Hibatun Wafiroh

Biasa dipanggil Wafi. Nama lengkap Hibatun Wafiroh, Guru di SMPN 2 Lamongan. Sedang belajar dan ingin terus belajar di kampus kehidupan ini. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
 Positif Terkonfirmasi Covid-19 (3)

Positif Terkonfirmasi Covid-19 (3)

"Bu, sebaiknya Njenengan periksa ke Dokter saja. Njenengan kan ada keluhan nyeri dada. Perlu dicek kesehatan jantung dan paru-parunya. Adapun yang bisa isolasi mandiri itu mereka yang hasil swabnya positif tapi tanpa gejala Bu," kata Pak Jo, teman dari Gresik menasehatiku.

Pak Jo memiliki putra seorang perawat yang ikut menangani pasien covid di salah satu rumah sakit di Surabaya. Dia berkata begitu karena sering sharing dengan putranya.

Teman-teman akrabku juga bergantian menelepon mengkhawatirkan kondisiku. Aku masih merasa kuat dengan kondisiku. Entahlah. Aku merasa takut jika harus ke RS.

Senin malam, 30 November 2020 aku tidak bisa tidur. Dadaku semakin nyeri. Aku masak air hingga mendidih dan kutuang ke dalam gelas. Kuteteskan minyak kayu putih sebagaimana yang disarankan teman-teman. Kuhirup uapnya. Segar sekali. Kuhirup lagi hingga airnya menghangat dan kuminum.

Tengah malam aku bangun dan shalat. Setelah itu kulakukan posisi proning atau sujud. Memperlama sujud lalu membaca Al-Quran. Tetapi nyeri dada ini belum berlalu juga. Ada bayangan negatif yang sempat melintas. Tapi segera kutepis bayangan itu. Lalu aku merasa lebih baik pergi ke dokter agar jelas kondisi paru-paruku.

Selasa, 1 Desember 2020 aku konsultasi dengan pihak RSML. Tidak mungkin jika aku tiba-tiba datang tanpa tahu harus menuju kemana. Karena pasien positif covid sepertiku tentu tak boleh berbaur dengan pasien umum.

Aku diantar saudaraku ke RSML. Beberapa baju kubawa untuk mengantisipasi jika harus opname. Meski aku berharap boleh melanjutkan isolasi mandiri di rumah. Alhamdulillah pukul 11.30 sudah sampai di Instalasi Gawat Darurat yang khusus untuk pasien covid.

Setelah menunggu beberapa saat, tiga perawat berpakaian hazmat menyambutku. Mereka langsung memintaku berbaring di tempat tidur untuk beberapa pemeriksaan. Salah satu perawat menginformasikan bahwa kamar untuk pasien covid penuh semua. Tidak hanya di RSML tetapi juga di RS yang lain. Jadi mungkin beberapa pasien masih di kamar isolasi IGD.

Seorang perawat mendorong elektrokardiogram untuk mengukur dan merekam kondisi jantungku. Kemudian di jariku dijepitkan pulse oximetry, untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah. Setelah itu dilakukan rontgen dada, untuk memastikan kondisi paru-paru dan luas area paru-paru yang mengalami infeksi atau peradangan.

O,iya. Tes darah juga dilakukan untuk memastikan adanya infeksi dan menentukan penyebab infeksi.

Dari hasil pemeriksaan di atas, alhamdulillah saturasi oksigen dan kondisi jantungku juga bagus. Hanya saja hasil rontgen menunjukkan adanya pneumonia atau infeksi paru-paru. Dengan kondisi ini aku diwajibkan untuk opname agar mendapatkan penanganan yang intensif.

Karena kamar masih penuh, maka aku berada di kamar isolasi IGD hingga malam hari. Sejak diinfus dan melihat lalu lalang pasien dengan berbagai kondisi, hatiku menjadi ciut. Bayangan-bayangan negatif dan rasa pesimis tiba-tiba menyerangku. Ya Allah... Mungkinkah usiaku ini tidak lama lagi? Jika memang sudah waktuku, ambillah nyawaku nanti dalam keadaan husnul khotimah.

Air mataku mengalir semakin deras di ruangan isolasi sendirian. Aku mengirim pesan kepada sahabatku di Lamongan. Kukirim pesan bahwa jika ternyata umurku tidak lama lagi, tolong antar jenazahku nanti ke Lasem. Aku ingin dimakamkan di sana. Temanku menyanggupi tetapi berpesan agar aku berpikir yang positif dan optimis.

Seseorang berpakaian seragam biru tampak datang dengan duduk di kursi dorong yang tertutup rapat tabir transparan. Dia diantar ke ranjang sebelahku. Ternyata dia karyawan di RS ini yang positif terpapar Covid-19. Dia terlihat ceria tanpa gejala. Katanya memang tak merasakan gejala apapun tetapi hasil swabnya positif.

Sejak itu aku agak terhibur karena karyawan tersebut bercerita banyak hal yang membuatku tertawa. Bahkan dia menertawakan aku yang menangis. Berkali-kali dia disapa para perawat yang lewat di depan pintu. Dia juga menceritakan bagaimana suka duka para perawat dan petugas kebersihan itu saat harus bekerja mengenakan baju hazmat.

Sekitar pukul 22.00 WIB suntikan azitromisin diberikan melalui infus. Rasaya sangat sakit. Andai saja boleh opname tanpa diinfus. Andai saja tak perlu disuntik. Hiks. Dengan berandai-andai begitu justru membuat semua serba terasa sakit. Aku pun berusaha menerima semua ini dengan ikhlas. Aku ikhlas ya Allah. Kupasrahkan kepada-Mu kesembuhanku.

Tengah malam, tepat pukul 00.00 WIB aku dipindah ke ruang Arafah. Alhamdulillah sudah lebih nyaman. Kamar ini berisi dua orang dan disekat dengan korden warna biru. Pukul 01.00 WIB aku mulai mengantuk meski dada masih agak nyeri. Kutenangkan diri dengan bacaan shalawat hingga tertidur.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post