#tantangan hari ke 44

Acara resepsi pernikahan itu berlangsung lama. Kebiasaan warga di desa kami dalam melaksanakan resepsi pernikahan selalu ada acara pembacaan sholawat nabi yang diiringi dengan tabuhan rebana. Sebagai bekal awal pernikahan pada kedua mempelai acara juga di isi dengan ceramah agama seputar pernikahan. Kala itu penceramahnya adalah Ustad Usman Shodiq denga panggilan kerennya pak Usdeq. Beliau seorang dai yang selalu bisa menghidupkan suasana. Apalagi saat itu ceramah agamanya dilaksanakan pada pukul 13.30.

Dari awal aku menyimak tausiah dari pak Usdeq. Sesekali para undangan tertawa mendengar ceramah sang kyai yang kental dengan dialek daerahnya itu. Pembawaannya yang kocak membuat suasana siang itu menjadi gemuruh dengan tawa para undangan. Kulihat kedua mempelai juga tersenyum ketika sang kiyai memberikan contoh panggilan pada pasangan masing-masing. Hatiku tersentuh saat sang kyai berkata bahwa “Tugas seorang suami yang utama adalah memberikan ilmu pengetahuan tenatang agama kepada istrinya, seorang suami harus tahu apakah cara wudhu dan sholat istrinya sudah benar atau belum. Jika istrinya belum mengusai ilmu agama maka suami berkewajiban untuk memberikan pendidikan keagamaan pada istrinya”. Sejenak aku tertegun dan terbayang wajah suamiku.

Sang kyai melanjutkan tausiahnya “ dengarlah wahai para suami, jangan kau sakiti hati istrimu. Bekerjalah dengan giat agar kehidupanmu setara dengan yang lain”. Aku tersenyum mendengar kalimat itu dan sepertinya aku menyetujuinya. Namun saat sang kyai melanjutkan kalimatnya, hatiku jadi terenyuh dan takut. “Untuk para istri, jangan sampai suamimu memanggilmu dua kali. Karena ketika panggilan pertama kau tidak menhiraukannya sedangkan kau mendengar panggilan itu, maka saat itu kau dilaknat oleh para malikat. Aku terdiam dan tertunduk. Kubayangkan semua yang terjadi selama bertahun-tahun. Betapa beratnya tugas seorang suami dan betapa bahagianya seorang istri yang dicintai oleh suaminya. Semoga bisa

Bawean, 13 Agustus 2020