
Ibu
Bram merasa sangat bersyukur dengan keadaannya. Meski ayahnya telah tiada sejak dua tahun yang lalu tapi Bram selalu bersyukur. Banyak teman Bram yang tidak semujur dirinya. Bram memiliki ibu yang sangat kuat, kasih saying, dan selalu bersabar, serta ikhlas dengan kehidupannya. Mungkin inilah yang membuat Bram dan ibunya merasa bersahaja yaitu ikhlas dengan segala ketentuan yang telah ditentukan Alloh Yang Maha Kuasa atas diri Ibu dan Bram. Lain dengan teman-teman Bram tak setenang Bram, meskipun ia memiliki orang tua yang lengkap tetapi setiap hari kedua orang tua teman Bram selalu ribut saja, ada saja hal yang menjadi bahan keributan di rumah. Atau ada yang hanya memiliki ayah saja dan memiliki ibu tiri. Ayah teman Bram tak mempedulikan anaknya hanya istrinya saja. “Ah sudahlah…” piker Bram merasa bahagia dan selalu bersyukur dengan keadaannya saat ini, dan Bram begitu menyayangi ibunya. Bram selalu menjaga dan melindungi ibunya. Tak ingin rasanya berpisah dengan ibu meski sesaat.
Waktu telah menunjukkan pukul sebelas lebih lima belas menit, Bram segera menyelesaikan tugas yang diberikan guru Bahasa Indonesia, lalu ia mengupload tgsnya di grup PJJ nya. Bram dan teman-teman satu sekolah kembali melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ), karena ada beberapa teman dan guru serta karyawan di sekolah Bram yang terpapar covid-19. Sesuai dengan peraturan puskesmas diwilayah setempat kontan melaksanakan tracing dan hasilnya sekolah hrs ditutup untuk semntara. Bram siap- siap ke mesjid dekat rumahnya untuk melaksanakan sholat berjamaah dan tentunya dengan menjalankan prokes yang sangat ketat. "Meski kondisi pandemi, kalo kita sehat silakan laksanakan sholat berjamaah di mesjid," ingat Bram nasehat dari ustad Karim. Segera Bram kembali ke rumah untuk aplusan menjaga warung dengan ibu. Biar ibu juga menjalankan kewajibannya sebagai hamba Alloh yaitu menunaikan sholat zuhur meski tak berjamaah di mesjid.
Tiba-tiba perut Bram terasa lapar, kebetulan warung sedang sepi tak ada yang berbelanja, sepertinya di siang ini. Bram segera ke meja makan yang berada di ruang tengah. Untuk sampai ke ruang tengah Bram harus melewati kamar ibu, dan ibu sedang sholat. Rasa penasaran Bram membuat ia menengok ke arah ibunya. Dalam hati Bram, "ibu...ibu... Mengapa ibu diam saj tak bergerak?". Bram memperhatikan dengan teliti apakah ada gerakan napas halus yang dilakukan ibu. Dari kejauhan pintu kamar, Bram ingin memanggil ibu, tapi khawatir ibu nanti tidak khusyu sholatnya. Didiamnkan... Jangan..jangan.. oh ibu. Tertegun Bram bingung melihat ibu dalam sujud ya tak terlihat bergerak. "Jangan, jangan...ah ibu", risau hati Bram. Diperhatikannya kembali dengan seksama, adakah ibu bernapas.."ibu…" Jantung Bram berdetak keras, melihat ibu dari kejauhan tak bergerak, namun jika ia bangunkan nanti ibu jadi tidak khusyu dalam sholatnya, sedih bercampur bingung... Tetiba ibu bergerak perlahan dari sujud beberapa menitnya. Dilanjutkan dengan tahiyat akhir.. melihat ini Bram lega…bersinar mata bahagianya. "Alhamdulillah..." lega Bram, dengan diiringi doa, "Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghiran..." Doa Bram teruntuk bunda tercintanya.
#tagur hari kesembilan
3 Maret 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen pentigrafnya, Bunda. Salam literasi!
Alhamdulillah bagus Bu Hida semoga semakin keren karya-karya berikutnya ditunggu