hizkiana mintarningsih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BAB 1. NURI

BAB 1. NURI

BAB I

SI NURI

Aku sebenarnya hanya ingin menyakinkan diriku, ketika aku melontarkan pertanyaan dingin kepada si Nuri.

“Apa benar Kuncoro kemarin datang mencarimu ?” Jangankan menjawab , menoleh tanda perhatian terhadap pertanyaanku saja tidak. Aku agak tersinggung. Tetapi aku juga salah sih. Sudah tahu sifat Nuri, mengapa aku mesti repot bertanya seperti itu ? Padahal ada orang yang lebih tepat, kalau sekedar pertanyaan itu. Si Sri, bedinde si Nuri? Kan Si Sri ikut kursus paket B, kelompok 1 (satu) binaanku. Aku tersipu sendiri dalam hati. Percuma! Tetapi bagamanapun aku harus tahu jawabannya. Kuncoro tidak boleh begitu. Selalu menganggap dirinya benar dan berprinsip. Ini bohongnya yang kelima sejak bulan Maret 2009; perihal Nuri. Aku telah mendengar berulang-ulang tentang kedekatan mereka. Sebenarnya buatku tidak ada masalah, yang penting Kuncoro terus terang.

“Engkau tidak bisa berharap setiap wanita memujamu!” Suatu sore aku mengingatkannya.

Tetapi seperti biasanya, ia tidak pernah peduli. Getol berpetualang. Hingga sampai dia bertemu Nuri si Ketus . Kuncoro mati kutu. Segala jurus dipakainya untuk mendekati Nuri, Tetap tidak berhasil. Nuri tidak terpengaruh bujuk rayu Kuncoro kedikitpun.

Nuri sebenarnya gadis biasa saja. Paras dan penampilanya bersahaja; yang menarik dari sosoknya adalah sikapnya yang misterius dan hebohnya Kuncoro mengejarnya . Hingga seluruh penghuni kampung terheran-heran dengan sikap Nuri.

Mengapa Nuri menolak Kuncuro? Anak juragan ternak yang kaya raya ? Di samping itu, Kuncoro juga calon kuat kandidat kepala desa, sarjana ekonomi, dan tampan. Tidak heran, banyak gadis menyukai Kuncoro; “ Tetapi Aneh ! kenapa Nuri menolak Kuncoro ya ?” Tanya Bu Rahmat keheranan

Malam ini di rumah pak Basri ada hajadan. Sejak sore seluruh isi kampung telah siap-siap untuk kondangan. Bahkan Bapak yang kurang enak badanpun tetap bertekad ingin pergi ke hajadannya pak Basri; walaupun Ibu telah melarangnya. Maklumlah pak Basri termasuk orang kaya di kampung Hutan Larangan. Tentunya pentas keseniannya beragam dan didatangkan dari luar kampung .

Kendaraan bermotor dan gerobag mondar-mandir sejak siang. Para Pesinden dan Biduan orkes telah berdatangan, diiringi oleh dua gerobag sapi yang dipenuhi dengan berbagai jenis alat tabuhan untuk acara nanti malam. Aku membayangkan suasana yang akan memanas di tengah malam di desa Tuhan Larangan. “ Pasti Kang Agung akan ribut lagi dengan Yu Ratih “, pikirku sambil tersenyum simpul.

Kang Agung dengan Yu Ratih baru nikah tiga bulan yang lalu. Seminggu lalu mereka hampir bercerai gara-gara kang Agung pulang hajadan bau parfum Sinden Juminten; Sang Primadona orkes keroncong Bintang Pagi. Yu Ratih pikir Kang Agung telah menghianatinya pada malam hajadan itu. Sejak saat itu, suami istri muda tersebut menjadi sering bertengkar. Warga kampung menjadi bosan melerai, “ Kang Agung aneh . Coba hargai kekuatiran Yu Ratih lah ! Apalagi istri lagi ngidam !” Kemarin aku sampaikan uneg-unegku ke Kang Tresno kakakku”

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ini cerpen ya Bund.... Tp dimasukkan ke pos puisi? Hehe, salam.... Ceritanya bagus...

31 May
Balas

Penasaran kelanjutannya bu, sukses ya bu

31 May
Balas



search

New Post