sri indriyana

Sebagai guru sekolah dasar di sebuah desa pedalaman di pulau madura dengan kota ujung timur,tidak menghentikan kesukaan menulis semua hasrat yang tersirat dalam...

Selengkapnya
Navigasi Web

INGATKAN AKU KU HAPUS SALAHMU

Sebagai muslim telah menjadi sebuah keniscayaan akan sebuah kebenaran mutlak tentang kemuliaan sosok Rosulullah. Dari segala sudut pandang apapun akan selalu tampak sebuah kebaikan tak terbantahkan.

Apapun yang menjadi perintah, anjuran bahkan larangan akan kembali kepada diri kita dengan wujud kebaikan yang hakiki.

Dalam hal ini, kita diingatkan akan sebuah perintah untuk saling mengingatkan sesama muslim. Bersandar kepada sebuah kenyataan bahwa kita sebagai manusia pasti tidak akan pernah luput dari kekhilafan.

Masalahnya disini, terkadang kita hanya bisa mengklaim diri untuk bisa mengingatkan. Yang lebih sering kita lakukan adalah kemampuan diri untuk mengingatkan sebuah kesalahan yang diperbuat orang lain lebih nesar daripada kemampuan untuk intropeksi diri. Hal ini sama sekali bukan sebuah hal yang dilarang, bahkan akan berbuah kebaikan atau pahala jika diiringi keikhlasan dan rasa saling mengasihi sesama muslim sehingga orang alin akan terhindarkan dari sebuah bencana atau kerugian karena kesalahannya.

Namun jangan sampai keinginan untuk mengingatkan akan menjadi bumerang, karena yang kita lakukan tidak diiringi dengan perbaikan diri sendiri. Tentu sangat miris jika kita mampu menghujani orang lain dengan pengingat namun kita abai akan kesalahan diri yang mungkin lebih besar.

Sangatlah bijak jika kita bisa saling mengingatkan namun tidak merendahkan, mengingatkan tapi bukan untuk menyakiti dan melahirkan dendam. Bukankah lidahmu adalah singa untukmu?

Setidaknya kita bisa menjadikan kesalahan orang lain sebagai pengingat diri untuk tidak melakukan hal serupa atau kita menjadikan diri kita untuk lebih waspada.

Dengan mengingatkan kesalahan orang lain secara tidak langsung kita telah membuat perisai diri untuk kesalahan yang sama.

Setiap orang adalah pemimpin. Sudahkah kita menjadi pemimpin yang baik? Pemimpin yang bisa melihat sebuah kesalahan dari berbagai sisi lalu bisa memposisikan diri untuk menjadi pengingat yang baik. Jangan karena keegoisan lalu membenarkan sebuah kesalahan hanya karena dia yang melakukannya. Namun ia akan berteriak lantang saat orang lain atau bawahan yang melakukannya.

Jika masing-masing kita masih melakukan sesuatu hanya karena rasa nyaman atau tidak nyaman dari yang kita rasakan sendiri maka selamanya kita akan terpuruk pada kemelut saling tuding, saling menyalahkan lalu yang terjadi tujuan mengingatkan untuk kebaikan akan menjadi hal kebalikan.

Dari ulasan singkat di atas maka kita bisa tarik kesimpulan bahwa mengingatkan orang lain atas sebuah kesalahan membutuhkan sebuah keahlian baik dalam menata hati, membersihlan niat dan menjadikannya sebuah hal utama untuk memperbaiki diri sendiri.

Dengan kasih sayang setiap hubungan akan terasa indah, termasuk mencintai sesama dengan tujuan untuk bersama menjadi orang yang lebih baik dari hari kemarin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sama sama bunda, salam terindah untukmu

15 Jun
Balas

Luar biasa bijak

15 Jun
Balas

Mengingatkan diri bu!

15 Jun

Mengingatkan diri bu!

15 Jun

Ulasan yang menarik bunda...saling mengingatkan dalam kebaikan...sukses selalu

15 Jun
Balas

Sama2 bunda, salam terindah untukmu

15 Jun



search

New Post