Himmah Mufidah

Himmah Mufidah guru MA Almaarif Singosari. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tantangan Menulis di Gurusiana (90)
Akhir ini adalah Sebuah Awal

Tantangan Menulis di Gurusiana (90)

Catatan Harian ke 90

Menanti Bulan Berkah Dengan Berkarya

Aku memulai dengan catatan harian pertama "menjemput bulan berkah" (Tantangan-1). Maka ku akhiri goresan ini dengan menanti bulan berkah dengan berkarya.

Bukan hari terakhir untuk sebuah tantangan. Namun justru inilah awalnya sebuah goresan di setiap ujung hari. Mencoba tetap istiqomah meski tantangan telah berakhir. Memulai kebaikan di bulan yang baik.

Bulan sya'ban adalah bulan pemanasan. Sebelum bulan ramadhan datang. Nabi menganjurkan untuk melakukan banyak ibadah. Menabur kebaikan. Sehingga saat bulan berkah itu datang. Kita siap menyambutnya. Tentu dengan ibadah-ibadah lain yang lebih berkualitas.

Berkarya lewat tulisan dengan niatan dakwah juga bisa dilakukan. Tentu saja dengan goresan-goresan bermakna. Tidak menghujat atau mengumpat. Menawarkan dahaga ditengah terik dengan segelas Dalgona Coffe. Mencoba melupakan pandemi virus corona dengan bingkai kata dalam cerita yang indah.

Mencoba menjadikan membaca sebuah keharusan. Bisa dengan membaca kalamNya. Baik itu teks (baca:alquran) maupun non teks (baca: kehidupan). Tentu saja dengan tulisan yang berpayung niatan ibadah. Karena memang perintah membaca adalah wahyu pertama yang diterima sang nabi.

Melanjutkan dengan kebiasaan menulis. Dengan bertutur lewat tulisan akan ada jejak yang tertinggal. Dengan kata yang tertuang akan hadir sebuah rasa. Tanpa harus melupakan makna. Sejatinya kehidupan adalah tulisan berjalan yang harus diabadikan. Agar tak berlalu dengan sia-sia.

Biarlah kini esok dan kelak ada rekaman kehidupan. Bukan dari sebingkai gambar. Semua terdefinisikan oleh rasa dalam kata. Mencoba memaknainya dengan indah. Meski rak sempurna. Tangan ini telah bergerak. Jari-jari mencoba bergerilya dengan lebih seksama. Agar terlahir sebuah maha karya.

Ini pilihanku bukan pilihanmu. Bila video mampu mewakili hatimu, lanjutkan. Bila gambar menjadikan kenanganmu, biarlah. Bila goresan ini bermakna semoga abadi. Begitulah kucoba menawarkan sebuah pilihan. Pilihan rangkaian kata, berderet kalimat, untuk menghadirkan teks-teks kisah.

Adakalanya berdakwah memang bisa dengan berkata-kata. Banyak pula dengan tulisan. Namun tidak sedikit dengan karya. Semua kembali kepada niatan dalam hati. Semoga menginspirasi. Abadi menjadi sebuah lintasan mimpi. Tuk menjemput esok lebih berarti.

Keberkahan menjadi pertanda jelang ramadhan. Meski dengan suasana yang berbeda akibat wabah yang tidak tampak namun mematikan. Sejatinya kebeningan hati mampu melihat. Merekam betapa ini adalah teguran dengan caraNya. Agar hambanya senantiasa ingat. Betapa kuasaNya bukan dari yang kasat mata. Namun dari kesenyapan yang hanya bisa tertuang lewat keluasan hati dan rasa. Ikhlas menghadapi skenarioNya.

Rasulullah Saw. bersabda, "Telah datang kepada kalian bulan Ramadan. Bulan yang penuh berkah. Di dalamnya, Allah mewajibkan puasa bagi kalian, pintu-pintu Surga dibuka lebar, pintu-pintu Neraka ditutup rapat, setan-setan dibelenggu. Di dalamnya juga terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan; barang siapa yang tidak mendapatkan kebaikannya, sungguh ia tidak mendapatkan kebaikan." (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, dan Al-Nasâ’i)

Pastikan hatimu terbuka. Bersihkan yang ternoda. Maafkan karena terluka. Hapus duka lara jemput dengan riang gembira. Akan hadir yang indah pada waktunya. Tanpa harus melawan. Tanpa harus mencaci. Biarlah kehadiran hari berarti ini melintasi. Mencoba terberkati dengan doa di malam hari.

Persiapkan hatimu menyambutnya. Pintu-pintu surga terbuka. Tidak inginkah kau menjadi salah satu penghuninya. Dengan segenap ibadah terindah sepanjang masa.

Sementara pintu-pintu neraka tertutup rapat. Bulan penuh ampunan akan hadir. Akankah kau terdiam begitu saja. Melewatkan sepuluh hari pertamanya dengan memohon ampunan disepertiga malamNya.

Setan-setan telah dibelenggu. Kendalikan nafsumu. Jangan biarkan ia justru membelenggumu. Kini saatnya berperang. Jangan terlena oleh kenikmatan sesaat. Hingga kau tak terbebaskan dari api neraka di sepuluh malam terakhirnya.

Ada satu malam yang sangat indah. CahayaNya melebihi dari seribu malam. Keberkahannya mampu menghantarkan kehidupanmu yang lebih baik. Jangan terlewatkan, nantikan kehadirannya. Jangan menduakannya meski hanya dengan berdzikir mengingat karuniaNya yang tergelar disepanjang malam.

Segalanya sudah tertulis. Tercatat garis hidup masing-masing. Terimalah takdirNya dengan cinta. Maka hidupmu akan bahagia. Ciptakan tiga puluh hari hanya untuk berserah. Memasrahkan diri dengan skenario terindahnya. Biarkan sudut-sudut malam menyisakan haru bermunajat denganNya.

Tetaplah bersyukur meski sulit. Meski ramadhan kali ini tidak seperti biasanya. Namun tetap jadikan istimewa. Bersama keluarga tercinta. Jangan pernah bergumam ini petaka. Berbaiksangkalah disetiap langkah.

Rasulullah Saw. selalu memberi kabar gembira kepada para sahabatnya setiap kali Ramadan tiba. Di antara kabar gembira itu adalah Allah Swt. menjadikan bulan ini istimewa bagi setiap hamba-Nya. Sambutlah dengan cara terindah yang kau bisa.

Wahai pegiat kebaikan, perbanyaklah kebaikanmu! Wahai pecandu keburukan, kurangilah keburukanmu!. Begitu salah satu hadist Nabi Saw. Tidak ada kata hina dina di bulan berkah, penuh rahmat, bergelimang ampunan.

Allah telah memilih hari Jumat sebagai hari yang paling mulia di antara hari-hari yang lain. Demikian halnya dengan bulan, Allah telah memilih Ramadan sebagai bulan yang paling mulia dan paling istimewa di antara bulan-bulan yang lain.

Jika kita mentadaburi Al-Quran, ada satu hal unik di antara keunikan-keunikan Al-Quran yang tiada terbatas. Keunikan itu adalah, Ramadan merupakan satu-satunya bulan yang namanya disebut dalam Al-Quran. Ini mengisyaratkan Ramadan sangat istimewa.

Ramadan adalah bulan paling mulia dengan segala keistimewaan yang ada padanya. Di dalam bulan ini, Allah Swt. menjadikan banyak sekali momen-momen istimewa yang merupakan kesempatan beramal shalih paling menguntungkan.

Kita mengetahui bahwa di dalam Ramadan ada kewajiban berpuasa, sedang Allah tidak mewajibkan puasa di bulan-bulan lain. Pahala kebaikan dilipatgandakan; pahala amalan sunnah bagaikan amalan wajib, pahala satu amalan wajib seperti pahala tujuh puluh amalan wajib.

Jika momen Ramadan yang sangat istimewa ini, tidak mampu dimanfaatkan dalam kebaikan untuk mendapatkan rahmat, ampunan, dan pembebasan dari Neraka, maka bagaimana lagi dengan bulan-bulan selain bulan Ramadan?

Mungkin ada orang yang bertanya, apa hikmah Allah menjadikan Ramadan begitu Istimewa? Rasulullah Saw. mengabarkan bahwa catatan amal tahunan manusia ditutup dan dilaporkan kepada Allah pada bulan Sya’ban.

Oleh karena itu, Beliau sangat menganjurkan umatnya untuk memperbanyak ibadah di bulan Sya’ban agar akhir dari lembar kehidupannya berakhir dengan kebaikan (husnul khâtimah). Sebaliknya, seorang mukmin tentu tidak ingin menutup lembaran akhir buku kehidupannya, sedang dia dalam keadaan bermaksiat dan sangat jauh dari Allah Swt.

Jika Sya’ban merupakan bulan penutup lembaran lama kehidupan setiap muslim, maka Ramadan tentunya merupakan bulan pembuka lembaran baru kehidupannya. Di sinilah terlihat hikmah mengapa Ramadan merupakan bulan rahmat.

Sungguh sebuah nikmat dan rahmat yang besar, Allah Swt. menjadikan umat Islam membuka buku catatan amalnya dengan bulan yang mulia ini, di mana mereka dapat menggores pena amalnya untuk memenuhi lembaran hidup barunya dengan catatan amal yang banyak.

Karena awal yang baik adalah isyarat akhir yang baik pula. "Man kânat lahû bidâyah muhriqah kânat lahû nihâyah musyriqah."

Maka, bersegeralah wahai kaum yang beriman untuk kita manfaatkan bingkisan dan kado surgawi ini dengan sebaik-baiknya. Agar kita keluar dari bulan Ramadan seperti bayi yang baru lahir; bersih dari noda dan dosa. Sehingga kita bisa memulai hidup baru dengan lembaran baru, semangat dan tekad yang baru.

Tetap pada lintasanNya. Terus berkarya. Mulailah dengan membaca. Akhiri dengan menulis. Agar hari-hari kedepan tak berlalu begitu saja. Lanjutkan menebar dan menabur kebaikan. Agar kelak kita memanen dengan suka cita. Siramilah dengan penuh cinta. Agar bahagia tidak datang tiba-tiba.

Janganlah biarkan diri merugi, sebab jika Ramadan saja kita sia-siakan, bagaimana lagi dengan bulan yang lain? "Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, serta saling nasihat-menasihati dalam kebenaran dan kesabaran." Wallâhu a‘lam.

#FinishtoStart

#tantanganmenulisdigurusiana

#catatanhariankehidupanke-90

#menulisembilanpuluhhari

#MediaGuruIndonesia

#$enin,13042020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Selamat telah menyelesaikan tantangan 90 hari menulis Ibu

13 Apr
Balas



search

New Post