Susilowati Susi

Bu Suzi, begitu ibu dari empat putra-putri ini disapa. Ibu yang memiliki nama lengkap Susilowati ini lahir di Banten, 06 Oktober 1973. Tak sengaja menjadi...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengukur Akurasi Potensi dengan Program Ekstrakurikuler

Mengukur Akurasi Potensi dengan Program Ekstrakurikuler

Mengukur Akurasi Potensi dengan Program Pengembangan Ekstrakulikuler

Oleh : Susilowati (Kesiswaan SMA AL Minhaj Kab.Bogor)

Generasi berdaya tidak ditentukan oleh deretan angka akademik. Bukan pula ditentukan oleh akumulasi angka yang bertengger dalam urutan posisi. Tapi tidak dapat dipungkiri saat ini urutan peringkat menjadi buruan terpenting bagi sebagian orang tua peserta didik, baik di jenjang sekolah dasar,tingkat menengah, maupun pada tingkat atas. Meskipun para pendidik telah menyadari bahwa peringkat prestasi bukanlah sebuah ukuran akurat untuk potensi. Akan tetapi tugas pengurutan ini telah menjadi setoran wajib yang harus didokumentasikan. Karena tidak sedikit perusahaan atau lembaga pendidikan diatasnya menjadikan prasyarat beasiswa pendidikan dengan mengukur posisi peringkat peserta didik disekolah sebelumnya.

Ini adalah hambatan pertama dalam penerapan Multiple Intelegence (MI). Karena informasi peringkat, mau tidak mau menjadi label yang melekat pada diri peserta didik. Si fulan peringkat kesatu dengan total nilai sekian . Si fulanah peringkat kedua dengan total nilai sekian, begitu seterusnya. Hingga seseorang dikatakan berprestasi apabila memiliki urutan angka tersebut.

Apakah benar urutan ini menunjukkan prestasi yang memetakan potensi? Hanya para pendidik dan orang tua yang mengetahui jawabannya. Seandainya para pendidik dan orang tua dapat mensikapi dengan bijak arti sebuah prestasi, tentunya akan lebih memanusiakan putra-putrinya atau para peserta didiknya. Mengapa? Bukankankah setiap anak itu unik? Mereka memiliki gaya belajanya masing-masing, dan memiliki bakat dan minatnya. Masih ingat pada sebuah buku yang mengupas masalah ini? Buku tersebut berjudul Sekolahnya Manusia yang ditulis oleh Munif Chatib pada tahun 2015 .

Dalam bukunya Munif Chatib menulis, bahwa penerapan Multiple Intelligences (MI) sejatinya dilakukan oleh sekolah sejak anak menjadi peserta didik di sekolah. Salah satu contohnya adalah penerimaan peserta didik baru tanpa tes, tetapi melalui metode Multiple Intelligences Research (MIR). Lalu bagiamana melejitkan setiap peserta didik sesuai kecerdasan uniknya, berarti para pendidik harus membelajarkan peserta didik sesuai dengan minatnya. Bagaimana menjadikan pembelajaran menyenangkan, menarik, dan memotivasi? Maka konsep Multiple Intelligences Sistem (MIS)? Menjadi panduannya disamping para pendidik harus semakin kreatif dengan lesson plan-nya.

Tidak hanya itu sekolah sebagai fasilitator harus mampu mengubah mindset orangtua untuk semak

in memahami karakteristik dasar anak-anaknya. Pemahaman multiple intelegence ini dapat dilakukan melalui parenting program jauh sebelum proses pembelajaran dimulai.

Hambatan kedua dalam penerapan MI ini adalah kebakuan sistem pendidikan di negara ini. Meski Ujian Nasional (UN) bukanlah penentu sebuah kelulusan, akan tetapi setiap mata pelajaran dalam tingkatannya memiliki patokan nilai yang dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Jika peserta didik telah memenuhi kriteria tersebut, lagi-lagi pembakuan sistem internal menggiring para pendidik untuk tidak menuliskan nilai peserta didik dibawah angka delapan puluh. Ironis sekali.

Saat ini beberapa lembaga sekolah menamakan dirinya sekolah berbasis alam. Sekolah yang pembelajarannya berpusat pada bakat dan minat peserta didik. Akan tetapi muaranya kembali pada sistem label formal dengan syarat nilai yang telah ditetuntukan. Di akhir semester menjelang Ujian Nasional (UN), sibuklah para peserta didik memenuhi lembaga-lembaga bimbingan belajar untuk mengejar materi guna mendapatkan nilai formal tersebut. Kembali guratan minat manusia dipertanyakan. Tetapi para pengembang sekolah dan orang tua siswa tidak perlu khawatir, sistem pendidikan kita memfasilitasi dua jenis program pengembangan. Jika pada pengembangan intrakurikuler banyak sekali hambatan, pada program ekstrakurikulerlah Multiple Intelligences (MI) dapat dioptimalkan.

Proses pengembangan pendidikan di sekolah hendaknya tidak berpusat pada pengembangan intrakurikuler saja. Pengelola pendidikan harus cermat membidik wahana apa saja yang dapat melejitkan peserta didik mengekspresikan bakat minatnya. Program ekstrakurikuler menjadi sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Asalkan benar-benar dijalankan dan jangan hanya formalitas. Jika program ekstra kurikuler ini dijalankan sesuai dengan amanat program yang ditetapkan oleh pemerintah, lambat laun proses pembelajaran yang mengacu pada multiple intelegence dapat terealisasikan,

Payung hukum program ekstrakurukuler tersebut adalah Undang –Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan. Pasal 12 ayat (1b) menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendididkan yang sesuai dengan bakatnya, minat, dan kemampuan. Adapun visi dan misi dari program kegiatan ekstrakurikuler tersebut diselaraskan dengan visi dan misi sekolah.

Secara umum program kegiatan ekstrakulikuler memiliki empat fungsi pengembangan . Pengembangan pertama , yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas murid sesuai dengan potensi bakat dan minat mereka. Fungsi pengembangan kedua adalah fungsi sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik. Fungsi pengembangan ketiga adalah fungsi rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, menggembirakan, dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan. Dan fungsi pengembangan yang keempat adalah fungsi persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan eksrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik serta rencana pendidikan berkelajutan.

Melalui program kegiatan ekstrakurikuler diharapkan stimulasi terhadap multiple intelegence peserta didik berjalan secara optimal. Karena sesungguhnya akurasi potensi peserta didik dapat dilihat dari bagaimana peserta didik melakukan kegiatan tersebut. Apakah dilakukannya secara sadar tanpa paksaan dan rekayasa, terlihat senang, dan dapat dipertanggungjawabkan. (Wallahu’alam bishowab)

Bogor, 7 Oktober 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post