#HGN2020

Saat duduk di bangku Sekolah Dasar, aku paling tidak suka pada mata pelajaran olahraga. Ada banyak alasan yang membuatku tidak menyukai mapel itu.

Saat itu tahun 1985 aku masih duduk di kelas 4 SD

“Wat, kamu tahu tidak, kita punya guru baru lho… dari Jawa”  kata Mida

Kami yang tinggal di pulau kecil selalu memberikan istilah “orang Jawa” pada setiap pendatang yang datang ke pulau kecil kami. Walaupun pulau kecil ini adalah bagian dari pulau jawa juga. Mungkin ini salah kaprah yang sudah membudaya.

Aku sama sekali tidak tertarik dengan pembicaraan antara Wati dan Mida. Aku tetap saja mengiris bunga2 liar  yang aku petik dari belakang sekolah untuk di buat mainan.

“ Siapa namanya? Tanya Wati

“Subagio” jawab Mida

“ Hahaha…. “ mereka berdua tertawa lepas

“Mengajar mapel apa pak Sibagio itu ?” Tanya Wati

“Olahraga” jawab Mida

Mendengar kata olahraga akupun kaget dan kesal. Wajar saja Mida tahu semua tentang guru baru itu. Dia anak dari  kepala sekolah kami.

“ iiihhh…. Ada gurunya lagi.., olahraga lagi…” aku menggerutu sambil merengut

Tibalah saatnya sang guru masuk ke kelas kami, kelas 4 SDN Sawahmulya 2 Kecamatan Sangkapura Kabupeten Gresik. Pak Subagio mulai memperkenalkan diri. Aku sama sekali tidak tertarik pada guru baru itu. Sosok guru yang lumayan ganteng , hitam manis dan berambut lurus.

Tiba-tiba sang guru mendekati mejaku,

“ Siapa namamu Nak? Tanya beliau padaku

“ Ifa pak” jawabku pelan

Beliau menatapku dan berkata, “ Ifa, nanti saat istirahat temui pak guru di kantor ya,,,”

Aku kaget setengah mati, ada rasa takut dan cemas di hatiku, tapi aku tetap menjawab dengan pelan “ iya pak”

Setibanya di kantor beliau mulai mengajakku bicara dan menanyakan banyak hal. Aku mulai bercerita kalau kedua orang tuaku bekerja sebagai TKI di Malaysia dan aku tinggal bersama nenek dan adikku. Hampir setiap hari kami berkomunikasi. Sepertinya aku menemukan sosok ayah pada pribadi pak Subagio itu. Dari seringnya kami berkomunikasi, teman-teman sekelasku mengatakan bahwa aku adalah murid kesayangan pak Subagio.

Aku mulai mengikuti pelajaran olahraga dengan semangat walau aku tidak mempunyai bakat dibidang olahraga. Postur tubuhku yang kecil membuatku selalu kalah jika berkompetensi dengan teman-teman yang lain.

Kejadian yang selalu aku ingat sampai saat ini adalah ketika pak Subagio mempraktikkan lompat tinggi.  Inilah jenis olahraga yang paling tidak aku suka karena aku tidak mampu melakukannya. Satu per satu teman-temanku dipanggil untuk praktik lompat tinggi, aku semakin deg-degan. Sampai saatnya kudengar suara yang memanggil namaku,

“Hodaifah” panggil pak Subagio

“Saya pak” jawabku

“ Siap ?” tanya pak Subagio

“ Siap pak” jawabku pelan

Aku mulai mengambil posisi dan mulai berlari, berlari kencang dan semakin kencang , ketika tiba waktunya aku harus melompat, tiba-tiba.. tangan kananku bergerak refleks. Aku ambil mistar di depanku dan, aku lempar ke belakang. Sehingga aku bisa melewati nya tampa penghalang karena mistarnya aku buang.

Melihat tingkahku itu serentak semua teman-temanku tertawa dan bertepuk tangan.  Kulihat pak subagio tertawa terpingkal-pingkal begitu juga dengan aku.

Beliau tidak marah tetapi tersenyum kepadaku, Kemudian beliu mengambil mistar yang aku buang tadi dan meletakkannya kembali pada tiang penopang mistar. Beliau memanggilku,

“Ifa… Sini…” kata pak Subagio

Akupun mendekat dengan perasaan cemas dan takut

“ Kamu mau lompat? “ Tanya beliau

Aku hanya diam dan tertunduk malu

Dengan spontan pak Subagio mengangkat tubuhku yang mungil melewati mistar seolah-olah aku sedang melompat kemudian menurunkanku. Saat itu semua teman-temanku bertepuk tangan dan tertawa.

“ Horee…. Ifa bisa melompat juga..” kata Wati

“ Tapi… digendong..” kata Mida

Akupun tertawa bersama teman yang lain

Sejak saat itu aku mulai berusaha untuk mengikuti pelajaran olahraga dengan baik, setidaknya untuk teorinya aku harus dapat nilai bagus. Itu tekadku. Akupun mulai menyukai pelajaran olahraga.

Ketika tahun 1989 saat aku duduk di bangku SMP

Saat itu di kecamatan Sangkapura Bawean diadakan acara jalan santai untk siswa SD sampai SMA. Dalam acara itu aku bertemu dengan pak Subagio. Aku memberi salam pada beliau dan beliau tersenyum melihatku. Disebelahnya ada guru SMP ku yang saat ini mengajariku. Pak Subagio memanggilku dan berkata pada guru SMP ku

 “ Titip Ifa ya pak, dia itu sudah saya anggap seperti  anak saya sendiri” kata pak Subagio sambil mengusap kepalaku.

Akupun tersenyum tanda setuju pada ucapan beliu. Kenangan itu sampai saat ini masih aku ingat dan selalu menginspirasiku. Semoga Guru-guruku selalu dalam lindungan Allah SWT

Selamat Hari Guru untuk semua teman-teman seprofesi