hizkiana mintarningsih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BAB V. PASRAH
Bagian dari Novel

BAB V. PASRAH

BAB V.Pasrah

Mengingat masa-masa Kuncoro mendekatiku, aku menjadi tersipu. Ia memang pemuda baik. Usiaku waktu itu, delapan belas tahun. “Kembang desa”. Kuncoro menyebutku di suratnya yang dititipkan pada adik; setiap hari Jumat.

Walaupun penuh tanda Tanya, aku tetap tidak berkeinginan untuk bertanya kepada siapapun. Pikiranku jauh menerawang ke segala arah. Ada sesuatu yang Kuncoro sembunyikan selama ini. Aku acungi jempol, ia sungguh-sungguh berhasil memendam masalahnya selama bertahun-tahun , tanpa pernah seorangpun mampu menangkap gelisahnya; terutama aku. Kebohongan atau kekuatannya menyimpan luka? Aku tidak berani menjawabnya. Masalahnya aku belum mendapat pengakuan dari Kuncoro sendiri. Tidak adil kalau aku menyimpulkan secara sepihak.

Sampai di pertigaan, aku merasakan ada langkah yang berusaha menjajariku. Waktu itu hampir subuh.

“ Ras, boleh aku bicara sebentar denganmu ?”.

Suara kuncoro tiba-tiba menghentikan lamunku. Seketika itu pula aku mengerem langkahku, dan menoleh ke arah sumber suara. Tanpa menjawab, aku menunjuk sebuah batang pohon munggur yang terbujur di pinggir jalan, dan kami duduk bersama di atasnya. Lima menit kemudian, Kuncoro membuka pembicaraan, yang dipenuhi nada bimbang dan kegetiran di sela-sela kalimatnya.

“ Aku dan Nuri bersaudara sepupu. Kami satu kampung. Dahulu rumah kami berdekatan. Bahkan bisa dikatakan tinggal satu rumah. Karena tiris rumah kami juga tiris rumah orang tua Nuri. Keluarga kami saling bahu membahu. Hingga sampai pada suatu hari, Ibuku sakit parah dan membutuhkan biaya banyak. Bapak bangkrut. Tetapi yang membuat kami bahagia adalah Ibu akhirnya sembuh total. Hanya saja mulai saat itu, kami hidup pas-pasan. Kesulitan demi kesulitan kami hadapi. Beruntung kami memiliki keluarga jauh seperti bapaknya Nuri. Beliau sangat membantu kami ketika semua orang tidak menghormati kami “

Sampai di sini, Kuncoro terdiam sejenak. Dan aku melihat bahunya agak terguncang. Melihat Kuncoro seperti itu, aku menawarkan pilihan :

“ Kamu tidak harus menceritakannya sekarang .” Tetapi ternyata Kuncoro tetap meneruskan ceritanya tanpa mendengarkan saranku.

“Bahkan mereka juga menyekolahkan aku sampai ke sekolah lanjutan. Tetapi aku tidak tahu kalau diam-diam Nuri menyukaiku. Itu yang disampaiknnya padaku. Tetapi nasib berkata lain. Tanpa setahu dia, orang tuanya bersepakat menjodohkanya dengan orang yang lebih tua dan telah berkeluarga. Sore itu Nuri datang kepadaku dan menyampaikan pesoalannya dengan isakkan yang tak terbendung. Aku binggung. Tetapi aku tidak mampu berkata lain selain menasehatinya untuk bisa menyampaikan isi hatinya kepadanya orang tuanya”.

Tetapi sebelum ia berkesempatan menyampaikan keberatannya, terdengar kabar Kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan bus antar kota. Terpaksa Nuri harus menikah dengan orang yang diamanatkan oleh orang tuanya”.

Sampai di sini Kuncoro kembali terdiam. Dan bersamaan dengan itu, suara kenthongan tanda subuh berbunyi bersautan dari segala penjuru desa. Aku harus segera memutuskan untuk berhenti mendengar cerita Kuncoro atau pulang menanak nasi untuk sarapan pagi.

Tetapi untuk menghentikan Kuncoro aku tidak tega. Ia sedang membutuhkan teman . Akhirnya aku tetap duduk di samping Kuncoro, sambil tetap diam dan menyimak segala yang dituturkan Kuncoro.

“ Eh Ras, kita sampai di sini. Sore jam tiga aku akan jemput kamu !” Tiba-tiba Kuncoro menghentikan ceritanya, dan meneriakkan pesan sambil berlari ke arah rumahnya. Sepuluh menit kemudian Bapak dan Ibu tiba di rumah, dan selanjutnya kami tenggelam dalam tugas rutin, mengatur rumah, hingga menjelang makan pagi.

………………………………………………………………………………………………………………………….

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post