Langit biru dengan semburat putih, menjadi saksi pergerakan kotak besi yang kutumpangi. Udara panas di luar, mempengaruhi suhu ruangan membuat kurang nyaman dibadan. Menyisir jalan beraspal menuju tempat idaman.

Tak seperti hari biasa, perjalanan kali ini sepi, tak ada nyanyian dan alunan musik. Deru mesin terkadang keras terkadang lemah, hiburan satu-satunya yang mengiringi. Oh ... iya, mungkin karena hari ini adalah hari pertama di tahun baru, sehingga seniman yang biasa beraksi, mengambil cuti.

Resolusi ... ya ... resolusi, bisa saja mereka sedang memikirkan tentang itu di rumahnya masing-masing. Hampir semua orang membicarakan tentang resolusi. Media pun membesar-besarkannya. Pejabat, pengusaha, artis, dosen, guru, mahasiswa, orang biasa mendapat pertanyaan yang sama, apa resolusi anda di tahun 2018.

Setiap orang mempunyai resolusinya sendiri-sendiri, ada yang diungkapkan, namun tak sedikit yang menyimpan dalam benaknya. Banyak teman-teman yang meniatkan untuk bisa menulis setiap hari, membuat buku lagi, mengoleksi buku semua teman peserta sagusabu, dan masih banyak lagi. Sementara aku sendiri hanya ingin bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Menghitung peran disetiap rentang waktu yang terlewati. ... Resolusi macam apa itu??? ... kesannya absurd dan membingungkan, resolusi itu harus jelas dan terukur.

Sementara pikiranku mengembara mencoba mencari resolusi di tahun ini, setengah perjalanan sudah kulewati. Langit masih biru dengan semburat putih di sana sini. Perjalanan masih saja ditemani deru mesin yang mulai menggila. Sepertinya pak sopir merasa sedang berada di sirkuit balap.

Tingginya pohon di kedua sisi jalan, tak mampu menghalangi pancaran matahari yang memasuki ruang dudukku. Panas, ... kucoba menikmati panas dengan berkompromi. Sambil berlatih mengembangkan rasa nyaman. Merasa nyaman pada kondisi yang memang nyaman, itu hal biasa, semua orang bisa melakukannya. Namun merasa nyaman pada kondisi yang tidak nyaman, ... butuh ketrampilan untuk mengelolanya. Anggap saja sedang belajar untuk itu. Agak susah memang, karena situasinya tidak memungkinkan untuk merasa nyaman.

Seperti saat membuat tulisan ini diatas bis. Setiap saat bis menari di atas aspal panas, getarannya membuat badan bergetar hebat. Jariku tak selincah biasanya. Goncangan bis yang kunaiki, membuat pergerakan jariku meleset dari tujuan awalnya.

Bis sampai di terminal, tulisan harus sudah jadi. Itulah tekadku. Perjalanan hampir sampai tujuan, kulihat ke atas, langit masih biru dengan awan tebal di banyak tempat. Sementara pancaran matahari, menembus kaca jendela, tepat menyapa tengkukku. Rasanya seperti sedang terapi panas matahari.

Oh iya, ditahun ini mudah-mudahan aku tidak tergantung lagi pada editor tim media guru. Artinya aku harus bisa melakukan swasunting pada naskah yang kubuat. Saatnya untuk belajar dan mandiri. Jika tidak sekarang, kapan lagi???

Mau tidak mau, suka tidak suka, belajar bahasa indonesia yang baik dan benar, menjadi wajib hukumnya. Bisa tidak ya??? ... Eits... namanya resolusi, belum apa-apa sudah "nglemperek". Semangat!!! Kucoba meyakinkan diri. Akhirnya bis memasuki terminal, tepat disaat tulisan ini kusudahi.

Terminal Purwokerto, 01012018