Semalam menjelang sholat Isya, tiba-tiba lampu padam, tanpa sebab yang jelas, Alhamdulillah lampu padam tidak lama, lalu terdengar pelan tapi pasti, gerimis turun sedikit demi sedikit , air menetes dari atap terdengar jatuh membasahi tanah, lambat laun hujan semakin lebat, suasana di pondok berubah jadi sepi, yang semula suara santriwati didepan rumahku cukup ribut karena mereka sedang makan malam sambil bercengkrama , bergembira sambil menikmati hidangan yang ada didepan mereka.

Hujan terus menguyur pondokku dengan lebatnya, tak berselang lama air nampak tergenang didepan asrama putri, semua santriwati yang ada tinggal di lantai satu, berteriak dengan suara ribut “banjir-banjir “ air masuk kamar, “ayo semua tolong naikkan kasur ke atas lemari agar tidak basah kena air” air yang sudah masuk kamar setinggi satu jengkal orang dewasa atau 20 cm lebih kurang. Suasana riuh saling lari menyelamatkan kasur , kasur dipindah ke lantai dua.

Melihat air sudah masuk kamar lantai satu, seluruh santriwati di lantai dua dan tiga, turun tangga sambil membawa ember untuk menimba air dari dalam kamar ke selokan yang ada di luar kamar, mereka bekerja saling bahu membahu untuk mengeluarkan air dari kamar dilantai satu, setelah air surut dan air dikamar sudah berhasil di timba keluar kamar asrama, seluruh penduduk kamar lantai satu, hijrah mengungsi malam itu kelantai dua dan tiga. Banjir di pondokku terjadi untuk kedua kalinya pada hari Jum’at, 7 Februari 2020.