HILDA TRIANI

Namaku adalah Hilda Triani. Aku terlahir dari keluarga sederhana di Bangko, Kab.Merangin Prov.Jambi pada tanggal 8 November 1992. 😊 (Matthew 7:7)...

Selengkapnya
Navigasi Web
Berteman tak musti seumuran (Part 1)

Berteman tak musti seumuran (Part 1)

Berteman dimana saja dan dengan siapa saja itulah yang diharapkan bagi siapapun. Mengingat kita adalah makhluk sosial yang pastinya membutuhkan orang lain dalam kehidupan kita. Begitu juga dengan aku, yang selalu berusaha berteman dengan siapa saja yang ada disekitarku tanpa memandang usia mereka. Mita Hariani adalah wanita cantik dan baik hati yang ku kenal sejak enam tahun lalu. Kak Mita, begitulah aku memanggilnya. Usianya dua tahun lebih tua dariku. Aku sudah menganggapnya seperti kakak kandungku sendiri. Tahun 2014 lalu, tepatnya 8 september aku bertemu dengannya di salah satu Sekolah Menengah Atas di Provinsi Jambi tempat ku pertama kali bekerja.

dek?” sapanya.

Aku menoleh kebelakang sambil menjawab panggilan tersebut “iya, kak”.

Hilda kan? Katanya.

iya kak” jawabku.

Maaf ni ya kak, Hilda kok keknya ga pernah lihat kakak. Siapa ya kak?

“Iya dek, kakak Mita dek adeknya Ms.Mita yang diatas rumah adek tu” kata kak Mita.

Oh adik Ms.Mita, iya kak tahu. Salam kenal ya kak.” Kataku.

iya dek” balasnya.

Begitulah sepenggal cerita perkenalan kami dan setelah itu kami pun semakin dekat, ditambah pula dengan rumah kami yang tak begitu jauh, karena kak Mita adalah tetanggaku. Ya, kira-kira hanya ada 3 rumah yang menjadi pembatas diantara rumah kami. Hehe.. Aku semakin mengenal sosok kak Mita Hariani, begitu juga dengannya. Kami sering membahas pekerjaan sekolah yang masih belum terselesaikan dirumahku atau dirumahnya. Ternyata, kak Mita sudah lama merantau ketempat kakaknya ini and you know guys tujuan utama kakak datang kesini adalah MENCARI JODOH. Hehe. Sembari bekerja sih. Beliau jauh-jauh merantau dari PAGAR ALAM sampai ketempat dimana aku tinggal, ya kira-kira butuh waktu sekitar sembilan jaman untuk tiba disini. Pembahasan yang seringkali menjadi topic perbincangan kami pasti ga jauh-jauh dari JODOH.

Siapa yang bakal jadi suami kakak kelak? Apakah si itu pantas? Ini cocok apa engga? Bla bla blaa…… Kalo untuk masalah ini, kak Mita jagonya. Beliau sudah banyak sekali melewati lika-liku percintaan yang memang pantas untuk aku pelajari. Dari mulai ditinggal nikah dan setelah menikah mantannya masih menghubungi kakak. Memustuskan untuk berpisah karena belakangan merasa tidak ada lagi kecocokan. Bahkan kakak yang sudah menjalani hubungan selama 8 tahun tapi gagal nikah. Beliau rela jauh-jauh pulang ke PAGAR ALAM demi Pak Tentara itu, padahal kondisi kerjaan lagi genting-gentingnya ribet pada saat itu. Eh, malah si cowok ga ada kabar. Walau demikian kak Mita tak pernah menutup dirinya perihal siapa yang akan menjadi suaminya kelak. Dia yakin Tuhan pasti akan berikan yang terbaik. Mungkin belum sekarang tapi nanti diwaktu yang tepat dengan orang yang tepat. Kakak selalu menasehatiku banyak hal akan itu. Pesan yang selalu aku ingat darinya adalah : 1. Selagi masih sendiri puaskanlah untuk menikmati waktumu dek (dalam artian bisa hangout, belanja-belanja , travelling kemana aja pokoknya jangan lupakan ME TIME dek. Karena kalo udah berkeluarga ga sebebas itu dek 2. Jodoh pasti datang diwaktu yang tepat dek, yang pasti jangan pernah menutup diri.

Finally, dibulan Oktober 2018 kak Mita bertemu dengan lelaki yang dulunya adalah teman kuliahnya. Mereka menjalani hubungan hanya beberapa bulan dan akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Tak butuh waktu lama, karena kak Mita dan Bg Agung sempat dekat semasa kuliah jadi mereka tak butuh waktu lama untuk saling mengenal. Hehe

Pada saat itu aku tak tahu bagaimanakah seharusnya perasaan ini. senang atau sedih? Jujur aku sangat senang sekali, akhirnya kak Mita bertemu dengan pujaan hatinya, tapi disaat itu juga aku sangat sedih karena kak Mita harus ikut Bg Agung kembali ke Pagar Alam. Dan pasti aku akan kehilangan sosok kakak yang selalu bisa diajak bercanda dan bercerita ditempat kerjaku ataupun dirumah. Hari itu, aku pun mengantarkan kakak menunggu mobil untuk membawanya kembali pulang ke kampung halamannya untuk melaksanakan resepsi pernikahannya. Tak kuasa aku menahan tangis saat ia menaiki mobil itu. Kak Mita pun langsung turun dan memelukku sambil berkata “Tetap semangat ya dek, senang mengenal adek. Jangan lupakan kakak ya” sambil meneteskan airmata. Begitupun aku, air mata ini semakin membanjiri pipi. “PASTI kak, keep in touch ya kak”. jawabku. Aku membiarkan kak Mita berangkat dengan mobil itu. Desember 2018 resepsi pernikahan kak Mita dilaksanakan, aku sempat VC dengan kakak sebelum acara dimulai dan kulihat betapa cantiknya kakak dengan pakaian pengantin itu. Kuucapkan “Happy Wedding” kakak. Sangat senang aku melihat akhirnya kakak menemukan pujaan hatinya. Terimakasih untuk nasihat-nasihat dan pengalaman kakak tentang romantika percintaan itu. Tetap sehat ya kak. 😊🙏

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Saya juga punya sahabat rasa saudara yang tadinya murid saya. Salam.

16 Jun
Balas

Iya bu. Di part selanjutnya bu. Salam literasi ibu

16 Jun

mantul

16 Jun
Balas

Makasih ibuuuu

16 Jun

Persahabatan, hal terindah yang harus dijaga dan dirawat. Meski jarak dan waktu membatasi.

16 Jun
Balas

Iya bu. Tapi saat perpisahan itu tiba rasanyaaa sedih banget buuu

16 Jun

Kok jadi sedih ya

16 Jun
Balas

Jangan sedih bu. Biar aku sajaaa

16 Jun



search

New Post