Ada benarnya yang selama ini kita yakini, setiap kegagalan itu pasti sudah ada rencana Tuhan tentang apa yang Dia kehendaki dikemudian hari. Kadang kita punya rencana yang sudah kita planning sedemikian rupa, namun tiba-tiba meleset jauh dari rencana kita semula. Kita sebagai manusia terkadang sampai punya opini bahwa Tuhan itu tidak adil. Orang lain dengan mudah meperolehnya, sedangkan kita tertatih-tatih untuk mewujudkan keinginan tersebut.

Pada bulan Juli 2019 dikagetkan dengan terbitnya SK mutasi pindah mengajar yang sudah tak terpikirkan lagi oleh saya. Sebab dua tahun yang lalu pernah mengalami kegagalan untuk mengajukan mutasi. Bahkan pengajuan yang keempat kalinya. Pejabat pembuat SK alias Bupati dan Kepala Dinas Pendidikan tertangkap tangan oleh KPK tepatnya 25 Oktober 2017, karena segala pegawai di lingkungan pemerintah daerah untuk menduduki jabatan maupun mutasi hampir pasti menggunakan uang suap. Termasuk saya yang sudah mengikat janji suap bila SK mutasi sudah terbit. Kejadian tersebut memupuskan harapan saya untuk bisa mutasi.

Gagal dan gagal lagi itulah yang ada dalam benak saya, mengerutu terus hampir tanpa henti, bekerja sebagai aparatur sipil negara sudah 25 tahun. Untuk mengajukan mutasi masih dipersulit. Pengajuan lewat dinas pendidikan kalau tidak ada upeti sampai berkas usang tidak akan ada yang meneruskan berkas tersebut sampai ke BKD.

Sampai titik nadir, proses kepemimpinan dinasti bupati berakhir ditangan KPK. Saya selalu berdoa semoga penerus atau pengganti bupati yang baru bisa mengubah situasi yang mecekam ini bisa berakhir. Aparatur sipil Negara dibuat bulan-bulanan. Ijin belajar saja untuk kelengkapan berkas pengajuan angka kredit kenaikan tingkat ditarip 4 juta rupiah, mutasi masih dalam lingkup satu kecamatan ongkosnya 5 juta diberi istilah dalam negeri oleh kepala dinas pendidikan yang berindak sebagai pencari mangsa. Dan antar kecamatan dibandrol 10 juta sampai 25 juta diistilahkan luar negeri. Sungguh sangat keterlaluan.

Genderang berubah, pemilihan kepala daerah serentak tahun 2018 membawa angin segar di daerah kami. Bupati terpilih membuat program nol rupah (0.Rp). Di semua SKPD selalu didenggungkan program nol rupiah di setiap acara resmi kedinasan. Termasuk di lingkup dinas pendidikan.

Banyak yang pesimis program tersebut bisa terlaksana dengan sempurna. Alhasil kenyataanya dan buktinya SK mutasi saya yang pengajuanya sudah dua tahun yang lalu sudah tidak saya harapkan, tiba-ti masih direspon dengan baik. Sebelumnya harganya 15 jutaan, sekarang harganya nol rupiah.

Terbukti sudah janji kampanye bupati yang baru terpilih. Bukan sekedar janji tetapi bukti menjadi saksi. Tidak perlu pemimpin yang berintelek brilliant namun ahli suap, tetapi butuh pemimpin yang komitmen dengan kebijakan yang sesuai dengan amanah luhur yang diberimplikasi pada semangat kinerja aparaturnya.

Saya bukan tim suksesnya, saya pun bukan pendukungnya, tetapi sebagai ASN mendukung program terbaiknya bupati terpilih.

Akhirnya saya bisa merenung. Kegagalan-kegagalan kemarin memberikan hikmah bahwa doa-doa umatNya dikabulkan menunggu saat yang tepat, saat umatNya berada dalam kondisi yang tidak tersesat bila keinginannya dikabulkan. Tuhan sangat memahami umatNya mana jalan terbaik untuknya.

Tiada kata yang tepat kami ucapkan, yaitu syukur Alhamdullilah.