Mukhaelani, S.Pd.,M.Pd.I

Terlahir sebagai anak desa yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kesederhanaan. Baik dari segi budaya, pendidikan apalagi ekonomi semua dalam suasana yang sed...

Selengkapnya
Navigasi Web

Asrah Batin Karanglangu Ngombak

Budaya Asrah Batin :

Dua Kepala Desa Dua Tahun Sekali

Duduk Di Pelaminan

Duduk di pelaminan berdua dengan pasangan merupakan hal yang membanggakan. Terlebih dengan disaksikan sejumlah tamu undangan dengan penuh sukacita.Hal seperti ini kalau terjadi pada acara pernikahan orang yang akan melangsungkan kehidupan dalam sebuah rumah tangga. Namun kalau yang duduk di pelaminan itu sepasang kepala desa dari dua desa yang bersebelahan. Mereka berdua duduk di pelaminan bukan hanya disaksikan oleh warga dari kedua desa masing-masing, tapi juga disaksikan oleh pasangan hidup (suami dan istri ) mereka akan lain lagi ceritanya. Dalam kondisi seperti itu suami dan istri kedua kepala desa tersebut, justru bangga melihat suami dan istrinya yang duduk di pelaminan tersebut. Lebih dari itu kepala desa dari dua desa tersebut telah secara rutin melangsungkan acara tersebut setiap dua tahun sekali.

Hal tersebut terjadi di desa Ngombak dan Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan dalam sebuah ritual budaya AsrahBatin. Yaitu acarsakral yang merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang yang diyakini sebagai cikal bakal dari kedua desa tersebut. Tradisi ini berlangsung sejak dulu selalu diperingati atau dirayakan oleh warga dari dua desa, yaitu antara warg Desa Ngombak dan warga Desa Karanglangu, tutur Ali Muntaha, S.Ag, warga desa Karanglangu.

Ritual kebudayaan ini digelar atau dilaksanakan hanya setiap dua tahun sekali. Acara ritual ini dimulai dengan mengumpulkan warga desa Karanglangu untuk melakukan arak-arakan ke Desa Ngombak. Tradisi kebudayaan ini selalu diikuti oleh ratusan warga desa baik tua, muda, laki-laki, perempuan, anak kecil bahkan balita yang diajak oleh orang tuanya untuk ikut serta memeriahkan acara ritual tersebut. Acara diawali dengan perjalanan warga Karanglangu yang mengiring Kepala Desanya menuju desa Ngombak.

Dua desa ini di samping dibatasi dengan Sungai Tuntang juga harus melintasi belantara hutan. Setelah warga pengantar dari Karanglangu berkumpul di Rumah Kepala Desanya ,mereka harus melakukan perjalanan sejauh tiga kilometer melewati kawasan hutan jati sebelum sampai di desa Ngombaktersebut. Dalama caraini Kepala Desa dari desa Karanglangu dan Kepala Desa dari desa Ngombak harus memakai pakaian adat jawa lengkap dengan beskap dan keris dipunggung. Begitu juga Ibu Kades harus memakai pakaian ada jawa, yaitu berupa kebaya seperti pengantin jawa pada umumnya. Setelah rombongan warga des Karanglangus ampai di tepi Sungai Tuntang yang merupakan perbatasan antara desa Karanglangu dan juga desa Ngombak, maka warga desa Ngombak yang kebanyakan para pemuda yang memiliki otot yang kuat menyeberangkan warga dari desa Karanglangu menggunakan rakit / Gethek (perahu yang terbuat dari rangkaian bambu) agar sampai di desa Ngombak. Sedangkan bagi Kepala Desa dari desa Karanglangu telah mempersiapkanperahukhususberupa Joli (tandu) agar tidak basah ketika menyeberang sungai. Setelah melalui beberapa ritual, sampai pada acara puncaknya yaitu penyambutan rombongan warga desa Ngombak kepada warga desa Karanglangu. Penyambutan ini dilakukan dengan cara menabur bunga atas kedatangan rombongan warga desa Karanglangu ke desa Ngombak, tidak hanya itu mereka juga harus ikut serta mengantar rombongan tersebut sampai di rumah Kepala Desa Ngombak. Setelah sampai di rumah Kepala Desa Ngombak, maka Kepala Desa dari dua desa tersebut yaitu Karanglangu dan Ngombak dijamu dengan meminum air dari kendi yang telah disiapkan sebagai tanda persaudaraan dari kedua desa tersebut. Di rumah Kepala Des Ngombak, Kepala desa Karanglangu da n Kepala desa dijamudandisuguhimakanandanminuman yang sebelumnyatelah di persiapkanoleh para warga. Tidak hanya itu rombongan warga Karanglangu juga disuguhi hiburan khas adat Jawa seperti sinden juga tarian Jawa. Pada acara ritual yang terakhir, warga desa Ngombak membagikan bungkusan yang berisi nasi dan lauk yang telah di persiapkan terlebih dahulu sebelumnya. Pada ritual ini, warga saling berebut untuk mendapatkan bungkusan tersebut karena menurut kepercayaan masyarakat desa tersebut, yang memakan nasi dan lauk dari bungkusan tersebut dapat terhindar dari balak (mala petaka) dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit, dan masih banyak khasiat lainnya yang diyakini dan yang ada dalam acara ini.

Ritual ini pada awalnya terkait dengan kepercayaan warga masyarakat kepada cerita Kedhana dan Kedhini, yaitu Raden Mas Sutejo dan Roro Ayu Mursiah yang diyakini warga desa sebagai pendiri desa Ngombak dan desa Karanglangu. Menurut cerita yang berkembang di kedua desa tersebut, Kedhana dan Kedhini adalah saudara kandung. Mereka terpisah sewaktu keduanya yaitu Kedhana dan Kedhini masih kecil. Mereka berdua berkelana secara terpisah melewati hutan dan sungai, hingga akhirnya Kedhana berhenti dan menetap di suatu desa yang diberinama dengan desa Karanglangu. SedangkanKedhiniberhentidanmenetap di suatudesa yang diberi nama desa Ngombak. Singkat cerita setelah mereka dewasa mereka bertemu dan saling jatuh cinta dan sepakat untuk menjalin hubungan cinta kasih kedalam bentuk keluarga. Mereka sepakat menikah. Dan telahditentukanharipernikahansertaupacaranya.

Pada hari sebelum acara, dengansegalapersiapan yang ada, keduanya memadu kasih dengan cara petan (memungut dan membuang kutu yang ada di kepala) Dalam kondisi seperti itu mereka saling mencintai, dan barulah terungkap bahwa mereka adalah kakak beradik yang telah lama terpisah. Itu dibuktikan denganadanyabekaslukapadakepalaKedhana yang dulu sewaktu kecil dipukul oleh Ibu mereka. Karena mereka yakin bahwa keduanya adalah kakak beradik, saudara sekandung. Tentu Acara pernikahan tidak jadi dilaksanakan. Tapi karena semuapersiapan sudahmatang, Termasuk perlengkapan pesta pernikahan. Sehingga resepsi tetap dilangsungkan. Ritual Sasrahanjuga dilangsungkan. Tapibukan dalam bentuk resepsipernikahan, namun dalam bentuk Asrah batin.

untuk menjaga hubungan persaudaraannya, Kedhana alias Raden Bagus Sutejo dan dan Kedini alias Raden Ayu Mursiyah membuat suatu perjanjian. Setiap dua panenan sekali sang kakak akan mengunjungi adiknya Ngombak bersama sanak kadang, tetangga serta masyarakat Desa Karanglangu. Dan si adik beserta seluruh masyarakat Ngombak akan menjemputnya di tepi Sungai Kedungmiri, tempat mereka bertemu kembali. Setelah Sutejo dan Mursiyah meninggal, upacara ini tetap dilaksanakan dengan pemerannya adalah Kepala Desa Karanglangu dan Kepala Desa Ngombak. Kepala Desa Karanglangu datang dengan naik kuda diiringi oleh warga masyarakatnya menempuh perjalanan kurang lebih tujuh kilometer dan menyeberangi sungai. Dengan membawa makanan kesukaan adiknya yaitu minuman dari air tape yang disebut Badhek. Sedangkan sang adik menyiapkan sambutan dengan mengadakan “Beksan Langen Tayub” dengan diiringi “Gendhing Eling-eling Boyong” serta makanan kesukaan kakaknya Bothok Ikan Mangut. Selama bertahun-tahun masyarakat Karanglangu dan Ngombak melaksanakan tradisi Asrah Batin ini. Kepercayaan warga setempat, jika melaksanakan upacara ini akan mendapat keberuntungan dan jika tidak dilaksanakan akan terjadi bencana

Untuk menghormati peristiwa luar biasa dan sakral tersebut Oleh warga kedua desa tersebut setiap dua tahun sekali menyelenggarakan upacara yang diberi namaAsrah Batin. Sebagai upaya mengenang bertemunya mereka kembali setelah lama terpisah..Acaranya diperingati dengan nama Asrah Bathin (menyerahkan hati / berserah diri). Tujuan dari acara ritual ini adalah menyatu akan tali persaudaraan antara warga desa Ngombak dan desa Karanglangu. Dan untuk mengenang nenek moyang yang telah mendirikan kedua desa tersebut, yaitu Raden Mas Sutejo (Kedhana) dan RoroAyu Mursiah (Kedhini). Tradisidan Ritual Kebudaya an itu tetap dijaga dan dipelihara dari dulu sampai sekarang.

Lebih dari itu karena diyakini warga kedua desa tersebut adalah saudara kandung, hingga sekarang ada keyakinan bahwa kedua warga desa tersebut tidak diperkenankan melangsungkan pernikaghan antar kedua warga desatersebut.

Hadir dalam acara tersebut di samping warga kedua desa yang begitumeriah, adalah Camat Kedungjati Drs. Winoto, Danramil Kedungjati dan sejumlah tokoh masyarakat lainnya., (Mukhaelani)

Perjalanan setelah melewati hutan juga harus melintasi sungai Tuntang yang deras arusnya. Tampak rombongan Kades Karanglangu menyeberang sungai menuju desaNgombak. (Foto : Geber :Mukhaelani)

Kepala Desa Karanglangu Slamet Agus Kanugraha, SH dipertemukan dengan Kartini, S.Pd Kepala Desa Ngombak dalam sebuah acara ritual Asrah Batin tahun 2016. Secara kebetulan Kepala Desa Karanglangu laki-laki dan Kepala desa Ngombak perempuan sehingga keduanya duduk di Pelaminan persis seperti pengantin sungguhan. Namun suatu saat kalau kedua kepala desa dari dua desa tersebut berjenis kelamin sama, misalnya pria semua atau keduanya perempuan semua, tentu akan terjadi yang duduk di pelaminan seperti pengantin berjenis kelamin sama. (Foto : Mukhaelani)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post