AKU DAN SEATU KETSKU
Cermin kamarku mengabarkan ,"aku sdh mulai uzur".
(Mulai merangkah ke dunia misteri).
Menangkap kalimat cermin,
Aku menjadi muak menatap sepatu ket bututku yg selalu menemaniku ke pasar atau saat aku ke kantor.
Sebenarnya telah lama aku paham kalimat cermin,
tetapi jiwaku terlalu tinggi untuk mendarat dan berbaring di ranjang para tetua.
Cermin retak itu yg rajin membangunkan rohku, dan
membungkus kalimat keji untuk aku cerna,
"Menua".
Padahal senyum, pikiran, dan ketegapan langkahku,
menyembunyikan garis di mataku, dan
lingkar ketuaan dibalik jeruji "semangat"
Seperti pagi ini.
Ketika jelang siang,
aku melihat setitik semburat kusam di lingkar mataku.
"Hemmm".
Aku senyum tipis,
Sambil menerawang apa yg telah aku lakukan dan akan kulakukan setelah detik ini.
Ternyata jawabannya tetap sama dengan sepuluhtahunan lampau,
Akan kupakai sepatu ket ku lagi. ?
Tanyaku kecut.
Tetaplah !
Jawabku sedikit manis, sampil menatap seribu alasan
Karena lembah masih curam,
Bukit masih terjal, dan
Anganku tidak mau berhenti untuk mencari, dan
membuka lembaran buku hidupku,
Yang belum usai ku baca
Ketika saatnya sepatu uzurku itu kubuang,
Aku tidak ingin sekedar membuangnya, atau
sekedar menetap di dunia para uzur, di balik awan, karena kata “menua”
Aku masih mau berlari,
hingga kakiku ingin berhenti sendiri.
Tanpa mata lain yang menghasutku
(Senyumku tekatku !)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Yg usang terkadang dirindu bu