Menjadi pembawa acara bukanlah keinginanku. Namun, aku tak biasa menolak sebuah tugas atau amanah. Saat di kantor, jika aku diminta untuk menjadi MC aku mengiyakan. Saat bersama keluarga juga demikian. Seringkali setiap ada momen aku diminta menjadi MC. Tentu saja aku harus profesional. Aku berusaha maksimal melaksanakan tugas dengan baik.

Ternyata kadang harapan tak sesuai dengan kenyataan. Suatu hari di momen acara pernikahan keponakan, sempat ada miskomunikasi. Awalnya aku memandu acara dengan baik dan lancar. Di akhir acara, aku terlalu dini mengakhiri acara. Dalam pemantauanku para tamu sudah usai menikmati hidangan dan kulihat aura mereka seolah ingin berpamitan. Tanpa ragu aku segera mengakhiri acara. Sontak kudengar suara,“Hai , belum！”Ada yang masih makan！” Aku terbengong. Aku pun menyampaikan maaf dan meminta para tamu untuk tenang dan melanjutkan ramah- tamah hingga usai. Suasana pun tenang.

Sebuah pengalaman bahwa seorang MC sangat menentukan keberhasilan sebuah acara. Untuk itu seorang MC wajib memiliki karakter bijak dan tanggap dalam menghadapi segala suasana. Namun aku sangat bahagia karena Sang ponakan mengapresiasi tantenya sebagai MC terbaik. Yuhuuiiii.