu, 2 anak (13%) dapat membentuk 3 angka dan 2 orang dapat membentuk 2 angka menggunakan plastisin.

Pada siklus yang Tindakan Siklus Pertama, terjadi terjadi sedikit peningkatan, dimana 4 orang siswa berhasil membentuk 5 angka dan 3 orang anak berhasil membentuk 4 angka menggunakan plastisin. Lebih lanjut 3 orang anak berhasil membentuk 2 dan 3 angka, dan 1 anak berhasil membentuk 1 angka dengan plastisin.

Pada Tindakan Siklus Kedua, ada peningkatan 6% untuk siswa yang dapat membentuk 5 angka dan 7% untuk siswa yang dapat membentuk 4 angka dengan plastisin. Sementara, 7% siswa berhasil membentuk 3 angka, 13% anak berhasil membentuk 2 angka.

Akhirnya, pada Tahapan Siklus Ketiga, 7 dari 15 siswa sudah dapat membentuk 5 angka; 6 anak berhasil membentuk 4 angka, dan 2 orang siswa berhasil membentuk 2 menggunakan plastisin. Ditahap ini semua siswa sudah berhasil membentuk angka menggunakan plastisin.

Dari temuan diatas dapat disimpulkan bahwa, perkembangan motoric halus pada anak TK-A di Miracle School sebelum penerapan belajar membentuk angka menggunakan plastisin masih rendah. Dari pengamatan dilapangan ditemukan bahwa masih banyak siswa yang belum mampu melakukan gerakan mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan. Hal ini dapat dilihat saat mereka membentuk angka 1-5 menggunakan plastisin.

Peningkatan Motorik halus pada anak TK A Miracle School mulai terlihat saat guru menggunakan plastisin saat pembelajaran di kelas. Anak-anak diberi kesempatan membentuk angka 1-5 menggunakan plastisin dengan berbagai jenis warna. Siswa yang awalnya mengalami kesulitan membentuk angka berhasil membentuk angka 1-5 setelah Tindakan Pelaksanaan pada siklus 2 dan 3. Hal ini dapat dilihat pada tabel hasil penilaian siswa bahwa pada siklus 2 dan 3 tidak ada lagi siswa yang tidak mampu membentuk angka menggunakan plastisin. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setelah penggunaan plastisin anak-anak mengalami perkembangan motorik halus yang cukup signifikan. Bermain plastisin memberikan banyak tujuan untuk meningkatkan motorik halus anak, diantaranya yaitu agar pembelajaran bisa lebih efektif, dengan lingkungan yang sudah dikenal anak maka anak dapat menerima dan menguasai dengan baik (Rohmah & Gading, 2021). Oleh karena itu, penggunaan plastisin di kelas sangat disarankan kepada guru yang mengajar di TK, guna membantu stimulasi anak usia pra sekolah mengembangkan motorik halus mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, R., Musi, M. A., & Syahriah, A. (2022). Meningkatkan Kemampuan Anak Mengenal Huruf Melalui Kegiatan Bermain Plastisin. EDUSTUDENT: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dan Pembelajaran, 1(4), 215. https://doi.org/10.26858/edustudent.v1i4.27183

Nurmalitasari, F., Psikologi, P. M., Psikologi, F., & Gadjah, U. (2015). Perkembangan Sosial Emosi pada Anak Usia Prasekolah. 23(2), 103–111.

Oktaviani, S., Priyantoro, D. E., & Uswatun Hasanah. (2021). PENGGUNAAN MEDIA PLASTISIN DALAM MENGEMBANGKAN MOTORIK HALUS DI KB NURUL ARIF. Indonesian Journal of Islamic Golden Age Education (IJIGAEd), 2(1).

Pangestika, R. A., & Setiyorini, E. (2015). PENGARUH BERMAIN PLASTISIN TERHADAP SEKOLAH ( The effect of Plasticine play to fine motor development at pre school. 2(2), 181–188. https://doi.org/10.26699/jnk.v2i2.ART.p169-175

Permendikbud. (2014). Permendikbud No. 137 Tahun 2014.

Prasetyanti, D. K. (n.d.-a). Asah Motorik Halus Melalui Lilin Plastisin.

Prasetyanti, D. K. (n.d.-b). Panduan Bermain Lilin Plastisin Sebagai Upaya Meningkatkan Motorik Halus.

Pratiwi, W. (2017). Konsep Bermain Pada Anak Usia Dini. Manajemen Pendidikan Islam, 5, 106–117.

Rohanah, S., & Watini, S. (2022). Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus melalui kegiatan Mewarnai dengan Model ATIK Pada Kelompok B di RA Manarul Huda. Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 8(3), 1725. https://doi.org/10.37905/aksara.8.3.1725-1736.2022

Rohmah, S. K., & Gading, I. K. (2021). Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Bermain Plastisin. JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN PROFESI GURU, 4, 144–149.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya

30 Nov
Balas



search

New Post