HESTY GORANG

Seorang ibu rumah tangga memiliki keinginan yang kuat untuk berbagi melalui tulisan. Sejauh ini telah menghasilkan sebuah karya solo, dan beberapa buku antologi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jika Aku Mati
Mati adalah nasihat ampuh untuk sebuah perubahan.

Jika Aku Mati

Jika Aku Mati

Pagi telah menjemputku. Dalam genggaman hanyalah sebuah buku berjudul Nafas Terakhir. Dalam buku yang hebat ini membawa aku terus berpikir tentang satu persoalan hidup yang terus kita lupakan. Dalam kesibukan kita tak pernah mengingat tentangnya. Padahal ia adalah teman yang akan datang secara tiba-tiba, menjemput kita keasal, dialah mati

Setelah dua kejadian luar biasa yang melalulantahkan harta benda, nyawa di Negara tercinta ini. Yang terlintas dipikiran ini adalah “ Bagaimana kematianku kelak?” akankah berakhir di atas jalan kebenaran atau malah sebaliknya.

Pagi ini aku akan habiskan bacaan yang membuat aku merinding. Kisah-kisah tragis yang diceritakan membuat bulu kuduk terus berdiri, gementar menahan tangis mengingat dosa yag selama ini aku perbuat.

Katanya semua orang akan mati dan hanya saja cara mati setiap orang mati berbeda-beda.

“Aduh, kasihan ya, lihat tuh. Caranya mati tragis banget. Ampe tak ada selembar pakain dibadannya, mengerikan.” Kata Sari. Temanku yang sedang menonton cuplikan pasca gempa di Sulawesi. “Kira-kira pada saat gempa dia lagi ngapain ya? kok ampe segitunya. Nih lihat, lain dengan si gadis ini. Pegang tasbih dengan hijab masih utuh dibadannya, subhanallah.”

Mendengar perkataan teman yang lagi serius nonton cuplikan video itu membuat aku ingin menangis, dalam hatiku berkata. “Tuhan, bagaimana dengan aku kelak, apakah Kau akan mengambilku dalam keadaan baik? Atau Kau akan mengembalikan dengan keadaan buruk?”

“Eh, coba lihat ini, ini lebih mengerikan, apa ini editan, hoax, atau benerannya. Kok segini banget. Ini posisi orang lagi bersetubuh, entah sama pasangan atau bukan. Naudzubillah. Aduh kalau aku mati nanti, gimana ya aku?”

Mati, tidak ada seorang pun yang bisa menerka kapan, di mana akan terjadi. Maka, sebagai hamba Tuhan, kita hanya bisa mempersiapkan diri untuk menghadapinya.

“Ngomong-ngomong, kita nanti gimana ya matinya?” Sari kembali bertanya kepadaku.

“Coba deh, kamu baca buku ini Ri, buku ini bagus banget, membahas tentang kematian. Bagaimana seharusnya kita bersikap dalam menanti kematian yang entah kapan akan datang. Siapa tahu disela-sela perbincangan kita ini atau setelahnya, wallahua’alm.”

“Kemarin aku juga pernah membaca beberapa kisah kematian yang tertulis dalam buku Golden Stories. Cerita tentang sopir bis yang mati secara tiba-tiba. Jadi, ceritanya dalam perjalanan ada seorang penumpang yang menyuruh pak sopir untuk memberhentikan bisnya, pak sopir pun bertanya “Ada apa mbak?” penumpang itu menjawab. “Itu pak ada penumpang yang mau naik.” Namun, para penumpang lain tidak melihat si calon penumpang itu, dan pak sopir kembali bertanya “yang mana mbak, di depan sana tidak ada seorang pun yang berdiri.” Dengan penuh keyakinan penumpang itu meyakinkan si sopir bis bahwa calon penumpang itu akan menaiki bisnya “lihat pak, dia mendekati bis dan akan naik.” “mana mbak, tidak ada orang.” Itu pak.” Setelah apa yang dilihat oleh penumpang itu beberapa menit kemudian sopir bus pun meninggal dunia.”

“Aduh, kok ngeri gitu ya, aku sampai merinding lo dengernya.” Ucapku dengan nada sedikit takut.

“Akhir-akhir ini, aku juga sering menghabiskan bacaan tentang kematian, hanya topic itu yang bisa amenggerakkan kita untuk terus melakukan kebaikan, ia tidak?”

“Ia, kamu benar Sari, aku juga. Rasanya tak ada lagi niat untuk menuntut banyak hal lagi. Setelah melihat semua kejadian alam yang terjadi. Gempa yang terus mengguncang. Dari Lombok ke Bali, Bima, Denpasar, Probolinggo, dan yang paling dahsyat di Sulawesi yang sudah merenggut nyawa hingga ribuan jiwa.”

Kami terus membicarakan hal mengenai kematian. Antusias kami sangat besar untuk hal ini. Kesadaran dan penyesalan pun datang bergantian. Aku sadar bahwa dunia ini hanyalah sementara. Hidupku yang terus ku bawa dengan senang-senang ingin sekali ku tinggalkan. Baju, aksesoris perempuan dan harta benda lain hanyalah pajangan kamar yang ternyata hanya membuat hati ini sumpek dan bosan. Ternyata semua ini bukan ukuran kebahagiaan, bukan ukuran kita akan seperti apa diakhir kehidupan nanti.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga kita husnul khotimah. Salam sehat dan sukses selalu, bunda. Barakallah.

20 Oct
Balas

Keren tulisan yg mengajak pembaca merenung dan membangkitkan semangat berbuat baik. Barakallah

20 Oct
Balas

Muhasabah Pagi ini.. Semoga kita Husnul Khotimah. Terima kasih atas nasihat pagi nya

20 Oct
Balas

Assalamualaikum.... buat semua kawan literasi. Alhamdulillah sy ucapkan terimakasih atas kesempatan waktunya untuk membaca artikel singkat saya. Semoga kita bisa menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Amiin... Salam Literasi

22 Oct
Balas

Yaa Rabb..pengingat yang baik..untaian narasi yang apik..moga kita dapat mereguh husnul khatimah

20 Oct
Balas



search

New Post