hesti wihandini

Saya guru BK di sebuah SMP. Mendidik dengan Cinta adalah motto saya. Kebahagiaan terbesar saya ketika melihat anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang baik...

Selengkapnya
Navigasi Web
MAU KAYA? SEDEKAHLAH...

MAU KAYA? SEDEKAHLAH...

Sebagai mahasiswa yang hidup sendirian jauh dari keluarga, hidup prihatin, jauh dari hidup layak adalah hal biasa. Seperti yang pernah kualami dulu. Uang bulanan kiriman orang tua hanya bertahan 10 hari. Untuk bertahan hidup biasanya aku berusaha makan sehemat mungkin, yang penting ada nasi, masalah lauk gampang, mau makan dengan sepotong bakwan juga tidak masalah, atau indomie goreng basi karena kusisakan dari sisa sarapan pagi hari, selama masih bisa dimakan ya dimakan. Sepekan dua kali mengisi les privat alhamdulillah cukuplah untuk bisa menyambung hidup sebulan.

Aku ingat, hari itu kuliah libur. Di dompetku hanya tersisa uang 200 perak. Uang itu sedianya aku mau gunakan untuk menelepon teman untuk sekadar meminjam uang buat menyambung hidup beberapa hari ke depan karena kiriman orang tua belum tiba. Kebetulan dulu masih banyak tersebar telepon koin sebelum handphone marak untuk komunikasi. untuk menuju telepon koin aku harus melewati sebuah masjid besar di pinggir jalan. Tiba di gerbang dekat masjid aku melihat ada sebuah kencleng infak ukuran besar bertuliskan Penggalangan Dana untuk Anak Yatim. Entah mengapa hatiku saat itu tergerak untuk memberikan semua uangku ke kencleng itu. Tidak peduli hari itu aku bisa makan atau tidak, hanya berharap, mudah-mudahan nanti ada sebuah kecapi matang jatuh di depan kostku, karena letak pohonnya persis di depan pintu kamar kost dan yang punya pohon membebaskan buah yang jatuh dimakan siapa saja. Lumayan untuk mengganjal perut. Tanpa ragu bismillah aku masukkan semua uang sisa yang ada. Aku tidak jadi menelepon. Kemudian aku mengisi hari berjalan-jalan ke kampuskku. Mudah-mudahan ada info pekerjaan. Sampai di kampus segera aku menuju mading fakultas. Jreng-jreng, ternyata ada informasi beasiswa 2 bulan cair. Alhamdulillah. Kalau tidk salah saat itu cair 60.000 sebulan, dua bulan berarti 120.000. Segera aku berlari riang ke rektorat, naik lift ke lantai 6 dan menuju ruang akademik. Di sana sudah banyak yang mengantri, tak sampai sejam, uang 120.000 sudah di tanganku. Mumpung ada uang dan libur, aku langsung meninggalkan kampus dan menghabiskan libur di rumah pamanku. Malam hari aku pamit pulang dan oleh paman, aku dikasih ongkos 20.000. Kuhitung-hitung total uangku saat itu 140.000 rupiah.

Di dalam angkot perjalanan pulang, airmataku tiba-tiba mengalir, aku teringat dengan sebuah ayat di al Quran ayat 261 " Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, dan tiap-tiap bulir seratus biji". Deg...tanpa sadar aku menghitung-hitung. Tadi uang yang aku infakkan 200 rupiah kalau dikalikan 7 kemudian dikalikan 100 totalnya 140.000 rupiah, dan itu persis sama dengan jumlah uang yang aku terima hari itu. Jadi??

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Inspiratif dan penuh hikmah. Salam literasi, sukses selalu.

30 Jun
Balas

Terima kasih pak. Salam literasi. Sukses juga untuk bapak

30 Jun

Terima kasih pak. Salam literasi. Sukses juga untuk bapak

30 Jun

Terima kasih pak. Salam literasi. Sukses juga untuk bapak

30 Jun

mencerahkan...

30 Jun
Balas



search

New Post