Susilowati Susi

Bu Suzi, begitu ibu dari empat putra-putri ini disapa. Ibu yang memiliki nama lengkap Susilowati ini lahir di Banten, 06 Oktober 1973. Tak sengaja menjadi...

Selengkapnya
Navigasi Web
OPTIMALISASI PERAN KELUARGA UNTUK PENUMBUHAN LITERASI
PERAN LITERASI DALAM KELUARGA

OPTIMALISASI PERAN KELUARGA UNTUK PENUMBUHAN LITERASI

Hasil survey budaya membaca yang dilakukan oleh PISA bukan hanya menghentak dunia pendidikan dan praktisinya, akan tetapi menghentak pula institusi keluarga yang notabene sebagai zona penggerak utama melesatnya kader-kader peradaban masa kini dan masa yang akan datang. Rendah dan tingginya kualitas generasi kita tergantung bagaimana institusi keluarga menyiapkannya. Menurut data yang berhasil dilansir oleh Komunitas Belajar Bengkel Kreasi (KBBK) LM-PSDM Titian Insan Cemerlang menyebutkan bahwa 52 % rumah tangga di Indonesia tidak memiliki buku. Sedangkan penetrasi internet di Indonesia mencapai 143,26 jiwa dari 262 juta populasi penduduk di Indonesia. Keluarga sebagai fasilitator utama harus bangun dari kemunduran literasi ini. Menumbuh kembangkan budaya literasi keluarga tidak hanya tanggung jawab institusi pendidikan, akan tetapi sepenuhnya tanggung jawab keluarga, sebagaimana yang digambarkan dalam tri satya pendidikan Ki Hajar Dewantara.

Literasi keluarga adalah sebuah program pemberdayaan keluarga dalam meningkatkan minat baca anak. Program ini mulai digagas pada tahun 2015 dan merupakan bagian dari Gerakan Literasi Nasional . Literasi keluarga hakikatnya adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh orang tua serta anggota keluarga lainya untuk menyiapkan cipta kondisi membaca, menyimak, berbicara, dan menulis ke arah yang lebih positif. Framing keluarga dalam upaya ini adalah untuk membentuk anak-anak yang memiliki wawasan luas mencakup dunia baca tulis, dunia angka, dunia keuangan,dunia sains, dunia budaya dan kewargaan, serta dunia digital yang terinternalisasi. Yang tentunya semua dibingkai dengan karakter berdasarkan kearifan lokal keluarga masing-masing.

Bagaimanakan praktik literasi keluarga ini akan terlaksana dengan baik?

Pertama , jadikan rumah adalah sekolah utama dan orang tua adalah guru pertama. Walaupun telah disadari oleh keluarga Indonesia bahwa gerakkan literasi di dalam keluarga belum terpapar seluruhnya oleh para pengerak literasi nasional yang hadir khusus untuk melatih dan mengarahkan para orang tua bagaiman cara terbaik membangun literasi di rumah.

Kedua, stimulasi dini. Tidak ada kata terlalu dini untuk memberikan pengalaman literasi. Trimester pertama usia kehamilan adalah pengalaman yang menyenangkan untuk mengenalkan literasi. Tidak hanya membaca , aktivitas mengajak ngobrol janin dalam kandungan, mengenalkan buku dan sumber infofrmasi lainnya merupakan aktivitas yang berhubungan dengan literasi.

Ketiga,Imitasi/Peniruan. Jadilah model literat yang pertama dalam keluarga. Karena orangtualah yang menentukan anak gemar membaca atau tidak. Anak pada umumnya gemar mengimitasi. Karena belajar yang paling mudah adalah dengan melakukan peniruan. Tahapan usia mereka menjadi tahapan bagi proses tumbuh kembangnya literasi dalam keluarga. Anak akan gemar membaca ketika orang yang berada didekatnya senang membaca.

Keempat, asosiasi. Kaitkan aktivitas membaca dengan sesuatu yang menarik dan menyenangkan. Pilihlah buku atau bahan bacaan yang melibatkan emosi anak ketika membacanya. Filterisasi bahan bacaan anak-anak menjadi tugas utama para orang tua.

Kelima, fasilitasi. Menciptakan ruang keluarga menjadi ruang baca yang menyenangkan adalah hal yang paling penting. Jadikan ruang keluarga menjadi ruang baca keluarga. Sediakan buku-buku menarik yang dibeli atau dihadirkan atas kesepakatan bersama. Siapkan alat-alat tulis dan kertas-kertas menarik disekitarnya.

Keenam, repetisi. Untuk mengevalusi seberapa tinggi kadar aktivitas literasi yang dilakukan oleh anak-anak, lakukanlah pengulangan dengan memberikan mereka tantangan membaca dan menceritakan kembali, menuliskan atau menggambarkannya.

Ketujuh, apresiasi. Merayakan keberhasilan dari tantangan membaca adalah sebuah kegiatan yang menarik. Makan bersama dengan makanan kesukaan anak, atau memberikan mereka hadiah sederhana dan menarik menjadi suplemen untuk semakin bertumbuh dan berkembangnya minat membaca mereka.

Kedelapan, motivasi. Karena orang tua adalah model literat pertama bagi anak-anaknya, maka proses menuju insan literat ini menjadi modalitas utama para orang tua. Menularkan semangat literasi ini pada anak-anak akan membentuk sebuah framing bahwa generasi yang akan datang akan sejahtera manakala sering membaca. Menjadikan membaca karena suka akan menjadi kebiasaan yang sangat sulit ditanggalkan.

Dengan banyak membaca mereka akan terbentuk menjadi generasi yang kritis. Tanggap menyingkapi fakta yang tidak berkeseuaian, serta bijak dalam mencari solusi. Hal ini selaras dengan institusi pendidikan yang harus melakukan evaluasi akademiknya dengan pertanyaan-pertanyaan yang berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skil). Berlangsung tidaknya keberliterasian para calon generasi di rumah, semua kembali kepada peran orang tua. Merumuskan kembali tujuan pendidikan anak -anak mereka adalah hal yang terbaik dan sangat bijaksana yang harus dilakukan oleh para orang tua. Sekali lagi keberliterasian ini akan terdongkrak sempurna manakala institusi keluarga mengambil peran utama dalam menumbuhkan kebiasaan berliterasi. Disadari memang dibandingkan dengan profesi- profesi lain, orangtua adalah profesi yang paling tidak tersiapkan, akan tetapi keluarga mendapatkan kesempatan dan peluang besar untuk menjadikan sekolah sebagai mitra pengembang literasi, dan masyarakat adalah sebuah cermin besar tergambarnya pembiasaan literasi, sebagai indikator literasi ini menjadi budaya yang mengakar kuat.

Kemendikbud (2017) menyatakan bahwa, Bangsa yang maju tidak dibangun hanya dengan mengandalkan kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak. Bangsa yang besar ditandai dengan masyarakatnya yang literat, yang memiliki peradaban tinggi, dan aktif memajukan masyarakat dunia.

*Penulis adalah perintis gerakan literasi sekolah, anggota MGMP Bahasa Indonesia SMA Kab. Bogor, serta Kepala Divisi Pendidikan SIT Miftahul Jannah. Nomor ponsel 081212758587*\

* Tulisan ini pernah dibuat di Majalah Geliat Gemilang edisi 2 No. 2/Tahun I/2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantul bunda lanjut...

26 Jan
Balas

terima kasih Bu. Insyaallah

31 Jan



search

New Post