Prastiyo Budi Santoso

Guru di MI P2A Cendana Kutasari Purbalingga. Berbekal keinginan kuat untuk bisa membuat buku, sampai bertemu media guru. "The dream come true"...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ilustrasi : pixabay

"Kebahagiaan Sebenarnya"

Sore menjadi semakin dingin bersama turunnya hujan lebat. Gemericik air sisa-sisa hujan yang tertinggal dipohon, jatuh menimpa atap teras, menambah syahdu suasana sore menjelang maghrib.

Teriknya mentari disiang hari, terbayar lunas dengan limpahan air hujan sore hari ini. Suasana temaram, dingin, diselingi gemericik air hujan, membuat angan-angan melayang ke warung Kang Dirjo.

Warung yang khas dengan kopi nasgithelnya, pisang kapok gorengnya yang super lezatos, serta celoteh pelanggan yang liar melintasi beragam topik kehidupan. Politik, budaya, gaya hidup, kuliner, sampai program desa yang mangkrak, tak luput dari ruang diskusi di warung Kang Dirjo.

Meski bukan pakar yang melakukan diskusi, namun ketulusan mereka dalam berdiskusi, bukan menang-menangan, sehingga selalu saja menemukan solusi dari permasalahan yang menjadi topik diskusi, minimal buat mereka sendiri.

Meski mereka bukan anggota legislatif, namun cara menemukan solusi dari setiap masalah sungguh patut menjadi contoh.

Suasana warung yang lebih mengedepankan sisi kemanusiaan, membuat rasa nyaman, terutama bagi mereka yang berkantong lebar namun isinya tipis.

Ketulusan yang ditampilkan kang Dirjo saat melayani tamu agungnya, tak kalah dengan resepsionis hotel berbintang tujuh.

Sentuhan mesra Kang Dirjo, memberikan rasa nyaman bagi pelanggan. Ia selalu memastikan setiap pelanggan mendapatkan "haknya". Meski terkadang ia harus berkorban demi melayani pelanggannya.

"Pembeli adalah raja", bukan kalimat itu yang menjadi cantolan pelayanannya. Pembeli adalah saudara, ya ... ia menganggap setiap pembeli adalah saudaranya, sehingga tak tega jika ada pembeli yang merasa tidak nyaman di tempatnya.

Warung Kang Dirjo menjadi "rumah kedua" bagi pelanggannya.

Krik ... krik ... krik ... kriik menandai hujan benar-benar telah berhenti. Dingin semakin menjadi, sayup-sayup terdengar suara adzan. Panggilan yang harus segera di tunaikan, bukan hanya didengarkan saja.

Lamunan pun harus dihentikan, tak elok rasanya mengabaikan panggilan suara adzan.

Marilah mengerjakan shalat, marilah meraih kebahagiaan. Sungguh indah kalimat tersebut. Kebahagiaan bisa diraih dengan melaksanakan shalat. Kebahagiaan yang sebenar-benarnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mari.... sholat dulu (saya bacanya jg pas adzan dhuhur nih)

15 Apr
Balas

Siap laksanakan

15 Apr

Mari salat berjamaah....

15 Apr
Balas

Monggoh.

15 Apr

Shalat ... mendatangkan ketenangan ...

16 Apr
Balas

Leres bu.

16 Apr

Obrolan kantong lebar isi tipis mmg asyik. tnpa beban.

16 Apr
Balas

Buat ngisi wektu.

16 Apr

Sama bu. Wah. Kalimatnya pak pras penuh dg kata2 bersajak, berkonotasi, dan semua indah. Seperti kebunku.

15 Apr
Balas

Matur nuwun ibu sudah mampir

15 Apr

pas adzan dhuhur...hayya ' alaal falaah.

15 Apr
Balas

Mari meraih kebahagiaan

15 Apr



search

New Post