Hj.Diah Nuraini Fathimah S.Pd.M.Pd

Diah Nuraini Fathimah terlahir di Solo 17 juli 1971 seorang guru PPKn di MAN 2 Surakarta merambah dunia tulis menulis dimulai dari tahun 2000 tulisan non fiksi ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tagur ke 2 AJARAN TASAWUF DAN AKHLAK CANDRA MALI

Tagur ke 2 AJARAN TASAWUF DAN AKHLAK CANDRA MALI

AJARAN TASAWUF DAN AKHLAK CANDRA MALIK

Berbicara tentang tasawuf memiliki ciri keunikan tersendiri dengan ilmu yang lain. Karena ilmu ini merupakan ilmu yang membahas tentang esensi agama dan perilaku yang “dikontradiksikan” menjadi satu bagian yang utuh. Meminjam istilah Zakiyah Darajat, mempersonifikasikan antara iman dan takwa seseorang sehingga orang tersebut benar-benar memiliki kesehatan mental yang utuh.

Mengapa demikian, sebab kesehatan mental harus mengacu pada nilai-nilai iman dan takwa. Bila kesehatan mental berbicara tentang integritas kepribadian, realisasi diri, aktualisasi diri, penyesuaian diri, dan pengendalian diri, maka parameternya harus merujuk pada iman dan takwa, akidah dan syariat. Dan hal ini merupakan unsur yang pokok yang ditopang pada suatu kenyataan hidup sehingga menyebabkan sesorang memiliki kesadaran akan kedekatan dengan Tuhan, kemampuan berkomunikasi, bahkan berdialog dengan Tuhan dengan cara membersihkan dan menyucikan jiwanya dari segala kotoran dan kejahatan. Kebersihan dan kesucian jiwa ini tentu tidak dilihat dari sisi fisik, melainkan sisi jiwa, mental, dan spiritual.

Berkaitan dengan hal ini maka tasawuf berkaitan erat dengan hakekat, ihsan, dan jiwa Islam, sebagaimana diutarakan oleh al-Hujwiri, bahwa tasawuf sangat berkaitan erat dengan usaha penyucian jiwa manusia. Hal ini selaras dengan Muhammad Aqil, bahwa hakekat tasawuf merupakan: kehidupan spiritual (hayat ruhiyat); merupakan kajian tentang hakekat; bentuk dari ihsan, aspek ketiga setelah Iman dan Islam; dan merupakan jiwa Islam (ruh Islam). Dimensi-dimensi itu dalam tataran kehidupan masyarakat banyak dialami orang-orang tertentu dalam meniti kesejatian diri, menemukan, dan ber-taqarrub kepada Allah Swt, termasuk yang dialami tokoh sufi dari Solo yaitu Hartawan Candra Malik.

Tulisan ini yang dibahas adalah tokoh sufi Hartawan Candra Malik dari Solo terkait dengan ajaran tasawuf dan akhlaknya.

Biografi Candra Malik

Nama lengkap Candra Malik adalah Hartawan Candra Malik lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 25 Maret 1978, adalah pengasuh Pasulukan Tarekat di dan pengasuh Pondok Pesantren Asy-Syahadah, di Desa Segoro Gunung, di Lereng Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah, ia juga dikenal sebagai sastrawan, wartawan, pencipta dan penyanyi lagu reliji, pemeran film, penulis, dan Wakil Ketua Pengurus Pusat Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (PP Lesbumi) PBNU untuk periode 2015-2020.

Sejak usia muda, Candra Malik sudah mengakrabi dunia spiritual utamanya ritual-ritual tasawuf. Dia belajar agama dari Abdullah Ali, Habib Ja'far bin Badar bin Thalib bin Umar bin Ja'far, guru dari kakeknya, Kiai Muhammad Muna'am Jember, Jawa Timur, Syekh Ahmad Sirullah Zainuddin, wakil talqin dari Tarekat Qadiriyyah Naqsabandiyah, K.H. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin, pengasuh Pondok Pesantren Suryalaya, di Jawa Barat, Syekh Hisyam Kabbani tokoh sufi Naqsabandy Haqqani.

Sejak berhenti dari Jawa Pos dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Liputan Indo Pos, Jawa Pos di Jakarta, Candra Malik bekerja sebagai kontributor di sejumlah media cetak dan mengasuh sebuah kolom tentang sufisme di Solo Pos.

Ajaran Tasawuf Candra Malik

Bagi Candra Malik, bahwa seorang sufi adalah orang yang mampu merepresentasikan kehadiran Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang sehingga landasan utama hidupnya berpegang pada cinta kasih. Karena itu, ia tidak pernah membedakan orang dan tidak berjarak dengan siapa pun. Dia bergaul dengan siapa saja tanpa memandang kasta, background sosial, budaya, profesi, dimana ia tinggal, dan walaupun orang tersebut penuh dengan kemaksiatan.

Ajaran Tasawuf Candra Malik salah satunya bisa dilihat dalam bukunya yang berjudul “Mengislamkan Islam: Empat Puluh Tahun Catatan Candra Malik” terutama pada bagian Ihsan dan Keberserahan (Rumus Allah untuk bahagia: Bersyukur dan Berbagi). Ia mengutip surat Al Fatihah ayat 6: Ihdinas shirata al mustaqim, yang memberi penyadaran kepada setiap umat manusia tentang kondisi yang selama ini terjadi, dimana banyak manusia telah melampau sering emncul golongan yang merasa benar, lebih benar, bahkan paling benar, dan suka menyesatkan golongan lain. Padahal ketika merasa benar, seseorang tersebut baru saja berbuat salah.

Lebih lanjut ia mengatakan Al Fatihah ayat 6 ini dihubungkan dengan ayat 7: shirathal ladzina an’amta ‘alaihim, ghairil maghdhubi ‘alaihim, waladhdholiin, merupakan jalan yang diridlai Allah Swt dan bukan jalan yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat (yaitu orang-orang yang kufur nikmat).

Hal ini harus dilakukan dalam menyikapi hidup agar terasa enteng dengan menerima segala sesuatu sebagai ilmu. Sebab, ilmu adalah cahaya dan semua orang butuh cahaya. Apa pun yang dialami manusia entah sedih, benci, cemburu atau fitnah ketika semua itu dianggap sebagai cahaya maka ia akan menerima dan berterima kasih karena bisa belajar tentang semua itu. Ajaran yang dipegang teguh Candra Malik ini sesuai dengan apa yang diajarkan Rasulullah Saw yang menekankan dakwah dilakukan sesuai dengan bahasa kaumnya. Jika ingin dekat dengan dunia industri, menurutnya, berdakwah harus menggunakan bahasa industri termasuk memanfaatkan situs jejaring sosial. Dengan sikap dan pandangannya itu, ia mudah diterima di semua lapisan masyarakat. Sehingga Candra Malik berhasil mengajak orang-orang di perkotaan termasuk orang kaya untuk menyadari rahman dan rahim Allah Swt bahkan mengikuti kelas sufi yang ia ampu.

Akhlak Candra Malik

Candra Malik peringainya ramah, supel dalam bergaul, dan rendah hati. Walaupun telah memiliki beberapa karya dan nama yang terkenal, namun hal itu tidak lantas membuat dirinya menjadi merasa paling hebat, paling berjasa, segudang prestasi, memeliki kesempurnaan intelektual, dan ingin dihormati oleh para pengikutnya. Karena pada pada suatu ketika pernah mengatakan bahwa “apa yang ia lakukan adalah umpan kecil bagi kebaikan.” Hal ini menujukkan betapa kerendahan hati Candra Malik sebagai seorang sufi

Referensi

Daradjat, Zakiah. (1978). Kesehatan Mental, Peranannya Dalam Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah.

Anshari, Afif. (2016). Dimensi-dimensi Tasawuf, Lampung: TeaMs Barokah.

Al-Hujwiri. (1993). Kasyful Mahjûb, Bandung: Mizan.

Al-Mahdaliy, Muhammad Aqil bin Ali (1993). Madhal Ila al-Tasawuf alIslâmiy, Kairo: Dar al-Hadits.

Malik, Candra. (2018). Mengislamkan Islam: Empat Puluh Tahun Catatan Candra Malik, Jakarta: Kompas Media Nusantara.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post