By : Hj. Yilweri, S.Ag

Guru MTsN 7 Solok

Ramadhan memang telah berlalu dari hadapan kita dan berganti dengan hari yang sangat indah, hari yang fitri, yang biasa kita sebut sebagai hari kemenangan.

Sangat kita sadari dan rasakan bersama bahwa Ramadhan kali ini memang terasa amat berbeda dengan ramadhan-ramadhan yang telah kita lalui sepanjang tahun dalam kehidupan kita. Pada Ramadhan tahun ini kita dituntut melaksanakan ibadah puasa dan mendirikan malam malam ramadhan seperti pelaksanaan shalat sunat tarawih dan witir di rumah saja bersama anggota keluarga tercinta, apatah lagi bagi kita ( masyarakat ) yang berdomisili di daerah zona kuning atau merah. Kita yang tinggal dizona hijau pun dituntut melaksanak semua kegiatan rutin termasuk pelaksanaan ibadah ramadhan di rumah bersama keluarga.

Namun ada beberapa daerah kecil yang masyarakatnya berada dalam zona aman, dalam artian masyarakat desa yang memang tidak bercampur dengan keluarga baru ( perantau yang pulang kampung ), mereka melaksanakan shalat fardhu dan shalat sunat tarawih / witir secara berjemaah di mushalla yang mereka miliki, yang biasa mereka gunakan untuk kegiatan keagamaan seperti TPA, wirid bulanan dan kegiatan lainnya pada masa sebelum terjadinya pandemi covid 19 melanda wilayah kita ini.

Hal ini menjadi moment tersendiri bagi putra tunggal pak Hari, seorang remaja sederhana lulusan sebuah madrasah swasta di kampungnya, yang sudah diberi tugas oleh sang ibu untuk menjadi imam shalat berjemaah di rumah saat pak Hari tidak berada di tengah keluarga. Atas bekal inilah...pengurus mushalla tersebut meminta Faiz Abdillah remaja 15 tahun yang baru hafal dua juz Al-Qur’an ini untuk mengimami shalat Isya, tarawih / witir dan shubuh berjemaah di mushalla tersebut. Berbekal keberanian dan motivasi dari keluarga, Faiz memberanikan diri untuk menjadi imam dalam shalat berjemaah tersebut di mushalla itu. Sementara pak Hari sendiri hanya mengimami shalat berjemaah di mushalla keluarga bersama istri dan ketiga putrinya.

Awalnya sebagai orang tua, pak Hari dan istrinya merasa khawatir kalau nanti putranya tidak bisa konsekwen dalam memilkul tanggung jawab ini, mengingat kondisi jalan yang sepi dan semak belukar serta jarak tempuh yang lumayan jauh. Apalagi remaja seusia ini biasanya cendrung untuk bermain main bersama teman dan menghabiskan waktu bersama. Namun karena satu permintaan Faiz yang disetujui oleh pak Hari beserta istri untuk menyerahkan satu motor sebagai fasilitas untuk pergi dan pulang ke mushalla tersebut, akhirnya Faiz mampu menjawab keragu-raguan/ kekhawatiran orang tuanya. Tugas sebagai imam di mushalla tersebut mampu ia laksanakan sampai akhir ramadhan. Pak Hari dan istri merasakan kebahagiaan yang luar biasa karena putra tunggalnya sudah mulai berani memikul tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Pada malam terakhir pelaksanaan shalat tarawih dan witir, putra tunggal pak Hari pulang dengan perasaan riang dan gembira sembari melafazkan “ Al-hamdulillah....Al-Hamdulillah.....Al-Hamdulilllah” tanpa memberitahukan kenapa ia sesenang itu pulang dari mushalla. Pak Hari dan istri hanya ikut menikmati luapan rasa senang dan bahagia yang diperlihatkan putranya. Sesekali kakak Faiz bertanya, tumben gembira Iz......kenapa ? Faiz tidak serta merta menjawab pertanyaan kakaknya. Akhirnya Faiz mendekati ibunya yang sedang berbaring di tempat tidur dan mengatakan :

Faiz : Bu....Faiz dikasih amplop sama pak wo ( pengurus mushalla ).

Ibu : Hahhh....!!! ( merasa kaget ). Kemudian bertanya....amplop apa bang (panggilan untuk putra tunggalnya ) ??

Faiz : Dak tahu bu....pak wo Cuma bilang untuk Faiz beli baju lebaran.

Ibu : Oooo.... ya sudah, itu namanya tanda terima kasih sudah mau jadi imam.

Faiz : Tapi kata pak wo, habis lebaran nanti Faiz disuruh tiap hari ke mushalla bu..

Pak Hari dan istri secara spontan bersama menjawab....itu artinya jemaah suka dengan Faiz sebagai imam shalatnya, maka peganglah kepercayaan mereka nak...! InsyaAllah Faiz mampu !! Sembari Faiz memperbaiki diri dan menyempurnakan hafalan Al-Qur’annya.

Pak Hari dan istri merasakan bahwa inilah buah dari doa yang selalu dilafazkan oleh setiap orang tua untuk anaknya :

وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا ( الفرقان : 74 )

Artinya : Dan orang-orang yang berdoa “ Ya Allah ya Tuhan kami, Anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa ( Q.S Alfurqan : 74 )

Semoga Allah selalu membimbing hati anak-anak kita untuk selalu tunduk dalam menjalankan syariat agama yang lurus ini , Aamiin !!!

Selamat hari raya idul fitri 1441 H, mohon maaf lahir dan batin.

Salam literasi